Unknown's avatar

Ketahuilah Hal-Hal yang Mendasar bagi Kalian

Mawlana Shaykh Nour Kabbani
Zawiyah Fenton, MI
12 Juli 2025

InsyāʾAllāh, beberapa kata dan kemudian kita bisa sarapan bersama Dr. Asma. Terima kasih telah mempersiapkan semua itu. Semoga Allah (swt) senantiasa menjaga tempat ini agar selalu terbuka, di mana kalian bisa datang untuk tidur, kalian bisa datang untuk makan, kalian bisa datang untuk shalat, dan semoga Allah (swt) bisa membebaskan kalian dari dunia, seperti yang kami katakan dalam (khotbah) Jumat. Allah (swt) membebaskan… Dia berfirman, “Bebaskan budak.” Itu bukan hanya berarti budak–kalian tahu, tuan dan budak seperti yang dulu mereka miliki. Tetapi itu juga berarti budak dunia. Membebaskan budak dunia.

Jadi para Syuyukh, Awliyaullah, mereka membebaskan kita. Orang-orang yang datang, seperti Tom, seperti Ayman, seperti Faizan. Siapa lagi yang telah menyerahkan dunia dan datang ke sini? Sisanya bermain-main. Semoga Allah (swt) memaafkan kita. 

A‘ūdzu billāhi minasy-syaitānir-rajīm. 
Bismillāhir-Rahmānir-Rahīm. 
Lā ḥaula wa lā quwwata illā billāhil-‘aliyyil-‘aẓīm. 
Destūr yā Sayyidī, Quṭb al-Mutaṣarrif. Destūr yā Sayyidī wa Mawlāyā, madad yā Rijāl Allāh.

Rasulullah (saw) telah menyampaikan sebuah hadits yang saya dengar dari Mawlana Shaykh Nazim (q) berkali-kali, dan itu penting bagi kita karena, mā syāʾ Allāh kebodohan–al-jahl telah mencakup semua orang. Kebodohan telah mencakup di mana-mana. Banyak orang bertindak berdasarkan kebodohan mereka. Mereka tidak bertindak berdasarkan ilmu, khususnya Muslim. Bagi Non Muslim, kita tidak membahasnya. Semoga Allah (swt) membimbing mereka kepada ilmu, Ilmu Ilahi. Kita tidak membahas mereka.

Tetapi Muslim, dan bukan hanya Muslim, namun mereka yang juga mengatakan bahwa, “Kami adalah Muslim yang istimewa.” Mā syāʾ Allāh, ada sekelompok orang yang berkata, “Kami lebih baik dari yang lain.” Kau tahu itu bukan, Ayman? “Kami ada dalam thariqah. Kami lebih tinggi dari Muslim biasa. Kami adalah Muslim khusus.” Itu adalah kibr, kesombongan. Semoga Allah (swt) mengampuni kita.

Jadi Rasulullah (saw) bersabda — dan saya mendengar hadits ini dari Mawlana Shaykh Nazim (q), dan hadits ini disebutkan dalam “Ihya ulum al-Din”. Beliau ditanya, “Ayyul-ʿamali afḍal?” amal apa yang terbaik? Perbuatan apa yang paling baik? Beliau menjawab, “al-‘ilmu billāh,” mengetahui tentang Allah; untuk membuat diri kalian mengenali Allah (swt); untuk mengetahui tentang-Nya.

Lalu mereka mengulanginya, mereka berkata, “Ya Rasulullah, perbuatan apa, amalan apa yang lebih baik?” Beliau mengulangi, “al-‘ilmu billāh,” ilmu tentang Allah (swt). Maka mereka berkata, “Kami bertanya tentang perbuatan, tetapi engkau memberi tahu kami tentang ilmu,” karena ada ilmu, dan ada pula amal, perbuatan. Beliau bersabda, “Qalīlu al-‘amali yanfa‘u ma‘a al-‘ilm,” dengan ilmu, amal yang sedikit akan bermanfaat. Itu tidak masalah, Dengan ilmu, amal yang sedikit akan berhasil; dan sebaliknya adalah benar. Wa katsratul-‘amali lā yanfa‘u ma‘a al-jahl, amal yang banyak tidak akan bermanfaat jika disertai dengan kebodohan. Jadi yang lebih penting daripada amal atau perbuatan adalah ilmu tentang Sang Pencipta. Pengetahuan kalian tentang Allah (swt).

Itu adalah hal-hal yang dasar. Apa dasar-dasarnya? Kita telah menjadi begitu bodoh dari hal-hal yang dasar. Dan kita, mā syāʾ Allāh, kita mengklaim telah menjadi Qutub di zaman ini; kita telah menjadi khalifah di zaman ini; kita telah menjadi alim di zaman ini; kita telah menjadi guru besar di zaman ini, tetapi kita telah melupakan hal-hal yang dasar. Rasulullah (saw) menunjukkan bahwa sedikit perbuatan, sedikit tindakan yang disertai pengetahuan tentang Allah (swt), lebih baik daripada semua perbuatan besar yang kalian lakukan. Semua haji, umrah, ziarah, perjalanan, puasa, doa — semua itu tidak terlalu membantu jika dilakukan dalam ketidaktahuan. Ketidaktahuan tentang apa? Kalian tahu apa yang terjadi.

Mengapa manusia itu istimewa? Mereka menyerang orang lain, bukan? Semua orang menghina dan merendahkan orang lain; setiap orang ingin menjatuhkan yang lain dan mengangkat diri mereka sendiri. Bukankah itu benar, Ayman? Bagaimana kalian bisa membuat diri kalian lebih tinggi dengan menjatuhkan yang lain? Itu tidak dapat diterima. Rasulullah (saw) menunjukkan pada hal itu. Ilmu. Apakah ilmu itu? Apa dasarnya? Mengapa manusia itu istimewa? Apakah kalian tahu?

Allah (swt) telah menciptakan Adam (as) (sebagai manusia) pertama. Bagaimana? Pertama-tama Dia menciptakannya sebagai tubuh tanpa jiwa, tanpa ruh. Benar? Pertama Dia menciptakan cetakannya. Apa yang terjadi setelah itu? Benar, ada dua langkah. Langkah pertama, Dia berfirman kepada para malaikat, “Aku akan menciptakan manusia dari tanah liat.” Lihat, lihatlah! “Aku sedang menciptakan sesuatu dari tanah liat.” Mereka melihat, dan (cetakan) itu tinggal di sana selama 40 hari, 40 tahun — Allah Mahatahu.

Apakah mereka melakukan sujud pada saat itu? Tidak. Ketika beliau hanyalah tubuh tak bernyawa, Adam (as), manusia yang belum menjadi apa-apa. Malaikat hanya melihat. Mereka menonton, bertanya-tanya, “Apa itu?”

Ketika Allah (swt) meniupkan Ruh-Nya ke dalamnya, pernah dengar tentang hal itu?

وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي
Wanafakhtu fīhi min rūḥī.
Lalu Aku tiupkan ke dalamnya ruh-Ku. (QS al-Ḥijr, 15: 29)

Ketika Napas Ilahi itu masuk ke dalam cetakan itu, maka ia menjadi hidup. Allah (swt) berfirman, “Sujudlah kepada Adam.”

Allah (swt) telah menghormati manusia. Dengan apa? Dengan napas surgawi, dengan Napas Ilahi yang telah Dia tiupkan ke dalamnya. Aku tiupkan ke dalamnya ruh-Ku. (QS al-Hijr, 15:29). Itulah keistimewaan manusia. Setiap manusia adalah istimewa karena Allah Yang Mahakuasa telah bernapas kepadanya dari Ruh-Nya. Sebelum itu, Adam yang tak bernyawa berbaring. Tidak ada yang melakukan apa-apa terhadapnya. Mereka hanya melihatnya. Tidak ada perintah untuk melakukan sujud terhadapnya, yang artinya memperlakukannya lebih tinggi daripada mereka. Allah (swt) tidak memerintahkan itu.

Jadi, spesialisasi manusia, kehormatan, martabat, dan ketinggian mereka atas malaikat adalah karena Napas Ilahi itu. Itu adalah napas–jika kalian bisa mengatakannya seperti itu, jadi napas itu ditiupkan ke dalam dirinya dari Ruh Ilahi. Dikatakan bahwa, sebagaimana yang dikatakan oleh para Awliyaullah, ketika Allah (swt) mengirimkan Nūr-Nya, napas itu, Dia mengirimkan sesuatu ke dalam tubuh. Dia mengirimkan Cahaya Ilahi. Apa yang berasal dari yang Ilahi, itu adalah milik Ilahi. Jadi ketika Dia bernapas ke dalam diri kalian, atau ke dalam saya, atau ke dalam dirinya, Cahaya Ilahi itu adalah tajali atau manifestasi-Nya dari Hadirat Ilahi dalam diri manusia.

Tubuh manusia terbuat dari tanah liat. Apa yang dilakukan tanah liat? Ia menyimpan barang-barang di dalamnya. Ketika kalian mempunyai sesuatu yang terbuat dari tanah liat, ia bisa menampung sesuatu. Jadi ketika Cahaya Ilahi masuk ke dalam tubuh manusia, tubuh itu mengandung Cahaya tersebut. Itulah sebabnya ruh kalian tidak melarikan diri dari tanah liat kalian. Ruh kalian ada di dalamnya. Napas Ilahi yang telah ditiupkan kepada kalian — dari Ruh-nya — tetap berada di dalam. Tubuh kalian mengandung Tajali Ilahi, Cahaya Ilahi dari Hadirat Ilahi.

Apakah Ka’bah itu? Apakah ia dari tanah liat? Apakah Ka’bah terbuat dari tanah liat? Ya. Jadi Adam menjadi Ka’bah ḥaqīqiyyah. Ia telah menjadi Ka’bah sejati. Itulah sebabnya diperintahkan untuk melakukan sujud. “Lakukan sujud, arahkan dirimu kepada Ka’bah sejati-Ku. Ka’bah sejati-Ku adalah dia, lakukan sujud kepadanya.” Jadi mereka melakukan sujud kepada Ka’bah sejati di atas. Kita melakukan sujud kepada Ka’bah di Makkah di bawah sini. Itu adalah cetakan, itu adalah tanah liat, tetapi di dalamnya terdapat Tajali Hadirat Ilahi. Apakah kalian percaya bahwa di Ka’bah ada Hadirat Ilahi? Tentu saja. Mengapa kalian pergi ke sana dan melakukan tawaf dan semua itu? Karena ada Hadirat Ilahi di sana. Itu adalah representasi dari Hadirat Ilahi di bumi.

Ketika kalian memasuki Masjid Al-Haram, masjid suci di lembah suci, wilayah suci, kalian tidak diperbolehkan membawa apa pun dari dunia ini. Kalian memasuki Hadirat Ilahi. Jika kalian mengatakan bahwa tidak ada Hadirat Ilahi di Makkah, tidak ada Hadirat Ilahi di Ka’bah, lalu kalian berdoa kepada siapa? Batu? Kalian berdoa kepada Allah (swt). Kalian mengarahkan diri kalian ke arah Cahaya Ilahi yang ada di Ka’bah, Hadirat Ilahi yang ada di Ka’bah. Allah (swt) menjadikannya untuk kita di sini.

Jadi eksterior Adam (as) seperti eksterior Ka’bah — tanah liat. Tetapi interior Adam (as) adalah napas itu, Napas Ilahi, Hadirat Ilahi muncul dalam dirinya, dalam diri manusia. Hadirat Ilahi juga muncul dalam Ka’bah. Secara internal, itu adalah Hadirat Ilahi. Ketika kalian berdoa, kalian tidak berdoa kepada Ka’bah, kalian berdoa kepada Allah (swt) karena Cahaya-Nya ada di sana. Kalau tidak, kalian juga seorang yang bodoh. Jika kalian mengira Ka’bah itu kosong. Seperti yang biasa dikatakan Mawlana Shaykh Nazim (q), mengapa orang pergi ke Ka’bah? Mereka pergi ke rumah yang kosong? Mereka bilang itu adalah rumah Allah. Jika itu rumah Allah, apakah itu kosong? Tentu tidak. Itu tidak kosong.

Jadi, Adam (as) — manusia — memiliki keistimewaan Napas Ilahi itu. Itulah sebabnya beliau istimewa dan para malaikat diperintahkan untuk bersujud padanya. Siapa yang tidak melihat Hadirat Ilahi yang muncul dalam diri Adam (as)? Syaithan. Syaithan hanya melihat bahan dan elemen ciptaan Adam (as). Ia melihat pada sisi luarnya. Ia tidak memahami apa yang Allah (swt) telah hembuskan ke dalam manusia itu. Ia hanya melihat luarnya dan berkata, “Oh, dia dari bahan yang lebih rendah dariku. Dia berasal dari zat yang lebih rendah dari diriku. Aku lebih baik darinya.” Dia melihat bagian luarnya dan berkata, “Aku tidak mau melakukan itu. Aku lebih baik darinya. Engkau menciptakan aku dari api.” Itu berarti materialnya penciptaannya adalah api. Itu memang lebih tinggi daripada material penciptaan kita, yakni debu, tanah, bumi. Apa yang dikatakan oleh Allah (swt)? Saya berbicara tentang dasar-dasarnya.

Allah (swt) berfirman

فَمَا يَكُونُ لَكَ أَن تَتَكَبَّرَ فِيهَا
Fa-mā yakūnu laka an tatakabbara fīhā.
Tidak sepatutnya kamu menyombongkan diri di dalamnya. (QS. Al-A‘rāf, 7: 13)

Kau tidak bisa mengangkat dirimu di atas yang lain di Hadirat-Ku. Kau tidak boleh memiliki kibr, kesombongan di Hadirat-Ku. Kau tidak boleh memiliki ‘ujub, berbangga diri di Hadirat-Ku. Kau tidak boleh mengatakan, “Aku lebih baik darinya,” di Hadirat-Ku. Keluarlah dari Hadirat-Ku!

Jadi Awliyaullah berkata, “Tanbīh!” Tanbīh artinya peringatan, perhatikan baik-baik. Allah (swt) tidak hanya mengusir Syaithan karena ketidaktaatannya, Dia mengusir Syaithan karena takabur dan kibr, karena kesombongannya.

“Siapa orang itu?” Ia menyeru. “Siapa dia?” Apa artinya? “Siapa yang lebih baik darinya?” “Siapa yang lebih baik?” “Kau adalah Syaithan.” Syaithan meniup ke dalam diri kalian untuk bertanya kepada orang-orang siapa yang lebih baik. Tinggalkan itu. Kalian bahkan tidak tahu ABC. Kalian tidak tahu dasar-dasarnya. Mengapa Syaithan diusir dari Hadirat Ilahi? Ia akan segera diusir. Jadi dia berkata, “Aku lebih baik darinya.” Mengapa engkau lebih baik darinya? “Karena penampilanku, tubuh luarku, sisi eksternal diriku terbuat dari elemen yang lebih halus — yakni api. Dia terbuat dari elemen yang lebih rendah. Aku lebih baik darinya.”

Allah (swt) berfirman, “Keluar! Tidak ada kesombongan di Hadirat-Ku. Tidak ada ujub di Hadirat-Ku.” Kalian tidak bisa mengklaim bahwa kalian lebih baik daripada yang lain di Hadirat Allah. Tetapi mereka tidak tahu, karena mereka bodoh. Mereka pikir mereka tahu. Mā syāʾAllāh, mereka melakukan semua ibadah tambahan ini, tetapi hal itu tidak menguntungkan mereka dengan kebodohannya.

Jadi, Adam (as) adalah Ka’bah sejati, bagian eksteriornya terbuat dari lumpur dan tanah liat, tetapi di bagian interiornya, Cahaya Ilahi muncul di dalam dirinya. Dan setiap manusia adalah seperti itu. Setiap manusia memiliki potensi itu — bahwa Cahaya Ilahi di dalam diri kalian akan menjadi lebih besar, akan menjadi lebih halus, karena ia menyerap dari Hadirat Ilahi. Apa yang Allah (swt) kirimkan ke dalam jiwa batin kalian, jika kalian tahu cara mengeluarkannya, kalian akan menjadi wakil-Nya di bumi. Kalian akan menjadi khalifah-Nya di bumi. Jadi, khalifah tidak memiliki kebanggaan. Jika seseorang mengklaim bahwa dia lebih baik, pada hakikatnya dia bukanlah seorang khalifah. Itu adalah khalifah dalam tanda kutip, itu hanyalah pengakuan semata.

Cahaya Ilahi itu, jika kalian tahu cara mengeluarkannya — kalian akan menjadi wakil Allah (swt), perwakilan sejati. Itu ada di dalam diri kalian, Napas Ilahi yang telah ditiupkan Allah (swt) ke dalam setiap manusia. Tetapi apa yang mereka lakukan? Mereka mengikuti jalan dari Syaithan. Itulah sebabnya begitu banyak manusia tidak menyempurnakan diri mereka sendiri. Karena mereka mengejar, “Aku lebih baik,” “Aku lebih hebat.” “Aku ini, engkau itu.” Siapakah orang itu? Siapa orang itu? Orang-orang yang bodoh. Ya, siapakah orang yang bodoh itu? Mungkin itu pertanyaan yang lebih baik untuk diajukan.

Jadi, Rasulullah (saw) menunjuk pada hal itu, menunjuk pada hal yang mendasar, faktor terbesar pada diri manusia — baik Muslim atau non-Muslim, alim atau tidak alim untuk ditendang keluar dari Hadirat Ilahi adalah kibr pada dirinya: “Aku lebih tinggi.” “Aku lebih baik.” Mengapa kalian mengikuti rute itu? Kalian lebih baik? Maka lakukanlah pelayanan kepada ummah. Pergilah, lakukan apa pun yang kalian inginkan bersama ummah. Jangan katakan, “Aku lebih baik,” seperti yang dilakukan Syaithan sehingga ia diusir.

Jadi dikatakan bahwa ada enam hal yang tidak cocok dalam enam kepribadian. Aṭ-ṭamaa‘ (الطَّمَعُ) keserakahan, tidak cocok untuk ulama. Keserakahan tidak cocok untuk seorang alim. Keserakahan bukan hanya tentang uang. Keserakahan juga berarti: “dia adalah milikku, dia milikku, dia milikku.” Apakah mereka melakukan hal itu atau tidak? “Hallo? Kau adalah milikku.” Itu adalah tamak. Itu adalah keserakahan. Kalian bahkan tidak tahu dasar-dasarnya. Seperti yang saya baca baru-baru ini, itu tidak cocok untuk seorang alim. Jika kalian seorang alim, bagaimana mungkin kalian mengatakan, “Orang ini adalah milikku, yang itu milikku, yang itu milikku,” itu tidak cocok, keserakahan tidak cocok untuk ulama.

Apa lagi? Dikatakan bahwa al-‘ajalah (العَجَلَة) tidak cocok untuk penguasa: tergesa-gesa, keputusan yang tergesa-gesa, keputusan reaksioner tidak cocok bagi penguasa. Apa lagi? Sifat pelit, kesengsaraan, tidak cocok untuk orang kaya. Apa lagi? Kibr, tidak cocok untuk fuqara. Kalian tahu apa itu fuqara? Darwis. Tapi itu — darwis itu dikatakan sebagai fuqara karena ia tidak mempunyai apa-apa dari dunia, mengapa? Karena ia tidak tertarik pada dunia. Bukan berarti ia tidak bisa memperolehnya. Ya, kalian bisa mendapatkannya. Pergilah, jadilah seorang ahli IT. Kalian bisa menghasilkan bayaran yang bagus sekarang ini. Saya mendengar beberapa perawat ingin menjadi ahli IT, mereka mau berhenti. Mungkin beberapa dokter ingin menjadi ahli IT juga. Itu lebih mudah. Kalian selalu bisa menghasilkan uang. Tetapi bukan karena itu, kalian meninggalkan dunia karena tidak tertarik dengannya, itu yang disebut zuhud. Kalian tidak tertarik pada dunia dan apa yang ditawarkannya. Itu tidak ada yang menggairahkan hati kalian. Mungkin saja di hari-hari awal, tetapi begitu kalian mengambil jalan Rasulullah (saw), apa yang menggairahkan hati kalian menjadi sesuatu yang berbeda — bukan dunia ini.

Jadi, seorang fuqara, seorang darwis, orang yang mengatakan bahwa aku berada dalam thariqah, kibr tidak cocok untuk mereka. Aturan dasar lainnya, aturan dasar yang tidak kalian sadari. Dan kalian mengaku mengetahui siapa khalifah di zaman ini, siapa yang menjadi Qutub di zaman ini. Celakalah kalian. Kalian sungguh memalukan! Apa yang bisa kalian lakukan syekh? Apa yang bisa kalian lakukan? Apa yang bisa kalian lakukan?

Insyāʾ Allāh, Allah (swt) dapat membimbing, tetapi jika kalian tahu, jika kalian mempunyai ilmu, bahkan jika kalian melakukan sedikit amal, itu sudah cukup bagi kalian. Tetapi jika kalian jahil, jika kalian mengklaim sebagai orang yang tinggi, seperti yang dilakukan Syaithan; jika kalian serakah, semuanya milik kalian, seperti Syaithan. Keserakahan ini datang pada Sayyidina Adam (as), ketika beliau menginginkan satu pohon itu, padahal Allah (swt) telah memberinya seluruh surga. Allah (swt) berfirman, “Semuanya adalah milikmu, kecuali yang satu itu.” Tetapi beliau tetap menginginkan yang itu. Itu disebut ḥirṣ (الحِرْص) — sebuah akhlak yang buruk. Itulah sebabnya Adam (as) diusir dari Jannah.

Jadi jika kalian adalah Ḥarīṣ (حَرِيص), jika kalian berseru kepada orang-orang dan mengatakan, “Kalian adalah milikku,” kalian akan mendapatkan hal yang sama, kalian akan diusir dari Jannah. Semoga Allah (swt) mengubah pikiran dan hati, pahamilah di mana kalian berada, wahai manusia.

Ini adalah yang keempat. Apa lagi? Kekasaran. Berbicara genit atau perilaku genit tidak cocok untuk para Masyayikh. Awliyaullah mempunyai kata-kata yang penuh hikmah. Kelancangan tidak cocok untuk seorang Syekh. Kekasaran juga tidak cocok untuk seorang Syekh. Tindakan lain termasuk kurangnya sopan santun dan tindakan tercela tidak cocok untuk para Syuyukh. Sekarang kalian melihat para Syuyukh mengutuk, berkata kasar, dan bertindak buruk. Itu tidak cocok bagi para Masyayikh. Dan yang terakhir, karakter yang rendah tidak cocok bagi mereka yang memiliki silsilah mulia. Lu’ūm (لُؤْم). Lu’ūm artinya berakhlak rendah.

اللُّؤْمُ لا يَحْصُنُ مَعَ ذَوِي الأَحْسَابِ
Al-lu’mu lā yaḥṣunu ma‘a dhawī al-aḥsāb.
Kehinaan akhlak tidak bisa tersembunyi di tengah orang-orang yang mulia nasabnya.

Dhawī al-aḥsāb, seseorang yang memiliki keturunan mulia, tidak pantas bagi mereka untuk turun ke tingkat yang rendah. Lihatlah kata-kata hikmah: jika kalian berasal dari keturunan mulia, maka tidak pantas kalian merendahkan diri pada level yang hina.

Jika kalian seorang faqir, seorang darwis, seorang biarawan, apa pun itu, tidak cocok bagi kalian untuk menjadi sombong. Jika kalian kaya, tidak pantas bagi kalian untuk menjadi pelit. Jika kalian seorang penguasa, tidak pantas bagi kalian untuk tergesa-gesa. Jika kalian seorang Syekh, tidak cocok bagi kalian bersikap kasar dalam kata-kata dan perbuatan. Dan jika… apa yang pertama tadi — saya lupa yang pertama tadi. Oh ya, aṭ-ṭama‘ — keserakahan. Keserakahan tidak cocok bagi kalian, jika kalian adalah seorang alim.

Inilah dasarnya. Jadi, Syaithan diusir karena kesombongannya. Ia berkata, “Aku lebih baik darinya.” Adam (as) diusir dari Jannah karena keserakahannya. Beliau berkata, “Aku ingin segalanya, termasuk satu pohon yang tidak boleh aku ambil, aku juga menginginkannya.” Inilah dasar-dasarnya.

Ketahuilah dasar-dasar kalian, wahai Muslim. Ketahuilah dasar-dasar kalian, wahai Mukmin. Ketahuilah dasar-dasar kalian wahai pengikut Syariah dan Thariqah, ketahuilah dasar-dasar kalian. Semoga Allah (swt) mengampuni kita.

Jadi kata-kata hikmah dari Awliyaullah Mengapa mereka berusaha menyampaikannya? Karena mereka harus membersihkan batin kalian, mereka harus membersihkan sisi dalam kalian agar kalian menjadi Ka’bah sejati. Dan kami tidak ingin mengatakan ini di depan kamera, tetapi saya pernah mendengar sebuah kisah, terutama dari Mawlana Shaykh Hisham juga, bahwa suatu ketika Sayyidina Abi Yazid al-Bistami (q) berada di mimbar. Beliau berkata kepada orang-orang, “Mengapa kalian melakukan sujud di sana? Lakukan sujud di sini!” Kalian pernah mendengar kisah ini? Saya tidak tahu bila kalian pernah mendengarnya.

Ada yang melakukannya, ada yang tidak. Ketika orang-orang yang tidak melakukan sujud itu pergi, Sayyidina Abi Yazid al-Bistami (q) membukakan dari Cahaya Ilahi yang beliau miliki di dalam dirinya. Cahaya itu melingkupi seluruh majelis. Beliau adalah Ka’bah sejati, bagian luarnya tanah liat dan bagian dalamnya Cahaya Ilahi. Tetapi kalian tidak bisa mengatakan hal ini di depan kamera. Mereka akan menyerang kita. Mereka akan mengatakan, “Lihatlah orang ini sesat.”

Di dalam hati kalian ada Cahaya Ilahi, jika kalian tahu bagaimana memolesnya, tetapi itu tidak terpoles. Itulah sebabnya tidak ada yang melihatnya. Semoga Allah (swt) memaafkan kita. Kita melakukan sujud kepada Allah (swt), tentu saja. Tidak ada sujud lainnya kepada manusia. Itu adalah bagian dari Syariah dan kita mengikutinya. Tetapi ada beberapa kasus yang hanya dibukakan bagi para ahl al-Asrār, orang-orang yang mengetahui rahasia — dan rahasia itu tidak bisa diungkapkan kepada setiap orang. Mereka tidak akan mengerti. Orang-orang tidak akan mengerti. Oleh sebab itu dikatakan bahwa kalian harus menyimpan rahasia yang Allah berikan kepada kalian. Simpanlah untuk diri kalian sendiri atau untuk mereka yang mengerti.

Itulah sebabnya kalian melihat Mawlana Shaykh Hisham (q) seperti kita: berjalan, makan, minum, tidak ada yang istimewa. Terkadang kalian bisa melihat sesuatu yang istimewa. Mawlana Shaykh Nazim juga sama. Tetapi bagi orang yang seperti mereka, ketika mereka bertemu satu sama lain, mereka saling melihat dengan cara yang berbeda. Kalian melihat Syekh, kalian melihatnya seperti diri kalian, tetapi yang lain dapat melihat Syeh sebagai sesuatu yang berbeda, tergantung pada apa yang ada di dalam hati mereka. Semoga Allah (swt) mengampuni kita.

Jadi, berusahalah untuk memoles sisi batin kalian. Jauhi kibr, jauhi mengatakan, “Aku lebih baik.” Dan jauhi menjadi serakah, ḥirṣ, dengan mengatakan, “Ia adalah milikku, ia adalah milikku.” Bersihkan diri kalian. Bersihkan sisi batin kalian, kalau tidak, kalian tidak akan sampai ke mana-mana. Kalian hanya mengikuti jalurnya Syaithan. Dan Allah Maha Mengetahui. Semoga Allah mengampuni kita.

Saya tidak ingin membicarakan masalah ini, tetapi pesan-pesan ini terus berdatangan. Fitnah ini muncul kembali. Sebelumnya ia sudah mati selama 10 tahun, seolah-olah ia menanti Mawlana Shaykh Hisham (q) wafat untuk memulai fitnah ini kembali. Ada hal-hal lain yang perlu dilakukan. Semoga Allah (swt) mengampuni kita. Āmīn, Āmīn yā Rabbal ‘ālamīn

اللهم أرنا الحق حقاً وارزقنا اتباعَه
Allāhumma arinā al-haqqa haqqan warzuqnā ittibā‘ah.
Ya Allah, tunjukkanlah kepada kami kebenaran sebagai kebenaran (yang nyata), dan anugerahkanlah kepada kami kemampuan untuk mengikutinya.

وَأَرِنَا البَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
Wa arinā al-bāthila bāthilan warzuqnā ijtinābah
Dan tunjukkanlah kebatilan sebagai kebatilan dan berilah kami kemampuan untuk menjauhinya.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكِبْرِ وَالحِرْصِ، يَا رَبِّي
Allāhumma innī a’ūdzu bika minal-kibri wal-hirṣi, yā Rabbī
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari sifat sombong dan serakah, wahai Tuhanku.

نَعُوذُ بِكَ مِنَ الْحِقْدِ وَالْحَسَدِ
Na’ūdzu bika minal-hiqdi wal-hasad
Kami berlindung kepada-Mu dari kedengkian dan iri hati.

نَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ
Na’ūdzu bika minal-jubni wal-bukhli
Kami berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan kikir

أَعُوذُ بِكَ يَا رَبِّ مِنْ كُلِّ مَا لَا تَرْضَاهُ، يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ
A’ūdzu bika yā Rabbi min kulli mā lā tardhāhu, yā Rabbal-’ālamīn
Aku berlindung kepada-Mu, wahai Rabb, dari segala yang tidak Engkau ridhai, wahai Rabb semesta alam

ربي اغفر لي وارحم وانت خير الراحمين
Rabbi ighfir lī warḥamnī wa anta khairur-rāḥimīn
Wahai Tuhanku, ampunilah aku, rahmatilah aku, dan Engkau adalah sebaik-baik Yang Maha Penyayang

وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ، وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ، الفاتحه

Wa ṣallallāhu ‘alā sayyidinā Muḥammadin wa ‘alā ālihi wa ṣaḥbihi ajma’īn, subḥāna rabbika rabbil-’izzati ‘ammā yaṣifūn, wa salāmun ‘alal-mursalīn, wal-ḥamdu lillāhi rabbil-’ālamīn, Al-Fātiḥah

Semoga Allah melimpahkan shalawat kepada junjungan kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya seluruhnya. Maha Suci Tuhanmu, Tuhan Yang Maha Mulia dari apa yang mereka sifatkan. Dan salam sejahtera bagi para rasul, dan segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, (membaca surat) Al-Fātiḥah

Leave a comment