Doa Penyembuhan Khusus dengan Asmaa’ Allah

74666339_10156784413965886_8446017264477536256_o

Seri Penyembuhan dalam Qur’an dan Sunnah, Volume 6

Mawlana Shaykh Hisham Kabbani

Zawiyah Fenton, Michigan, 26 Desember 2012

Shuhbah bakda Zhuhur

 

A`uudzu billaahi min asy-syaythaani r-rajiim, Bismillaahi ‘r-Rahmaani ‘r-Rahiim
Nawaytu ‘l-arba’īn, nawaytu ‘l-`itikāf, nawaytu ‘l-khalwah, nawaytu ‘l-`uzlah, nawaytu ‘r-riyādhah, nawaytu ‘s-sulūk, lillāhi ta`āla fī hadza ‘l-masjid 

Dastuur yaa Sayyidii, madad!

Grandsyekh `AbdAllah (q) mengatakan bahwa jika Allah (swt) ingin membuka hakikat seorang yang telah meninggal dunia di kuburnya, karena sebagian orang mempunyai bau yang tidak sedap–seperti ketika kalian berdoa, sebagian dari doa yang kalian baca keluar dengan bau yang tidak sedap karena dosa-dosa kalian–jadi jika seseorang meninggal dunia dan Allah (swt) ingin mengekspos bau dari ghibah, gunjingan, namiimah, rumor palsu yang ia sebarkan, dan perbuatannya meninggalkan shalat, puasa, senang minum-minuman, senang bermain wanita, merokok, dan bau dari segala perbuatan yang dilarang Allah (swt), maka seluruh dunia akan jatuh pingsan!  Tetapi bagaimana dengan doa seseorang yang Allah (swt) gambarkan dalam kitab suci al-Qur’an sebagai orang yang saleh, seorang wali? Doanya segera diterima, sebagaimana Allah (swt) berfirman di dalam sebuah Hadits Suci,

من عادا لي وليا فقد آذنته بالحرب

Man `adaa lii waliyyan faqad aadzantahu bi ’l-harb.

(Allah [swt] berfirman) Barang siapa yang menentang Wali-Ku, Aku nyatakan perang terhadapnya. 

(Hadits Qudsi; Bukhari, dari Abu Hurayrah)

Jadi, apakah Allah (swt) akan menyatakan perang terhadap seseorang yang Dia gambarkan sebagai seorang wali?  Allah (swt) akan menyatakan perang terhadap orang yang menentang wali-Nya! Itu artinya, para awliyaullah tidak mempunyai musuh karena Allah (swt) menjadikan mereka murni.  Itulah sebabnya mengapa Nabi (saw) mengatakan (bahwa Allah berfirman), “Barang siapa yang menentang Wali-Ku, Aku nyatakan perang terhadapnya,” yang artinya bahwa Dia akan menerima doa wali tersebut.  Allah tidak akan memerangi seorang wali.

Kalian mungkin bertanya, “Baiklah, jika tidak seorang pun dapat menyakiti seorang wali, lalu mengapa mereka mempunyai masalah?”  Masalah mereka sebenarnya bukanlah masalah mereka; lebih tepatnya masalah mereka adalah seperti kamera siaran yang mempunyai sebuah hub dan kita membawa hub kita dan datang ke sang mursyid dengan mengatakan, “Kami mengambil tanganmu untuk berbay’at kepadamu.”  Jika mursyid itu mengulurkan tangannya dan memberi bay’at kepada kita maka ia menjadi bertanggung jawab atas hub tersebut (yakni kerusakan atau penyakit yang kita semua bawa) dan ia harus menyingkirkannya. Jadi itu adalah kesalahan kita, kekejian kita, keburukan kita, dan kegelapan kita yang kita bawa kepada wali tersebut dan membuatnya memikulnya untuk kita karena ia menerima bay’at kita kepadanya, jadi menjadi tanggung jawabnya untuk untuk membersihkan diri kita dan memikul kesalahan kita.  

Itulah sebabnya ketika ia berdoa untuk seseorang yang datang dengan berbagai macam paket, seperti malas atau terlalu banyak bicara, doanya menjadi tertunda.  Hal tersebut bukanlah karena wali itu tidak suci, karena mereka semua adalah suci dan doa mereka bisa cepat, tetapi kalian juga harus suci agar doanya sampai pada tempatnya.  Ketika kalian menceritakan situasi kalian kepadanya dan ia berdoa, jika kalian 90% dalam keadaan suci, maka doanya meluncur bagaikan roket untuk sampai ke tempatnya dan masalahnya menjadi terpecahkan, tetapi bila kalian 10% suci, maka kecepatan doanya pun menurun sebesar 90%!

Itulah sebabnya Allah (swt) berfirman di dalam kitab suci al-Qur’an, 

أَلا إِنَّ أَوْلِيَاء اللّهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ الَّذِينَ آمَنُواْ وَكَانُواْ يَتَّقُونَ

Alaa inna awliyaa’ullaahi laa khawfun `alayhim wa laa hum yahzanuun. Alladziina amanuu wa kaanuu yattaquun.

Ingatlah! Sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati, (yaitu) mereka yang beriman dan senantiasa bertakwa. (Surat Yunus, 10:62-63)

“Tidak ada rasa takut” artinya tidak ada sesuatu yang akan menunda agar doa mereka segera diterima; namun demikian, hal itu tergantung pada kita dan bagaimana kita datang kepadanya.  Doa apa pun yang kalian panjatkan dengan Ismullaahi ’l-`A’zham, Nama Allah Teragung, akan menjadi seperti pedang yang akan memotong masalah kalian dengan cepat dan membawa kalian ke Hadirat Ilahi!  Itulah sebabnya ada doa-doa yang disebutkan oleh para Sahabat (ra) dan Nabi (saw) menyetujuinya. Dan kalian semua mengetahui kedua ayat ini, wa ilaahukum ilaahun waahidun laa ilaaha illa Huwa ’r-Rahmaanu ‘r-Rahiim, dan Alif. Laam. Miim. Allaahu laa ilaaha illa Huwa ‘l-Hayyu ‘l- Qayyum; satu dari Surat al-Baqarah dan satunya dari Ali-`Imraan.  Siapa pun yang mempunyai masalah dan berdoa dengan kedua ayat yang mengandung Ismullaah al-`A’zham ini, Allah (swt) akan menerima apa yang ia inginkan!

حديث أبي هريرة – رضي الله عنه – أن النبي – صلى الله عليه وسلم – كان إذا أهمه الأمر رفع رأسه إلى السماء ، وإذا اجتهد في الدعاء ، قال : يا حي يا قيوم .

Anna ’n-Nabi (saw) kaana idzaa ahamahu ’l-amra rafa`a raasahu ila ’s-samaa wa idzaa ’jtahada fi ’d-du`aa, qaala: Ya Hayyu Yaa Qayyum.


Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Hurayrah (ra), setiap kali Nabi (saw) ditimpa kesulitan, beliau akan menengadahkan kepalanya ke langit, dan ketika beliau berusaha keras dalam doanya, beliau akan mengatakan, “Yaa Hayyu, yaa Qayyum!” (Sahih Tirmidzi)

Biasanya kita melihat tangan kita ketika berdoa, namun ketika ada masalah besar, alih-alih menunjukkan ketawadukan, kalian mengangkat kedua tangan tinggi-tinggi sambil berdoa, “Yaa Rabbii!  Yaa Rabbii!” Untuk menunjukkan bahwa kalian sungguh memerlukan pertolongan. Jadi Nabi (saw) mengangkat kedua tangannya, menengadah ke langit dan berdoa, “Yaa Hayyu, yaa Qayyum! Yaa Hayyu, yaa Qayyum! Yaa Hayyu, yaa Qayyum! Yaa Hayyu, yaa Qayyum! Yaa bad`ii as-samawaati wa ‘l-ardh, yaa Dzu ’l-Jalaali wa ’l-Ikraam.

Ketika kalian berdoa seperti ini, Allah (swt) akan menerima doa kalian.

من حديث أنس بن مالك ، قال : كان النبي – صلى الله عليه وسلم – إذا حزبه أمر قال : يا حي يا قيوم برحمتك أستغيث.

Kaan an-Nabi (saw) idzaa hazabahu amran qaala: Yaa Hayyu, yaa Qayyum! Bi-rahmatika astaghiits.

Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik (ra), setiap kali Nabi (saw) ditimpa kesulitan, beliau mengangkat kedua tangannya dan berdoa, “Yaa Hayyu, yaa Qayyum! Bi-rahmatika astaghiitsh,”  “Wahai Yang Mahahidup! Wahai Yang Maha Berdiri Sendiri, dengan Rahmat-Mu aku meminta pertolongan!” (Sahih Tirmidzi)

Terakhir saya akan menyebutkan “Doa Nabi Yunus” yang dibaca oleh Sayyidina Yunus (as) ketika beliau berada dalam perut seekor paus.

وفي جامع الترمذي وصحيح الحاكم من حديث سعد بن أبي وقاص عن النبي – صلى الله عليه وسلم – قال : دعوة ذي النون ، إذ دعا وهو في بطن الحوت ” لا إله إلا أنت سبحانك إني كنت من الظالمين [ سورة الأنبياء : 87 ] إنه لم يدع بها مسلم في شيء قط إلا استجاب الله له . قال الترمذي : حديث صحيح

`an an-Nabi (saw) qaala: da`wata dzi’n-nuun, idz da`a wa huwa fii buthuuni’l-huut “laa ilaha illa anta subhaanak innii kuntu min azh-zhaalimiin.” innahu lam yad`u bihaa Muslim fii syay’in qath illa’stajaab allaahu lahu.

Nabi (saw) bersabda, “Doa saudaraku Dzun Nun (Yunus (as)), ketika ia berada dalam perut seekor paus adalah, ‘Laa ilaaha illa anta, subhaanaka inni kuntu min azh-zhaalimiin,’ “Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau.  Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berbuat zalim.’ (Surat al-Anbiya 21:87). Sesungguhnya tidaklah seorang Muslim berdoa dengannya dalam suatu masalah melainkan Allah mengabulkan doanya.” (Tirmidzi)

Ketika Sayyidina Yunus (as) merasa kesal dengan umatnya, Allah (swt) mengutusnya ke sebuah desa dengan penduduk sebanyak 100.000 orang.  Tak seorang pun percaya kepadanya, sehingga beliau pergi dan berhenti menyampaikan risalahnya. Untuk memberinya pelajaran, Allah (swt) mengirimkan seekor paus untuk menelannya.  Paus itu bisa saja mencabik-cabik tubuhnya, namun ia tidak melakukannya, karena Allah (swt) menyelamatkan seorang Mukmin dari kesulitan. Janganlah kalian datang dan mengatakan, “Aku mempunyai masalah.”  Setiap orang mempunyai masalah, namun sebagaimana yang tadi kami katakan, ketika Nabi (saw) ditimpa kesulitan beliau mengangkat tangannya dan berdoa, “Yaa Hayyu, yaa Qayyum! Bi-rahmaatika astaghiits.”  Kalian tidak lebih baik daripadanya!  Jadi Sayyidina Yunus (as) membaca doa di dalam perut seekor paus, “laa ilaha illa anta subhaanak innii kuntu min azh-zhaalimiin.”

Masalah itu muncul untuk memurnikan dan memberi pahala pada kalian dan untuk mengangkat derajat kalian lebih tinggi dan tinggi lagi, tetapi ini tergantung pada kesabaran kalian, dengan ayah kalian, dengan ibu kalian, dengan Nabi (saw), dan dengan ujian yang datang dari mursyid kalian.  Allah (swt) Mahasabar! Nama terakhir dari Sembilan Puluh Sembilan Nama-Nya adalah ash-Shabuur, Yang Mahasabar, yang muncul setelah Nama-Nama yang kuat dan berat seperti al-Jabbar dan al-Qahhar.  Melalui ujian ini, Allah (swt) mengatakan kepada kita, “Aku adalah ash-Shabuur, Yang Mahasabar.”  Mengapa Dia sabar? Dia biasa menghancurkan umat (terdahulu), menjungkirbalikkan mereka, dan menjatuhkan batu-batu dari Neraka!  Allah (swt) melemparkan batu-batu atau komet ini dari Neraka ke Bumi, yang artinya Jahannam itu ada di mana-mana karena mereka berasal dari tepat di atas atmosfer, bukannya dari empat miliar tahun cahaya jauhnya.  Ini juga berarti bahwa azab ada di mana-mana, tetapi mengapa Allah tidak mengirimkan mereka, mengapa Dia sabar dengan kita? Dia sabar karena Cinta-Nya terhadap Nabi (saw) dan ummatnya dan demi beliaulah Allah (swt) mengampuni ummat ini!  Jangan berpikir bahwa kalian hidup bahagia di mana Allah (swt) memberi kalian dengan berbagai rezeki adalah berkat kebaikan kalian! Tidak, kita tidak baik, namun (Dia memberi kita) karena salah satu ayat dalam kitab suci al-Qur’an,

قُل لَّا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلَّا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَى

Qul laa as’alukum `alayhi ajran illa al-mawaddata fi ‘l-qurbah.

Katakanlah (wahai Muhammad), “Aku tidak meminta imbalan apa pun atas seruanku, kecuali cinta kepada keluargaku.” (Surat asy-Syura, 42:23)


Allah (swt) mencintai kalian karena Dia mencintai Nabi (saw) yang mencintai Ahlu ‘l-Baitnya!  Ahlu ‘l-Bait ada dua macam, yaitu: ummat secara keseluruhan, karena kita termasuk ummat an-Nabi (saw), dan keluarga Nabi (saw), keluarga inti yang berada di pusat lingkaran keluarga.  Nabi (saw) adalah pusat dari lingkaran itu sedangkan ummatnya berada di sekelilingnya dan menerima dari pusat. Nabi (saw) bersama Ahlu ‘l-Baitnya berada di lingkaran tersebut. Siapa yang berada di bawah abaya, gamis Nabi (saw), siapa yang berada di bawah jubah Nabi (saw) ketika beliau mengenakannya?  Mari kita mulai dari yang paling muda: Sayyidina al-Husayn (ra), Sayyidina al-Hasan (ra), Sayyidina Fatima az-Zahra (ra), Sayyidina `Ali (ra) dan Sayyidina Muhammad (saw)–kelimanya adalah dari Ahlu ‘l-Bait dan yang lainnya adalah keturunan langsung mereka, yang semuanya berada di pusat lingkaran dan yang lainnya berada di sekelilingnya.  Jadi demi Cinta-Nya kepada Nabi (saw), Allah (swt) menyelamatkan seluruh lingkaran tersebut, baik yang di pusat maupun di sekelilingnya!

Allah (swt) sabar dengan diri kalian sampai akhir hayat kalian, dan Dia berfirman, “Jika engkau memohon ampun, pada saat itu Aku akan memberikannya kepadamu, jangan khawatir!”  Tetapi jangan datang seperti orang-orang sekarang ini dengan segala macam dosa. Sekarang anak-anak tidak lagi mendengar orang tuanya. Allah ingin agar kalian mendengar orang tua kalian!  Para orang tua juga tidak patuh kepada Allah (swt), karena mereka mengatakan, “Sekarang adalah Tahun Baru (mari kita rayakan).” Setiap saat dalam kehidupan kalian adalah sebuah Tahun Baru, bukan hanya dua atau tiga hari itu!  Karena orang-orang yang tidak baik merayakan Tahun Baru dengan minum-minum, bermain wanita, kita harus menghindari perkumpulan semacam itu. Kalian tidak perlu keluar dan berbusana dengan kegelapan pada malam itu, lebih baik kalian tinggal di rumah, dan membaca istighfaar setelah Shalaat al-`Isyaa.  Duduk dan makanlah bersama keluarga kalian, jangan pergi keluar, jangan menjadi bagian dari mereka. Kalian bisa pergi mengunjungi orang tua kalian atau anak-anak, tetapi jangan merayakan seperti mereka merayakannya dengan minum-minum dan sebagainya. Waspadalah! Kalian tidak tahu, seperti ketika Allah (swt) mengirim komet pada kaum `Ad dan Tsamud, mereka mengirim semua orang yang baik keluar dari desa itu bersama Sayyidina Luth (as) karena jika mereka tinggal di sana, mereka juga akan dihancurkan!

Pada kesempatan berikutnya kita akan berbicara mengenai topik yang berbeda tentang doa, insyaAllah.

Wa min Allahi ‘t-tawfiiq, bi hurmati ‘l-habiib, bi hurmati ‘l-Fatihah.


http://www.sufilive.com/Healing_in_the_Quran_and_Sunnah_6-4749.html

© Copyright 2013 Sufilive. All rights reserved. This transcript is protected

by international copyright law. Please attribute Sufilive when sharing it. JazakAllahu khayr.

 

Advertisement