Syekh Muhammad Hisyam Kabbani (q)
Suatu hari Nabi (s) memanggil Bilal (r) sesaat sebelum tengah malam, dan memerintahkannya untuk mengumandangkan adzan, bukannya untuk salat, tetapi agar semua orang mendatanginya. “Cepat! Aku tidak mau menunda untuk menyampaikan pesan ini kepada Sahabatku.” Bilal (r) merasa takut sekaligus penasaran mengapa Nabi (s) ingin mengumpulkan semua orang pada jam seperti itu. Apakah Hari Kiamat telah tiba? Nabi (s) merinding. Bilal (r) lalu pergi ke masjid dan mengumandangkan adzan. Para Sahabat segera berlari ke masjid dan menunggu kedatangan Nabi (s).
Ketika Nabi (s) datang, mereka tidak menerima kedatangannya seperti yang kita lakukan ketika menyambut Mawlana ketika beliau masuk ke masjid. Sayangnya kita berlari mengerumuninya seperti kuda! Kita harus menghormatinya. Ketika Mawlana masuk, kalian harus disiplin, berdiri membuat suatu barisan dalam jarak tertentu untuk menunjukkan penghormatan kepada Syekh kalian. Bukannya seperti itu, kita malah berlari-larian seperti biri-biri atau ayam. Kalian harus mencium tangannya, tetapi jangan berkerumun dan menutupi jalannya. Bahkan ketika Mawlana Syekh Nazim (q) ingin menuju ke mobilnya, beliau tidak dapat memasukinya dengan leluasa, selalu ada yang merintanginya. Mengapa kalian tidak berdiri saja dan menunjukkan penghormatan kalian?
Suatu hari Sayyidina `Abdul-Qadir Jilani (q) berjalan bersama para pengikutnya di sebuah lorong di Baghdad dan beliau melihat seseorang datang dari ujung lorong di sebrangnya. Murid-muridnya berjalan sesuai dengan adab, semuanya berjalan di belakang, tidak ada yang berjalan di sampingnya. Di sini, setiap orang berusaha untuk berjalan di samping Syekh dan salat di samping Syekh! Apa derajat kalian untuk salat di sampingnya? Berdirilah di belakangnya untuk menunjukkan hormat kalian, bukan di sampingnya, kecuali jika tidak ada tempat di masjid itu. Murid-murid Sayyidina `Abdul Qadir Jilani (q) tidak berkerumun dengan berjalan berjejer di sisi yang sama, seperti yang kita lakukan sekarang. Mereka berjalan satu di belakang yang lain, dan Syekh sendirian di depan. Kalian tidak bisa berada di tingkatannya! Ajari diri kalian sendiri mengenai adab dan penghormatan ini.
Seorang pendeta datang dari arah yang berlawanan dari lorong tersebut, dan dengan segera Syekh `Abdul Qadir Jilani (q) memberi jalan, dan demikian pula semua muridnya. Tidak ada yang berkata, “Orang ini seorang pendeta!” Mereka semua memberi jalan. Ketika pendeta melihat penghormatan dari Syekh dan seluruh muridnya ini, ia lalu menundukkan kepalanya kepada Syekh `Abdul Qadir Jilani (q). Syekh membalasnya dengan membungkukkan badan hingga ke pinggangnya. Ketika pendeta melihat hal ini ia lalu mengucapkan, “Asy-hadu an la ilāha illa-Allāh wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullaah.” Pendeta itu mengetahui kebenaran dan kejadian tadi mengeluarkan kebenaran itu darinya. “Wahai Syekh,” kata murid-muridnya, “Apa yang terjadi? Mengapa kau memberi begitu banyak penghormatan kepadanya?” Syekh menjawab, “Aku memberi penghormatan kepada cahaya yang Allah (swt) berikan kepadanya dan aku menghormati kedua malaikat yang berdiri di sisi kiri dan kanannya.” Penghormatan inilah yang menyebabkan cahaya itu keluar dan membuat pendeta itu bersyahadat. Dengan demikian memberi penghormatan adalah sangat penting.
Ketika Nabi (s) akhirnya datang ke masjid, seluruh Sahabat telah berada dalam barisan dan menunduk. Nabi (s) lewat dengan tanpa rintangan menuju tempatnya. Sesampainya di sana, beliau kembali merinding dan berkata, “Allah (swt) telah mengutus Jibril (a) kepadaku dan berkata, ‘Wahai Rasulullah (s)! Panggil seluruh Sahabatmu dan sampaikan pesan itu!’ Ini adalah pesan yang tersulit yang pernah diberikan oleh Malaikat Jibril (a) selama hidupku. Aku sangat takut terhadap pesan ini sehingga aku segera mengumpulkan kalian di sini agar kalian bisa mendengarkan dan mematuhi pesan ini.” Para Sahabat merasa gelisah di dalam kalbunya, apakah akan ada suatu pertempuran besar melawan musuh atau ada wahyu yang datang dari langit.
Nabi (s) bersabda, “Allah (swt) telah memberitahuku semalam, bahwa Dia telah memerintahkan seluruh malaikat di tujuh langit, dan bersumpah kepada Diri-Nya, dan memerintahkan aku dan seluruh nabi yang telah wafat untuk mengutuk dan memberi kesulitan kepada orang yang tidak mematuhi pesan ini.” Setiap orang menjadi ketakutan, apa yang bisa menyebabkan kutukan dari Allah, Malaikat, Nabi dan Rasul? Nabi (s) melanjutkan, “Jika seseorang membuat orang lain bercerita tentang kejadian buruk yang telah terjadi 2 jam sebelumnya di dalam hidup mereka, maka mereka akan dikutuk.” Hal ini berarti jika terjadi sesuatu yang salah dan membuat orang menjadi bingung, atau seseorang telah berkata kasar kepada orang lain dan kalian menceritakan kembali hal tersebut dalam percakapan kalian 2 jam kemudian, berarti kalian telah mendatangkan kutukan dari Allah (swt), Nabi (s), para Malaikat dan seluruh Nabi dan Rasul.
Kalian harus bisa menyembunyikan aib saudara-saudari kalian, karena Allah (swt) Maha Menyembunyikan kesalahan seluruh umat manusia. Kalian tidak perlu menunjukkan kesalahan mereka karena kalian sendiri juga mempunyai kesalahan. Jika kalian menyembunyikan kesalahan mereka, Allah (swt) tidak akan menunjukkan kesalahan kalian, inilah arti dari SATTAR, Yang Maha Menyembunyikan. Sembunyikanlah kesalahan mereka, jangan mengatakan sesuatu yang menyakitkan saudara-saudari kalian, maka Allah (swt) akan menyembunyikan kesalahan kalian. Setiap orang mempunyai kesalahan yang disimpan di dalam kalbu masing-masing. Jika kalian berusaha keras untuk menyembunyikan kesalahan kalian mengapa kalian malah mengumbar kesalahan orang lain? Allah (swt) telah berjanji dengan Kemuliaan dan Kebesaran-Nya bahwa Dia akan mengutuk orang yang tidak menyembunyikan segala kejadian buruk yang telah menimpa mereka.
Wa mina-llāhit-tawfīq bi hurmatì‘l-Fātihah.
http://www.naqshbandi.org/teachings/suhbats/hide-others-mistakes/