Shaykh Nour Kabbani
16 Agustus 2025 Zawiyah Fenton, Michigan
A‘ūżū billāhi mina as-syaiṭāni ar-rajīm.
A‘ūżū billāhi mina as-syaiṭāni ar-rajīm.
A‘ūżū billāhi as-samī‘i al-‘alīm mina as-syaiṭāni ar-rajīm.
Bismillāh ar-Raḥmān ar-Raḥīm.
Lā ḥawla wa lā quwwata illā billāhi al-‘aliyyi al-‘aẓīm.
Dastūr yā sayyidī madad, yā sulṭān al-awliyā’i.
Dastūr yā sayyidī wa mawlāya, madad yā rijāla Allāh.
Rijālullāh, rijālullāh, a‘īnūnā bi-‘awnillāh, wa kūnū ‘awnan lanā billāh, ‘asā naḥẓā bi-faḍlillāh. As-salāmu ‘alaykum wa raḥmatullāhi ta‘ālā wa barakātuh.
Māsyā’ Allāh, hari ini kita kedatangan tamu dari Chicago, keluarga sayyid. InsyāʾAllāh, kita akan bertemu anggota keluarga lainnya nanti. Sebenarnya mereka mengundang saya pada bulan September, tetapi saya tidak bisa hadir karena saya akan pergi ke Timur Jauh. Namun insyaallāh, lain kali saya bisa datang ke Chicago dan menjadi bagian dari acara Maulid yang diadakan oleh keluarga kalian setiap tahun. Semoga Allah (swt) meridai mereka dan semua yang merayakan Maulid yang akan datang insyāʾAllāh.
Bulan Maulid semakin dekat, maka berusahalah menjaga akhlak terbaik sebagai penghormatan, terhadap bulan suci ini, sebagai penghormatan terhadap cahaya yang menyertai jasad suci, dan ruh suci Rasūlullāh (saw) ketika beliau muncul di dunia ini. Semoga Allah (swt) mengizinkan kita mengambil dari cahaya itu. Allah (swt) senantiasa mengirimkan cahaya Rasūlullāh (saw), tetapi bagian yang sulit adalah menangkap cahaya itu. Semoga Allah (swt) menjadikan kita termasuk orang-orang yang dapat menyaksikan dan melihat barakah, rahmah, dan nūr Rasūlullāh (saw) pada segala sesuatu yang kita lihat.
Mawlānā Syekh Nāẓim (q) dan Mawlānā Syekh Hishām (q) selalu mengingatkan kita pada firman Allah, asta‘īżu billāh, ważakkir –mengingatkan, berarti kita sebenarnya sudah tahu. Apa yang akan saya sampaikan, kalian sudah tahu–apakah kalian menyadarinya atau tidak, tetapi itu sudah ada dalam diri kalian. Kalian sudah tahu.
فَإِنَّ الذِّكْرَىٰ تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ
fa-inna al-żikrā tanfa‘u al-mu’minīn
Maka sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang beriman. (QS. Adz-Dzāriyāt, 51: 55).
Sesungguhnya ketika kalian mengingat apa yang sudah kalian lupakan, itu akan bermanfaat bagi kalian. Tujuannya bukanlah agar lima orang mengikuti kalian, atau sepuluh orang mengikuti kalian, atau seribu orang mengikuti kalian ke mana pun kalian pergi. Itu bukan tujuannya. Apa tujuannya?
Ada seorang tamu dari Inggris, ia datang pada hari Jumat–saya tidak tahu apakah ia datang hari ini, mungkin ia mempunyai suatu pekerjaan, tetapi ia mengatakan bahwa ia ingin berziarah ke makam Mawlānā pada hari Jumat. Begitu pula dengan keluarga Sayyid dari Chicago yang ingin mengunjungi makam Mawlānā. Omar Mas’ud mengantarnya ke sana. Kita semua juga sesekali berziarah ke makam Mawlānā. Apa yang kalian lihat? Apa yang kalian dengar? Kalian melihat pada sisi luarnya, tetapi ada apa di dalamnya? Siapa yang tahu?
Orang yang tahu adalah orang yang mengetahui tentang masa depan, orang yang mengetahui tentang hal-hal yang gaib, dan itu adalah Nabi (saw). Orang-orang melupakan Nabi (saw). Nabi (saw) tidak terlintas lagi di benak orang-orang. Apa yang ada di dalam pikiran mereka? Apa pun imajinasi yang mereka masukkan ke dalam kepala mereka. Ini, itu, ini, itu, tetapi di mana Nabi (saw)? Siapa yang dapat mengatakan apa yang terjadi di dalam kubur?
Guru kita mengatakan bahwa jika kalian duduk selama seribu tahun di kuburan untuk mengetahui apa yang terjadi di dalamnya, kalian tidak akan mampu mengetahuinya. Maukah kalian mengambil kursi, lalu duduk di sana, pagi, sore, duduk sepanjang bulan, apakah kalian akan mengetahui apa yang terjadi di dalam sana? Apakah kau tahu wahai Syekh Abdul Fattah? Saya tidak tahu, tetapi Rasūlullāh (saw) mengungkapkan apa yang terjadi di dalam sana.
Jadi ketika kalian pergi ke kuburan, kalian berziarah, kalian membaca al-Fātiḥah, kalian membaca al-Qur’an, kalian membaca tasbih, apa pun itu dan kalian menghadiahkan pahalanya kepada ruh orang yang telah meninggal, itu adalah khidmah, itu adalah pelayanan yang kalian berikan. Tetapi sekali-sekali kalian berada di sana, apakah kalian memikirkan apa yang ada di dalamnya? Itulah sebabnya dikatakan bahwa jika kalian terlalu mencintai dunia, Rasūlullāh (saw) bersabda,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَادِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِي الْمَوْتَ
‘An Abī Hurairata qāla qāla Rasūlullāh ﷺ: Akṡirū żikra hādimi al-ladżżāt, ya‘nī al-mauta.
Dari Abu Hurairah ia berkata: Rasūlullāh ﷺ bersabda, “Perbanyaklah mengingat pemutus segala kesenangan, yaitu kematian.”
Ingatlah siapa yang akan menghancurkan kesenangan kalian. Ingatlah siapa yang akan memutuskan semua kesenangan dari diri kalian. Jawabannya adalaah kematian! Jadi bila kita terlalu menikmati dunia, ketika kita terlalu banyak mengejar kesenangan dunia lalu ketika kalian mengingat mati, maka kesenangan kalian akan berhenti. Itulah sebabnya kita mengunjungi kuburan, itu adalah Sunnah. Kita harus mengingat kematian.
Jadi ketika kalian mengunjungi makam Mawlānā, ada apa di sana? Di sebelah makam beliau ada lima atau enam makam lainnya, ada apa di sana? Suatu hari kalian akan dimasukkan ke sana. Māsyā’ Allāh mereka membuat kavling Keluarga Kabbani, saya tidak tahu apakah saya akan dikuburkan di sana suatu hari nanti. Allāhu a‘lam, tidak ada yang tahu kapan seseorang akan mati. Tetapi di situ tertera nama kalian. Ketika mereka memasukkan kalian di sana, apa yang akan kalian temukan? Oh Syekh Nour, māsyā’ Allāh, apa pun itu. Apa yang akan kalian temukan di sana?
Jadi Rasūlullāh (saw) bersabda, “Ketika seseorang wafat, yatba‘u al-mayyita tsalātsah, tiga hal mengikuti jenazah. Ketika kalian wafat, ada tiga hal yang akan mengikuti kalian: ahluhu wa māluhu wa ‘amaluhu, keluarga kalian akan mengikuti kalian; uang kalian akan mengikuti kalian, māsyā’ Allāh beberapa orang datang dengan Limo yang besar dan sebagian lagi datang dengan jalan yang sangat sederhana. Jika kalian mampu, kalian bisa membayar peti mati yang harganya mencapai 30.000 dolar. Kalian tahu, ada sebuah pemakaman yang saya lihat, mungkin satu tahun yang lalu, mereka mempunyai kavling seharga jutaan dolar. Semakin mahal semakin bagus tempat kalian dimakamkan. Jadi pada dasarnya uang kalian akan mengikuti kalian ketika kalian wafat; keluarga kalian akan mengikuti kalian ketika kalian wafat; dan amal kalian akan mengikuti kalian.
Rasūlullāh (saw) mengatakan kepada kalian apa yang terjadi ketika seseorang meninggal dunia—baik keluarga kalian atau teman kalian atau seseorang yang tidak kalian kenal. Ketika orang-orang membawanya, maka uangnya mengikutinya, keluarganya mengikutinya dan amalnya mengikutinya. Fa-yarji‘u iṯnān wa yabqā wāḥid, yang dua pulang, dan yang satu akan tetap tinggal. Siapa yang akan kembali? Apakah keluarga kalian akan ikut masuk bersama kalian ke dalam kubur? Apakah uang kalian ikut masuk ke dalam kubur bersama kalian seperti Firaun? Hanya amal yang tetap tinggal bersama kalian.
Jadi ketika kalian mengunjungi makam Mawlānā, atau kalian mengunjungi makam ayah kalian, atau kalian mengunjungi makam teman ayah kalian, kalian mengunjungi makam Nabiyyullāh, kalian mengunjungi makam Waliyullāh, kalian mengunjungi makam Rasūlullāh (saw), kalian mengunjungi Jannatul Baqī‘, ada apa di sana? Apakah hanya tanah? Ada hikmah ketika kalian mengunjungi mereka, yakni untuk mengetahui amal apa yang bersama orang itu di dalam kuburnya.
Rasūlullāh (saw) bersabda bahwa amal saleh akan menjelma menjadi suatu sosok (ṣūrah). Amal kalian akan bersama kalian di dalam kubur, kalian tidak sendirian. Amal itu akan mempunyai wajah. Bagi seorang Mukmin, amalnya akan menjelma menjadi seorang yang tampan wajahnya, indah pakaiannya, dan harum wanginya, lalu orang yang meninggal itu akan bertanya, “Siapa engkau? Aku bersumpah kepada Allah (swt) bahwa melihat wajahmu, aku tidak tahu apa-apa kecuali kebaikan muncul darimu.” Apakah kalian pernah mengatakan hal ini kepada seseorang? Ketika kalian melihat seseorang lalu kalian berkata, “Māsyā’ Allāh, hanya kebaikan yang muncul darimu.” Hal itu tidak ada lagi. Ketika kalian melihat seseorang, kalian tidak bisa berharap bahwa hanya kebaikan yang muncul darinya. Rasūlullāh (saw) bersabda, “Uṭlubū al-khaira ‘inda ḥisāni al-wujūh, mintalah kebaikan dari orang yang berwajah baik.” karena itu tercermin pada mereka.
Jadi orang yang telah meninggal itu akan bertanya, “Siapa engkau? Melihat wajahmu, aku bersumpah kepada Allah (swt) bahwa tidak ada apa pun yang muncul darimu kecuali kebaikan.” Sosok itu menjawab, “Aku adalah amal baikmu. Aku adalah amal salehmu. Aku adalah amal saleh yang telah engkau lakukan. Aku akan bersamamu sebagai sahabatmu.” Dan sebagaimana bunyi ḥadīṡ tersebut, Rasūlullāh (saw) mengatakan kepada kalian apa yang terjadi ketika mereka memasukkan jenazah ke dalam kuburnya, amal itu ikut masuk ke dalamnya. Jika itu adalah amal saleh maka ia akan muncul sebagai sosok yang rupawan, dan wangi yang harum; lalu jendela dari Surga akan terbuka bagi kuburnya. Sebuah jendela dari Surga terbuka ke kuburnya, dan dari jendela itu akan datang raūḥ wa raihān dari Surga. Akan datang padanya keindahan, wangi dan cahaya dari Surga, dan itu akan melingkupi kuburnya.
Jadi kalian melihat kuburnya dari luar hanya sebagai gundukan tanah, tetapi di dalamnya adalah sesuatu yang berbeda. Kemudian kuburnya akan memanjang sejauh mata memandang. Jika amalnya saleh, jika amalnya baik, ia akan dibusanai dengan pakaian surgawi dan akan dibentangkan alas dari Surga. Hamba itu akan berkata, “Yā Rabbī, aqimi as-sā‘ati, aqimi as-sā‘ati.” “Yā Rabbī, segerakan Kiamat, segerakan Kiamat.” Mengapa? Karena akan ada lebih banyak lagi kenikmatan untuknya. Ia merasakan Surga di dalam kuburnya, sehingga hamba itu meminta, “Yā Rabbī segerakan Kiamat datang agar aku dapat menikmati sepenuhnya.” Bagaimana kalian dapat mengetahui apa yang terjadi di dalam kubur kecuali dari apa yang Nabi (saw) kabarkan kepada kalian. Itulah yang terjadi.
Jadi ketika kalian mengunjungi kubur, kalian harus melihat amalnya. Jika kalian adalah seseorang yang dapat mendengar, kalian akan mendengar apa yang terjadi di dalam sana. Jika kalian adalah orang yang dapat melihat, kalian dapat melihat apa yang ada di dalam sana. Disebutkan bahwa Rasūlullāh (saw) bersabda dan ini adalah ḥadīṡ ṣaḥīḥ, bahwa beliau mendengar azab dari dua orang di dalam kubur. Mereka bertanya kepada Rasūlullāh (saw), “Wahai Rasūlullāh, mengapa mereka mendapat azab?” Beliau mengatakan, salah satu di antara mereka, yang dilakukannya hanyalah namīmah, suka mengadu domba; dan yang kedua adalah orang yang tidak membersihkan dirinya setelah keluar dari kamar mandi. Jadi Rasūlullāh (saw) mendengar apa yang terjadi. Dan Mawlānā Syekh Nāẓim (q) mengatakan bahwa Grandsyekh mengizinkannya untuk dapat melihat apa yang terjadi pada salah satu makam di Syam. Itu bisa terjadi. Jika kalian telah mencapai level tersebut, kalian dapat melihat apa yang terjadi di dalam kubur. Tetapi untuk kita, kita mendengar apa yang disampaikan oleh Nabi (saw).
Dan kebalikannya adalah benar. Jika jenazah itu mempunyai amal yang buruk, māsyā’ Allāh kebanyakan orang di dunia sekarang ini mempunyai amal yang buruk. Mohon maaf untuk mengatakannya, termasuk diri saya sendiri, termasuk yang lain. Kita telah memasuki kotoran dunia ini dengan kepala terlebih dahulu sambil bertengkar, berselisih dan melakukan semua perbuatan yang tidak jujur. Wahai orang-orang yang telah meninggal, amal buruk yang kalian lakukan di dunia ini akan mengikuti kalian ke dalam kubur. Kebalikannya itu adalah benar. Ia akan menjelma menjadi sosok yang sangat buruk, mempunyai bau busuk, pintu Neraka akan dibukakan ke kuburnya dan kuburnya bukannya memajang sejauh mata memandang, tetapi ia malah menyempit hingga tulang-tulang rusuk kalian saling berhimpitan. Pakaian dari neraka akan dipakaikan kepada orang itu. Alas dari api akan dihamparkan untuk orang itu di kuburnya. Orang itu akan berteriak sekeras-kerasnya, “Yā Rabbī, Ya Rabbi, lā tuqim as-sā‘ah,” janganlah Engkau tegakkan Hari Kiamat. Karena jika Hari Kiamat tiba, azab mereka akan jauh lebih pedih.
Jadi ketika kalian mengunjungi kubur, ketahuilah bahwa kalian akan menyusul mereka. Jika orang yang kalian kunjungi adalah orang yang saleh dan bertaqwa, ucapkanlah, “Yā Rabbī, jadikanlah aku orang yang saleh sehingga aku dapat menikmati seperti yang telah disampaikan oleh Nabi (saw) jika aku melakukan amal saleh. Biarkan aku menikmati seperti yang dinikmati oleh orang saleh ini Yā Rabbī.” Jika itu adalah orang yang jahat, apa yang bisa kita lakukan? Kadang-kadang kita melewati kuburan orang-orang yang buruk, katakanlah, “Yā Rabbī, ampunilah dia dan ampunilah aku.” Allah (swt) mempunyai ampunan untuk keduanya.
Jadi apa amal terbaik yang dapat kalian lakukan? Apa jalan pintasnya Samia? Karena engkau berasal dari California, dan lebih menyukai cara-cara yang praktis dan mudah. Orang-orang Pakistan ini bisa bertahan sepanjang malam untuk shalat. Orang-orang California, mereka diberikan satu żikir, satu tasbih saja sudah senang. Dan sebenarnya ini yang terbaik. Sebagaimana Rasūlullāh (saw) bersabda, “al-Īmān, agama kita, jalan kita memiliki tujuh puluh cabang atau lebih. Itu adalah sebuah pohon yang besar, fa-afḍaluhā qawlu lā ilāha illallāh, yang terbaik, ḥasanat terbesar, amal terbaik adalah mengucapkan, Lā ilāha illallāh dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Wal-ḥayā`u syu‘batun minal-īmān, dan rasa malu adalah salah satu cabang dari iman. (HR. Bukhari dan Muslim). Jadi ḥasanat terbaik adalah mengucapkan, Lā ilāha illallāh, itulah sebabnya kita bertemu untuk berżikir, karena itu adalah jalan pintas.
Jika kalian ingin melakukan amal saleh, kalian mengucapkan, Lā ilāha illallāh, kalian telah melakukan amal terbaik, afḍal al-ḥasanāt, a‘ẓam al-ḥasanāt, aḥsan al-ḥasanāt, sebagaimana yang mereka katakan: amal kebaikan paling utama, amal kebaikan paling agung, dan amal kebaikan yang paling baik adalah mengucapkan, Lā ilāha illallāh. Jadi bila kita terus-menerus berżikir, mengucapkan Lā ilāha illallāh, ia akan mengikuti kalian sampai ke dalam kubur.
Dan Rasūlullāh (saw) sekali lagi bersabda bahwa Musa (as) meminta kepada Allah (swt), “Yā Rabbī, berikan aku sesuatu yang dengannya aku menyebut-Mu dan dengannya aku berdoa.” Allah menjawab, “Ucapkan Lā ilāha illallāh.” Musa (as) berkata, “Wahai Tuhanku, setiap orang melakukan hal itu. Aku ingin yang sesuatu yang istimewa, khusus untukku.” Allah menjawab, “Ucapkan Lā ilāha illallāh. Jika ‘Lā ilāha illallāh’ diletakkan di satu sisi timbangan, sedangkan tujuh langit dan tujuh bumi diletakkan di sisi lainnya, Lā ilāha illallāh itu lebih berharga daripada tujuh lagit dan tujuh bumi dengan segala isinya.” Jadi Allah (swt) mengatakan kepada Musa (as), “Sebut Aku dengan mengucapkan Lā ilāha illallāh, mintalah pada-Ku dengan mengucapkan Lā ilāha illallāh, berdoalah dengan mengucapkan Lā ilāha illallāh.” Itulah sebabnya, alḥamdulillāh kita bertemu untuk melakukan żikrullāh. Setiap hari kalian dapat melakukan żikrullāh, tetapi kita bertemu dua kali seminggu. Datanglah untuk żikrullāh. Jadilah bagian dari żākirīn, yakni orang-orang yang mengucapkan Lā ilāha illallāh karena amal itu akan ikut bersamamu ke dalam kubur. Dan jika kalian ikhlas dalam mengucapkan Lā ilāha illallāh Allah (swt) akan menghapus seluruh dosa kalian dan langsung mengirimkan kalian ke Surga. Jadi jalan pintas itu adalah Lā ilāha illallāh.
Jadi ketika kalian kembali ke Bay Area, Napa Valley apakah orang menyebutnya wine valley? (karena terkenal menghasilkan anggur–penerj.) Māsyā’ Allāh, katakan pada mereka, “Tinggalkan semua itu dan ikutlah bersamaku. Mari kita lakukan żikir Lā ilāha illallāh.” Langsung ke Surga, tanpa ada pertanyaan. Jika kalian melakukannya dengan ikhlas, segala sesuatunya diampuni, dan kalian langsung masuk ke Surga.
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۚ
Innallāha lā yaghfiru an yusyraka bihī wa yaghfiru mā dūna dzālika liman yasyā’.
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang berada di bawah syirik, bagi siapa saja yang Dia kehendaki. (QS An-Nisa’, 4:48)
Allah (swt) tidak mengampuni dosa syirik, tetapi Dia mengampuni dosa lainnya. Jadi ketika kalian mengucapkan Lā ilāha illallāh tanpa menyekutukannya dengan apa pun, Dia akan mengampuni dosa-dosa lainnya. Itu adalah ayat yang paling penuh harapan dalam al-Qur’an, karena Allah (swt) akan mengampuni segala dosa selama kalian ikhlas dan jujur dalam mengucapkan Lā ilāha illallāh. Itulah sebabnya Rasūlullāh (saw) mengatakan bahwa itu adalah afḍal al-ḥasanāt, hasanah terbaik.
Jadi siapa pun yang mengunjungi makam, ia harus mengatakan bahwa, “Aku akan menyusul mereka. Amalku akan mengikutiku. Istriku tidak akan ikut bersamaku.” Māsyā’ Allāh Ahmad ingin menikah. Dia tidak akan ikut denganmu, dia akan meninggalkanmu di sana. Keluargamu juga. Ya, semua orang mencintaimu, kami semua mencintaimu, tetapi tidak ada yang akan ikut denganmu di sana; hanya Lā ilāha illallāh, amal yang kau ucapkan itu, 12 huruf yang telah kau ucapkan.
Huruf itu adalah fisik bukan? Tetapi di dalamnya terkandung Nūru al-Īmān. Jadi ketika kalian mengucapkan Lā ilāha illallāh secara eksternal, kalian menerima Nūru al-Īmān secara internal, dan itu akan mengikuti kalian ke sana. Di lain pihak, yang lain akan mendoakan kalian, ya, alḥamdulillāh, tetapi tidak akan ada yang ikut kalian, kecuali amal saleh tersebut. Jadi pastikan kalian melakukan banyak amal saleh. Sibukkan diri dengan żikrullāh, mengapa tidak, sibukkan diri dengan shalat, sibukkan diri dengan puasa, apa pun yang dapat kalian lakukan. Itu semua akan mengikuti kalian di bawah sana. Yang lainnya akan pergi meninggalkan kalian.
Jadi, jangan menaruh harapan terlalu tinggi–begitu kata orang. “Biarkan aku mempunyai banyak teman supaya mereka membacakan untukku. Mereka bisa bantu.” Tidak ada yang akan membantu kalian. Setelah beberapa saat kalian akan dilupakan. Lima tahun, atau 10 tahun, satu generasi atau dua generasi, itu saja. Sulit bagi saya untuk mengingat silsilah ayah saya. Saya mengingat mereka sesekali, mungkin kakek saya. Namanya Muhammad Bek, tetapi di atasnya saya tidak ingat. Jadi satu generasi, dua generasi lalu kalian dilupakan. Yang tinggal bersama kalian adalah amal saleh yang telah kalian lakukan.
Wahai manusia, bersegeralah mengejar amal saleh.
وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
Wa sāri‘ū ilā maghfiratin min Rabbikum wa jannatin ‘arḍuhā as-samāwātu wa al-arḍu u‘iddat lil-muttaqīn.
Dan bersegeralah kamu menuju ampunan dari Tuhanmu dan menuju surga yang lebarnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Ali ‘Imran, 3:133).
Lihatlah, Allah (swt) memohon kepada kalian. Sang Pencipta memohon kepada kalian. “Bersegeralah menuju pengampunan dari Tuhanmu.” Mengapa? Karena kalian bisa mati besok. Kalian bisa mati malam ini. “Bersegeralah menuju pengampunan dari Tuhanmu dan menuju Surga.” Itu semua terjadi dengan La ilaha illallah. Ketika kalian ikhlas, Allah mengampuni kalian dan Dia mendorong kalian langsung menuju Surga.
Jadi Allah (swt) memohon kepada manusia. “Bersegeralah, bersegeralah secepat-cepatnya ilā maghfiratin min Rabbikum wa jannatin ‘arḍuhā as-samāwātu wa al-arḍu–dan menuju Surga yang lebarnya seluas langit dan bumi. Kalian mengejar sebuah kavling kecil di Hollywood dan Baverly Hills, sebesar ini–kalian menyia-nyiakan hidup kalian, membayar hipotek ke bank dan pada akhirnya, mereka juga akan menyitanya, padahal Allah (swt) menawarkan kepada kalian kavling dan istana yang maha luas, yang lebih besar daripada langit dan bumi, tetapi kalian tidak mengejarnya. Yang perlu kalian lakukan hanyalah mengucapkan Kalimāt ṭayyibah tersebut dan menerima para Nabi sebagai Rasul sejati dan Nabi terakhir sebagai Rasul terakhir. Apa susahnya itu? Alḥamdulillāh, itu mudah bagi kita, tetapi berat bagi yang lain. InsyāʾAllāh ini juga akan menjadi mudah bagi mereka. InsyāʾAllāh ini akan menjadi mudah bagi yang lain. Āmīn yā Rabb al-‘Ālamīn.
Allāhumma ihdinā ilā al-ḥaqqi wa ilā aṣ-ṣirāṭi al-mustaqīm yā Rabbī, bi barakati al-ḥabībi ṣallā Allāhu ‘alayhi wa sallam wa bi ḥurmati al-Qur’āni al-Karīm wa bi sirri Sūrat al-Fātiḥah.
© Hak Cipta 2025 Sufilive. Seluruh hak dilindungi. Transkrip ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta internasional. Mohon cantumkan atribusi kepada Sufilive saat membagikannya. Jazakallāhu khayran.