Syekh Hisyam Kabbani
Fenton Zawiya, Michigan, 27 Juni 2015
Zhuhr Suhbah (2)
(lanjutan dari Shuhbah sebelumnya oleh Syekh Nour Kabbani
Saya ingin menambahkan mengenai rahasia Ka`bah yang tadi disebutkan oleh Nour [Kabbani]. Segala sesuatu mempunyai cerminannya dan Allah (swt) menciptakan segala sesuatu zawjayni zawjayn, dengan dua identitas dari seseorang: Dia memberi mereka identitas melalui ibu jari dan Dia memberinya identitas melalui retina mata mereka. Jadi kalian dapat melihat lebih baik melalui mata kalian daripada melihat dengan ibu jari kalian. Jika mata-mata ini dibukakan melalui suatu perjuangan (riyadhah) agar mendapat petunjuk dari Allah (swt), karena Allah akan memberi petunjuk bagi orang yang berjuang untuk-Nya:
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
Dan orang-orang yang berjihad di (Jalan) Kami, benar-benar akan tunjukkan kepada mereka Jalan-Jalan Kami, dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Surat al-`Ankabut, 29:69)
“Orang-orang yang berjihad di (Jalan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka Jalan-Jalan Kami”, dan ketika Dia mengatakan “jalan-jalan” itu artinya jalan yang tak pernah berakhir, di mana setiap orang akan mempunyai sebuah jalan atau sepuluh jalan atau dua jalan yang dapat diraih melalui awraad-nya; bahkan ia mungkin membuat awraad-nya sendiri dan itu adalah jalannya, dan Allah akan memberi petunjuk kepada setiap orang menuju Jalan-Nya!
Bayangkan apa yang terjadi di Masjid al-Haraam di Mekah: ketika kalian masuk, kalian melihat jutaan orang berdesakan dari berbagi penjuru dunia. Siapa yang menarik mereka bagaikan sebuah magnet, menarik mereka ke Ka`batullah, Baytullah? Ka`bah aslinya adalah Bayt al-Maa’muur yang dibawa dengan jalan surgawi. Ia berada di Surga Keempat! Bayt al-Maa’muur menarik rahasia itu dan menarik jutaan orang ke Ka`batullah; hakikat rahasia yang berada di Surga Keempat menarik orang untuk mengunjungi Baitullah. Jika kalian menyingkirkan temboknya, apa yang ada di sana? Beberapa orang akan mengatakan tidak ada apa-apa, tetapi tidak:
ما وسعني أرضي ولا سمائي ولكن وسعني قلب عبدي المؤمن
Langit dan Bumi tidak dapat menampung-Ku, tetapi kalbu orang beriman dapat mengandung-Ku.
(Hadits Qudsi, Al-Ihya dari Imam al-Ghazali)
Ada Ka’bah di sana, di dalam hati kalian, ada qiblat, yang akan mengantarkan kalian kepada Ka`bah sesungguhnya, mengantarkan kalian ke Bayt al-Maa’muur.
Jadi itu adalah untuk Bayt al-Maa’muur dalam sepersekian detik, di mana tidak ada waktu. Kita mengenal tiga dimensi dan waktu adalah dimensi imajiner. Para ilmuwan berkata, “Kita akan mengambil waktu dan membaginya ke dalam fraksi dari satu detik”, dan sebanyak mungkin mereka membagi satu detik hingga ke angka 10-23 (1 dengan 23 nol) . Di sana, pada saat itu, tidak ada waktu lagi, segala sesuatunya adalah energi, jadi di dalam Ka`bah yang kita lihat adalah Tajalli Allah (swt) dalam setiap partikel waktu terkecil, mengirimkan dari Langit Tajali Asmaul Husna wal Shifat-Nya yang berbeda-beda, itu juga yang menarik orang-orang ke Ka`batullah, untuk mencapai spiritualitas tingkat tinggi itu. Kisah yang engkau [Syekh Nour] sebutkan mengenai Mawlana Syekh terangkat, meskipun mereka diangkat dengan jalan spiritual, dan meskipun awliyaullah dapat melihat secara fisik dan yang lain dapat melihat secara spiritual dan yang lain tidak dapat melihat apa-apa, jadi beliau diangkat dan tawafnya awliyaullah berada pada level kedua, di mana [baru-baru ini] mereka mendirikan jembatan, sebagaimana yang engkau sebutkan. Apa rahasia Ka`bah? Itu adalah batu yang berasal dari Langit. Ada dua tempat yang berasal dari Langit: Hajar al-As`ad dan kemudian Rawdhah asy-Syarifah:
ما بين قبري و منبري روضة من رياض الجنة
Di antara kubur dan mimbarku terdapat sebuah taman dari Taman Surga. (Ahmad)
Jadi ketika kalian masuk Surga, kalian masuk tanpa dosa karena kalian tidak bisa mempunyai dosa di Surga. Itulah sebabnya orang-orang saling mendorong untuk sampai ke sana, karena mereka tahu jika mereka melangkahkan kaki ke sana, mereka akan melangkah ke dalam Surga tanpa dihisab pada Hari Kiamat: setiap orang yang melangkahkan kaki di Rawdhah berarti melangkahkan kaki ke dalam Surga. Jadi alasan Nabi (saw) mencium Hajar al-As`ad, sebagaimana yang disebutkan oleh Sayyidina `Ali (ra), ketika Sayyidina `Umar (ra) berkata, “Aku menciummu (Hajar Aswad), karena aku melihat Nabi (saw) menciummu, tetapi aku tahu bahwa engkau adalah sebuah batu yang tidak membahayakan dan juga tidak mendatangkan manfaat.”
عن عابس بن ربيعة عن عمر رضي الله عنه أنه جاء إلى الحجر الأسود فقبله فقال إني أعلم أنك حجر لا تضر ولا تنفع ولولا أني رأيت النبي صلى الله عليه وسلم يقبلك ما قبلتك
روى الحاكم من حديث أبي سعيد أن عمر لما قال هذا قال له علي بن أبي طالب : إنه يضر وينفع ، وذكر أن الله لما أخذ المواثيق على ولد آدم كتب ذلك في رق ، وألقمه الحجر ، قال : وقد سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : يؤتى يوم القيامة بالحجر الأسود وله لسان ذلق يشهد لمن استلمه بالتوحيد
Sebuah hadits mencatat ketika Khalifah kedua, `Umar ibn al-Khattab (ra) datang mencium Hajar Aswad. Di depan semua orang yang hadir beliau berkata, “Tidak ada keraguan lagi, aku tahu bahwa engkau hanyalah batu yang tidak membahayakan dan juga tidak mendatangkan manfaat. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, maka tentu aku tidak akan menciummu.” Sayyidina `Ali (ra) menanggapi perkataan Sayyidina `Umar (ra), “Sesungguhnya batu ini (Hajar al-Aswad) dapat mendatangkan manfaat dan juga kerugian,” dan beliau mengingatkannya bahwa Allah (swt) berfirman di dalam al-Qur’an bahwa Dia menciptakan manusia dari keturunan Nabi Adam (as) dan membuat mereka bersaksi atas diri mereka sendiri dan Allah bertanya pada mereka, ‘Bukankah Aku adalah Penciptamu?’ Terhadap hal ini mereka semua mengiakannya. Jadi Allah menuliskan konfirmasi ini dan batu ini mempunyai sepasang mata, telinga dan lidah, dan ia membuka mulutnya atas perintah Allah (swt), Yang meletakkan konfirmasi tersebut di dalamnya dan memerintahkannya untuk bersaksi bagi seluruh hamba yang menegaskan keyakinannya pada Keesaan Allah.”
Hadits lainnya mengenai keutamaan Hajar al-Aswad dari ibn `Abbas (ra):
حَدِيث ابْن عَبَّاس رَضِي الله عَنهُ انه قَالَ: الْحجر الْأسود يَمِين الله فِي الأَرْض يُصَافح بهَا عباده أَو قَالَ:
خلقه كَمَا يُصَافح النَّاس بَعضهم بَعْضًا.Sesungguhnya Batu itu adalah Tangan Kanan Allah di Bumi; dan melaluinya Dia bersalaman dengan hamba-hamba-Nya. (Ibn Qutayba dalam Ghariib al-Hadits)
Untuk menjadi saksi bagi setiap orang yang pergi ke sana dan memberikan salam, walaupun dari kejauhan, karena sekarang kalian tidak leluasa untuk mencapainya. Kalian ucapkan, “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, itu sudah cukup bagi Hajar al-Aswad untuk menjadi saksi bagi kalian di Hari Kiamat bahwa kalian adalah seorang Mukmin dan Muslim dan kalian telah menyentuh Surga walau dengan mengangkat tangan kalian dari kejauhan, sehingga kalian dapat masuk ke dalam Surga tanpa dihisab.
Tinggalkan hal ini, tetapi ketika kalian melakukan shalat sunnah, Nabi (saw) menganjurkan kita untuk melaksanakan shalat setelah shalat fardhu. Jadi, ketika kalian melakukan shalat sunnah, kalian menghadapkan wajah kalian ke arah Qiblat. Ketika kalian mengucapkan, “Allahu Akbar,” karena di dalam shalat, kalian melakukan kelima rukun Islam; kalian shalat, kalian puasa karena kalian tidak makan ketika shalat, kalian mengarahkan wajah kalian ke arah Mekah, ini adalah haji, dan kalian membayar zakat, karena kalian menyerahkan waktu kalian kepada Allah (swt) padahal kalian dapat menggunakannya untuk berbisnis. Jadi kelima rukun Islam ada di dalam shalat. Ketika kalian mengucapkan, “Allahu Akbar,” kalian mengarahkan wajah ke arah Ka`bah, ke arah Batu Kebahagiaan atau Batu Hitam, dan ia akan menjadi saksi bagi kalian lima kali sehari, setiap kali kalian mengucapkan “Allahu Akbar,” itu sampai ke sana.
Untuk Madinata ’l-Munawwarah, ketika kalian melakukan sunnah, seolah-olah kalian telah memasuki mihrab Nabi yang berada di Rawdhah asy-Syarifah. Setiap kali ia (Sayyidina Zakaria) masuk ke mihrab Sayyida Maryam, ia mendapati makanan di sana. Setiap kali ia masuk ke ruang istimewanya Sayyida Maryam, ia mendapati makanna di sana. Jadi Rawdhah asy-Syarifah dan juga mihrab tersebut seperti tempat suci di mana doa-doa dikabulkan.Sayyidina Zakariya (as) pergi ke mihrab tersebut dan berdoa agar ia dikaruniai anak dan akhirnya ia dikaruniai Sayyidina Yahya (as), di usianya yang sudah tua. Jadi bila kalian berdoa di sana, maka tempat itu akan memberi wasilah bagi kalian di Hari Kiamat karena kalian telah shalat di sana.
Ada begitu banyak penjelasan dan insyaAllah di lain waktu Taher akan bicara dan Ishaq akan bicara, dan kita akan melihat permata-permata yang keluar dan memberi kita cita rasa sejati, sebagaimana Ibn `Ajiiba berkata,
Al-`ilmu`ilmaan `Ilm al-Awraaq wa `Ilm al-Adzwaaq.
Ada dua jenis ilmu, yaitu ilmu kertas dan ilmu rasa.
Ada begitu banyak ulama yang menyentuh pada Ilm al-Awraaq, atau ilmu kertas, tetapi dalam `Ilm al-Adzwaaq, yakni ilmu rasa, kalian menyentuh pada Syariah dan juga Makrifat. Kita berharap para ulama Syariah juga akan berbicara mengenai tasawwuf karena kalian memerlukan rasa tersebut, seperti ketika kalian datang untuk ifthar, berbuka puasa, setiap orang minum, tetapi kalian tidak minum dan mereka mengatakan, “Ini enak, airnya manis,” tetapi mereka tidak memberikannya kepada kalian untuk dicicipi. Jadi para Ahl al-Haqaa’iq, para ahli hakikat, mereka memberi kalian rasa dari air tersebut, bukan hanya cangkir yang berwarna saja.
Jadi dari yang benar-benar abstrak, `adm, dari non-eksistensi, Allah menciptakan makhluk dan dari sana Allah mengirimkan ke non-eksistensi. Jadi karena hal tersebut, Ibn `Arabi mengatakan bahwa kita kembali kepada non-eksistensi.
http://sufilive.com/What-is-Inside-the-Kaaba–5920.html
© Copyright 2015 Sufilive. All rights reserved. This transcript is protected
by international copyright law. Please attribute Sufilive when sharing it. JazakAllahu khayr.