Satu Sore bersama Mawlana Syekh Nazim (q) di Damaskus
Laylat al-Jumu`a, 12 Ramadan 1421 (7 Desember 2000)
Mawlana Syekh berkata kepada kami:
Nabi (s) bersabda, “Ada tiga golongan yang salatnya tidak diterima: budak yang melarikan diri, wanita yang meninggal dunia ketika suaminya marah kepadanya, dan orang yang memimpin salat namun orang-orang yang mengikutinya tidak menyukainya.”
Untuk alasan inilah ketika saya berkunjung ke suatu tempat, dan mempersilakan seseorang untuk memimpin salat, namun saya melihat orang-orang tidak menyukainya dan mereka lebih senang bila saya yang menjadi imam, sehingga saya yang menjadi imam Salat Tarawih, dan saya memimpin mereka dengan kecepatan tinggi.
Setelah Tarawih Mawlana berkata kepada kami:
Orang-orang yang melakukan Salat Tarawih 8 rakaat—apakah 20 rakaat terlalu banyak untuk Allah? Bahkan dua puluh ribu pun masih terlalu sedikit. “Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” [51:56]
Setelah 8 rakaat, mereka berkata kepada diri mereka sendiri, “Cukup, ini sudah terlalu banyak.” Mereka kelelahan, capai. Padahal mereka bisa menghabiskan waktu berjam-jam di depan TV dan tidak pernah merasa kelelahan.
Mereka menghabiskan waktu 23 jam setiap hari untuk nafs mereka, ego mereka, tetapi seluruh waktu yang mereka gunakan untuk salat siang dan malam tidak sampai satu jam.
Mereka yang salat 8 rakaat—alasan terakhir mereka adalah bahwa mereka malas. Dan yang seperti mereka adalah golongan Munafiqun, di mana Qur’an mengatakan, “Dan apabila mereka berdiri untuk salat, mereka berdiri dengan malas” [4:142]. “Malas dan enggan” [9:54]. Dan hadits mengatakan bahwa, “Barangsiapa yang meniru suatu kaum, maka mereka adalah bagian dari mereka.”
Betapa beraninya mereka mengabaikan ijmak yang sudah berlaku selama lima belas abad mengenai salat dua puluh rakaat dan Sunnah Nabi (s) yang mengatakan, “Hendaklah engkau memegang Sunnahku dan Sunnah dari Khulafaur Rasyidin setelahku.” Apakah hadits ini sahih atau tidak? [orang-orang menjawab, “Sahih!”]
Ketika mereka melihat orang salat dua puluh rakaat atau menggunakan waktunya lebih lama dalam salat, mereka katakan, “Bid’ah!”, tetapi mereka tidak merasa keberatan terhadap waktu yang mereka habiskan dalam menonton TV, bagi mereka ini bukan sebuah bid’ah!
Mereka tidak berhak mengatakan hal semacam itu sedangkan Nabi (s) memerintahkan kita untuk mengikuti mayoritas terbanyak, Sawad al-A`zham (Mayoritas Muslim). Dan Sawad al-A`zham salat dua puluh rakaat selama 15 abad. Betapa beraninya kalian menentang hal itu? Saya berdoa agar Allah menyingkirkan mereka agar mereka tidak mencapai tahun berikutnya.
Sayyiduna `Ubaydullah Ahrar – Qaddas Allah Sirrah – mengatakan, “Barang siapa yang merasa lelah dan berhenti, maka ia bukan bagian dari kita.” “Kita” di sini maksudnya adalah para salikun.
Yang menjadi tanda malas adalah bahwa mereka merasa lelah. Namun demikian kita melanjutkan jalan kita menuju Tuhan kita. Seorang hamba harus selalu berada di jalan menuju Tuhannya. LA BUDD MIN AL-SULUK.
Allah menciptakan manusia dengan jalan yang sempurna, kemudian mengembalikan mereka ke tempat yang serendah-rendahnya – asfal as-safilin [95:5]. Ini adalah keberadaan duniawi ini. Tidak ada eksistensi yang lebih rendah daripada dunia ini, dunia yang hina (al-dunya al-dani’a). Tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, “falahum ajrun ghayru mamnun” – “maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya,” [95:6], eksistensi mereka sungguh manis. Tetapi orang-orang—mereka lebih menyukai dunia yang hina ini.
Seseorang mungkin mempunyai ruangan-ruangan yang dipenuhi emas, perak, dan batu-batu permata. Atau ia mempunyai rumah-rumah atau gedung-gedung. Atau seluruh kota yang dipenuhi batu permata dan semuanya adalah miliknya. Tetap saja ketika ia meninggal dunia, para pewarisnya akan melepaskan cincin-cincin yang dipakainya dari jari-jemarinya pada malam itu juga. Jika ia wanita, mereka akan melepaskan gelang-gelangnya, kalung-kalungnya, dan anting-antingnya. Mereka tidak bisa lagi memiliki apa yang pernah dimilikinya sebelumnya. Semua ini adalah untuk orang yang masih hidup. Bahkan para pewarisnya dengan menyesal akan membuang seprai di mana ia meninggal dunia. Mereka akan saling menyalahkan, “Mengapa engkau tidak memanggil ambulans untuk membawanya ke rumah sakit ketika kau melihat tanda-tanda ajalnya?” Inilah dunia.
Di Amerika Serikat, mereka menempatkan saya di sebuah hotel yang mewah. Ketika saya tanya berapa bintangnya, mereka berkata, “Tidak cukup bintang untuk hotel ini, bintang-bintang itu untukmu. Jika lima untukmu, bagi kami itu bisa saja 15. Bagi kami, nama saja sudah cukup.” Dan saya melihat petugas kebersihan dan portir keluar-masuk dari hotel. Mereka semua disambut dengan baik, tidak ada yang keberatan mereka hilir-mudik, keluar-masuk. Lalu saya berpikir, “Jika pemilik hotel yang sangat besar ini meninggal di kamarnya, di atas, apa yang akan mereka lakukan? Apakah mereka akan membiarkannya di sana? Sesaat pun tidak! Ia tidak akan disambut lagi. Mereka akan membungkusnya dan menurunkannya—lewat lift? Tidak!! Bahkan tidak pula lewat tangga, melainkan lewat pintu darurat. Dan jika tidak ada, mereka akan mengikatnya dengan sejenis tali atau kain dan mengereknya pelan-pelan melalui jendela agar tak seorang pun melihatnya. Dan jika ada yang melihat, mereka akan berkata bahwa itu adalah semangka. Battiikh.
Mereka tidak ingin orang-orang berpikir ada yang meninggal di sana, karena bisa saja mereka berkata, “Mungkin kita juga akan meninggal di sana,” lalu mereka akan pergi. Mereka tidak ingin menghancurkan kesenangan para pengunjung hotel. “Ingatlah terhadap yang menghancurkan kesenangan,” sabda Nabi (s). Artinya adalah “Ingatlah akan kematian.”
Allah (swt) telah menunjukkan saya istana sultan dan raja-raja, Dia telah menempatkan saya dekat dengan mereka dan mengizinkan saya untuk melihat gaya hidup mereka. Tetapi alhamdulillah, hati saya tidak pernah sedikit pun condong ke sana. Semua yang saya rasakan adalah bahwa sebagian besar yang ada di sana adalah benda-benda tidak berguna. Semoga Allah (swt) menghilangkan kecintaan terhadap dunia dari dalam hati kita dan membuat kita rindu terhadap kekayaan dan kemegahan Akhirat.
ALLAH ALLAH ALLAH ALLAH ALLAH AZIIZ ALLAH
ALLAH ALLAH ALLAH ALLAH ALLAH KARIIM ALLAH
ALLAH ALLAH ALLAH ALLAH ALLAH SUBHAAN ALLAH
ALLAH ALLAH ALLAH ALLAH ALLAH SULTHAAN ALLAH
Ya Allah , kami rindu akan Kesultanan-Mu. Mintalah untuk Kesultanan-Nya yang tak terhingga karena Dia adalah Sarmadi Sulthan—Sultan yang kekal. Bi Hurmatil-Habib, bi Hurmatil-Fatiha.
Sumber:
http://www.naqshbandi.org/suhba/tarawih.htm
Lebih lanjut mengenai tarawih 8 atau 20 rakaat dapat dilihat di link berikut:
http://naqshbandi.org/adab/fasting/taraweeh.htm