shuhbah Dr. Nour Kabbani
Dallas, Texas, 28 November 2020
Perjalanan kita adalah untuk berkumpul bersama Rasulullah (saw). Perjalanan seluruh manusia adalah untuk bersama Rasulullah (saw). Beliau mempunyai sesuatu untuk diberikan kepada kita. Ketika Allah (swt) mengutusnya ke `aalamiin, ke seluruh alam, kepada seluruh manusia, Dia mengutusnya beserta hadiah yang akan diberikan kepada kita. Itu adalah Pemberian dari Sultan. Dia telah memberi jauhar, permata kepada kalian.
Di manakah permata itu? Mereka ada di dalam bumi. Kalian harus menggalinya. Kalian harus menembus gelapnya bumi untuk menemukan permata itu. Apakah kegelapan bumi itu? Itu adalah sifat atau karakteristik dari ego. Karakteristik hewani dari ego, karakteristik setani. Jadi Allah telah meletakkan permata itu di dalam tambang. Mengapa orang-orang menemukan permata di dalam tambang? Mengapa permata-permata itu tidak tumbuh di pepohonan? Kalian harus menggali ke dalam bumi untuk menyingkap permata itu.
Syekh kalian membawa kalian ke dalam kegelapan ego kalian sehingga kalian dapat mengetahui seberapa dalam, seberapa gelap dan seberapa dinginnya ego tersebut. Beliau membawa kalian ke dalam bumi untuk menyingkap permata tersebut. Ketika kalian menyingkap permata itu, kondisinya masih kotor, artinya ia harus dipoles, ia harus dibentuk dan dipersiapkan. Berlian perlu dipersiapkan, emas perlu dimurnikan. Kalian mempunyai sesuatu di dalam sana. Rasulullah (saw) bersabda bahwa manusia adalah tambang. Di dalam tambang ini terdapat permata-permata kalian wahai manusia.
Jadi Allah (swt) telah menciptakan cahaya dan kegelapan. Dengan cahaya Syekh, kalian menembus kegelapan ego kalian. Dan ketika kalian menembus kegelapan ego tersebut, kalian mengalami segala hal yang diinginkan oleh ego kalian. Kalian masuk lebih dalam dan lebih dalam bersama Syekh yang menyalakan lenteranya untuk kalian hingga kalian menemukan permata kalian. Setelah kalian menyingkapnya dan mengeluarkannya, kalian akan meletakkan permata itu di kepala kalian dengan Bismillaahi ‘r-Rahmaani ‘r-Rahiim. Itu adalah mahkota kalian. Sekarang kalian sudah pantas untuk bertemu dengan Sultan. Kalian telah menjadi seorang Sultan. Setelah kalian menemukan permata kalian dan mendapati tempat kalian di majelis Sultan, kalian diizinkan untuk bertemu dengan Sultan, mendengar Sultan, dan berkumpul bersama Sultan, Rasulullah (saw).
Jadi Allah (swt) telah menciptakan cahaya dan kegelapan. Dengan cahaya Syekh, kalian menembus kegelapan ego kalian. Dan ketika kalian menembus kegelapan ego tersebut, kalian mengalami segala hal yang diinginkan oleh ego kalian. Kalian masuk lebih dalam dan lebih dalam bersama Syekh yang menyalakan lenteranya untuk kalian hingga kalian menemukan permata kalian. Setelah kalian menyingkapnya dan mengeluarkannya, kalian akan meletakkan permata itu di kepala kalian dengan Bismillaahi ‘r-Rahmaani ‘r-Rahiim. Itu adalah mahkota kalian. Sekarang kalian sudah pantas untuk bertemu dengan Sultan. Kalian telah menjadi seorang Sultan. Setelah kalian menemukan permata kalian dan mendapati tempat kalian di majelis Sultan, kalian diizinkan untuk bertemu dengan Sultan, mendengar Sultan, dan berkumpul bersama Sultan, Rasulullah (saw).
Tetapi sebelum kalian memperoleh mahkota kalian, kalian tidak diperkenankan untuk masuk ke istana itu, jadi kalian tinggal di pintu dan memohon sedekah, mengatakan, “Yaa Sayyidi, aku berada di pintumu, berikanlah aku sesuatu!” Kemudian Sultan akan memberikan sesuatu, karena para Sultan tidak pernah menolak seseorang; mereka akan memberi sesuatu pada kalian, tetapi kalian harus tinggal di sana.
Setelah kalian memperoleh permata kalian, mahkota kalian, kalian dihiasi dengan busana “Bismillaahi ‘r-Rahmaani ‘r-Rahiim,” dan kalian diundang untuk masuk ke dalam istana (surgawi) yang agung itu di mana seluruh pejabat dan keluarga kerajaan duduk di sana. Ketika kita sudah mendapat busana seperti itu, kita diundang untuk masuk, tetapi ketika kita masih seperti ini, lusuh, kotor seperti pengemis, dan kita tidak mempunyai mahkota di kepala kita, mereka akan mengatakan, “Pergilah, dapatkan busanamu dulu, baru kemudian datang!” Eh, ini adalah tarekat. Orang-orang bertanya, “Apakah tarekat itu?” Tarekat itu adalah menyelam ke dalam kegelapan diri kalian.
Di mana Sayyidina Dzul Qarnayn (as) menemukan air (yang disebutkan dalam al-Qur’an) itu? Di maghrib asy-syams, di tempat di mana matahari terbenam, artinya dalam kegelapan. Allah (swt) berfirman di dalam al-Qur’an,
حَتَّىٰٓ إِذَا بَلَغَ مَغْرِبَ ٱلشَّمْسِ وَجَدَهَا تَغْرُبُ فِى عَيْنٍ حَمِئَةٍۢ وَوَجَدَ عِندَهَا قَوْمًۭا ۗ قُلْنَا يَـٰذَا ٱلْقَرْنَيْنِ إِمَّآ أَن تُعَذِّبَ وَإِمَّآ أَن تَتَّخِذَ فِيهِمْ حُسْنًۭا
Hingga ketika dia telah sampai di tempat matahari terbenam, dia melihatnya (matahari) terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam. (QS Al-Kahfi, 18:86)
Ia mendapati matahari itu terbenam dalam laut yang berlumpur hitam, yakni tubuh kalian; matahari adalah ruh kalian, ia adalah cahaya rohaniah, cahaya yang telah terbenam dalam diri kalian.
Para Awliyaullah mengatakan bahwa Sayyidina Khidr (as) bersama Sayyidina Dzul Qarnayn (as) menempuh perjalanan dengan mengunggangi kuda selama enam atau tujuh hari dalam kegelapan total hingga Sayyidina Khidr (as) menemukan Mata Air Keabadian, Ainul Hayat tersebut.
Jadi misi kalian, wahai manusia, adalah menunggangi kuda kalian, melakukan perjalanan bersama Dzul Qarnayn (as) dan Khidr (as), artinya, bersama Awliyaullah, bergerak terus menuju tempat itu di mana kalian akan menemukan Kehidupan yang abadi, yakni di Mata Air Keabadian! Kalian akan mendapati air itu jauh di dalam bumi, di mana kalian harus melemparkan ember kalian dan menariknya, sebagaimana dalam kisah Sayyidina Yusuf (as) di mana beliau dilemparkan ke dalam sumur, ke dalam air itu. Tanpa air, tidak ada kehidupan! Jadi Syekh adalah seseorang yang akan membawa kalian masuk ke dalam kegelapan ego kalian untuk menemukan matahari tersebut, menemukan cahaya tersebut.
Allah (swt) berfirman di dalam al-Qur’an,
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ وَجَعَلَ ٱلظُّلُمَـٰتِ وَٱلنُّورَ ۖ ثُمَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ
Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, dan menjadikan gelap (zhulumaat) dan terang (nuur). (QS Al-An`am, 6:1)
Mawlana Syekh Nazim (q) menjelaskan bahwa Allah (swt) telah menciptakan Sisi Surgawi kalian, yakni hati dan Sisi duniawi kalian, yakni ego, dan Dia telah menjadikan kegelapan (zhulumaat) dan cahaya (nuur). Hati (qalb) adalah rohaniah, ego (nafs) adalah fisik. Mawlana Syekh Nazim (q) mengatakan, “Jika kalian ingin melihat ego kalian, maka lihatlah ke arah cermin dan bicaralah kepadanya, ‘Apa yang akan kau lakukan malam ini?’ atau ‘Kau mau pergi ke mana?'” Itulah ego kalian! Jadi Allah (swt) telah meletakkan cahaya (nuur) di Langit, di dalam hati kalian, sebagaimana pula di matahari, bulan dan bintang; sementara di sisi lain, Dia telah meletakkan kegelapan di bumi, dalam ego kalian.
Matahari atau cahaya di dalam qalbu adalah sifat malakiyyah kalian, sifat malaikat kalian. Namun demikian, kegelapan dalam nafs kalian, adalah keempat karakteristik dari ego manusia, yakni bahiimiyyah (بهيمية), karakteristik hewan ternak, yakni untuk makan, merumput, dan berkembang biak; haywaaniyyah (حيوانية), karakteristik binatang, yakni menendang dan menggigit; sab’iyyah (سب اية), karakteristik buas, yakni mengoyak tubuh sesama manusia, sebagaimana yang mereka lakukan sekarang; serta syaythaaniyyah (شيطانية), karakteristik setani, yakni tidak patuh kepada Allah dan menunjukkan keras kepala, iri dengki, marah dan menentang Allah (swt).
Jadi Mawlana Syekh Nazim (q) berkata, “Apa yang diinginkan dari kalian di dunia ini, wahai manusia, adalah mencapai Allah (swt), yang artinya berhubungan dengan `alamu ‘l-malakuut, dengan Langit. Kalian seharusnya terhubung dengan sisi rohaniah kalian!”
Berapa banyak manusia yang menentang Sang Pencipta dengan kata-kata dan perbuatannya? Mereka bahkan menyangkal Keberadaan-Nya! Itu adalah sebuah kebohongan terbesar, yakni menyangkal adanya Sang Pencipta!
Lihatlah lampu hias di belakang saya ini. Apakah ini muncul dengan sendirinya? Tidak! Jadi, siapa yang membuat lampu-lampu bulan dan bintang ini? Katakan pada saya, wahai orang yang menyangkal keberadaan Sang Pencipta! Apakah lampu itu muncul dengan sendirinya? Masya Allah, lampu-lampu plastik itu muncul dengan sendirinya, setelah ia diekstrak dari minyak bumi, lalu ia membentuk dirinya sendiri, memberikan cahaya kepada dirinya dan menggantungkan dirinya di sana. Akal seperti apa yang kalian miliki, wahai para intelektual yang mengajarkan sampah kepada anak-anak muda?! Apakah teori big bang atau evolusi acak atau apa pun yang kalian ajarkan, katakan pada saya bagaimana lampu-lampu ini muncul? Tanyalah pada Sigmund Freud, tanyalah pada Darwin , bagaimana bulan plastik ini muncul? Apakah muncul dengan sendirinya? Tidak! Lampu ini dibuat oleh seseorang, didesain oleh seseorang, dijual oleh seseorang, dibeli oleh seseorang, diantarkan oleh seseorang dan digantung di sini oleh seseorang.
Jadi, planet raksasa atau batu raksasa, yakni bulan yang sesungguhnya di langit, bukan yang plastik seperti ini, dirancang dan dibuat oleh siapa? Apakah ia muncul dengan sendirinya? Apakah ia mempunyai pikiran sendiri? Setiap bulan kalian melihat bahwa ia terus-menerus dalam keadaan patuh. Ia tidak menyimpang sedikit pun dari jalurnya. Setiap malam ia menjalani siklus yang sama. Bulan itu tidak merasa bingung; ia tidak serta merta menjadi bulan purnama pada hari pertama, “Oh aku bingung! Mestinya aku menjadi bulan purnama pelan-pelan.”
Seseorang telah memprogram bulan itu, batu terbesar di atas Bumi! Bulan plastik ini dipasang oleh kalian di sini, tetapi bulan yang sesungguhnya diletakkan di langit oleh Sang Pencipta! Sebagaimana Allah (swt) telah meletakkan cahaya di langit, begitu pula Dia telah meletakkan cahaya di langit kalian, langit dari hati kalian, yakni sisi rohaniah kalian.
Sisi rohaniah kalian bukanlah bersifat duniawi, kalian mempunyai sesuatu (dalam diri kalian) dari Allah (swt)! Ada Alamu ‘l-Khalq, Alam Ciptaan dan Alamu ‘l-Amr, Alam Perintah (alam rohaniah), dan Allah (swt) berfirman di dalam al-Qur’an,
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُم مِّن الْعِلْمِ إِلاَّ قَلِيلاً
Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah (wahai Muhammad), “Ruh itu termasuk Perintah (amr) Tuhanku.” (Surat al-Isra, 17:85)
Ini artinya bahwa ruh bukanlah ciptaan (khalq) tetapi perintah (amr), yang merupakan sesuatu yang berbeda. Allah (swt) telah meletakkan cahaya itu di dalam hati kalian, dan itulah yang kita tunggu-tunggu. Ketika kita mengatakan “Mahdi (as),” ada suatu rahasia di sana. Ya, tentu saja beliau akan muncul secara fisik, tetapi ada juga makna rohaniahnya, yaitu bahwa bahwa nuur, cahaya di dalam hati kalian akan muncul. Ketika cahaya itu muncul, maka kalian akan diambil alih oleh karakteristik malaikat dan karakteristik rohaniah, berarti kalian telah terhubung dengan cahaya yang telah ditanamkan Allah (swt) jauh di dalam diri kalian.
Ar-ruuh, adalah tentang musyahadah, penyaksian, karena ruh dapat melihat. Jadi ketika kalian mencapai ruh tersebut, kalian mulai menjadi ahlu ‘l-kasyaf, kalian mulai dapat melihat. Arwaah (jamak dari ruh) melihat sesuatu yang berbeda dengan mata ini. Kita tidak akan membahasnya lebih dalam, karena Allah (swt) mengatakan, “amri rabbii,” “Itu berasal dari Perintah Tuhanku,” tetapi Mawlana Syekh Nazim (q) mengatakan bahwa yang terpenting bagi kalian di dunia ini adalah mencapai Allah (swt). Mencapai Allah (swt) artinya menghubungkan diri kalian dengan alam malakuut, berhubungan dengan Langit. Kalian harus terhubung dengan sisi rohaniah kalian.
Kalian mempunyai dua sisi, yakni ruh dan jasad. Kalian (terdiri dari) dua dan berasal dari dua, dari ayah dan ibu kalian (aba, ama); dan kalian hidup dalam dua, yakni siang dan malam (lail wa ‘n-nahaar). Kalian ada dua, tetapi ada yang Satu, yakni Allah (swt). Dia menciptakan kalian menjadi dua. Itu adalah nuqtatu ‘t-ta`ayiin (نقطة التعيين), titik penunjukkan. Itulah sebabnya Rasulullah (saw) lahir pada hari Senin, Itsnayn (hari kedua dalam seminggu), karena peringkat beliau adalah yang kedua. Beliau adalah yang pertama dalam Ciptaan, tetapi dalam hal martabat, beliau adalah yang kedua, itsnayn. Semoga Allah (swt) mengampuni kita.
Jadi, Mawlana Shaykh Nazim (q) mengatakan bahwa dari nuqtatu ‘t-taayiin,
Titik Penunjukkan Makhluk [lihat bagian 6], muncullah sebuah jalan bagi kita. Ada berapa garis yang dapat kalian tarik dari sebuah titik? Tak terhingga! Jika kalian meletakkan sebuah titik di tengah lingkaran, berapa garis yang dapat kalian tarik ke arah tepi? Tak terhingga! Jadi, dari satu titik itu (nuqtatu ‘t-taayiin) ada tak terhingga titik yang keluar darinya dan kembali kepadanya (thuruq)! Itulah sebabnya mereka mengatakan,
الطرق الى الله تعالى على عدد انفاس الخلائق
Ath-thuruq il-Allaahi ta`alaalaa `adad anfaasi’l-khalaa’iq. Jalan menuju Allah ta`ala sebanyak jumlah napas manusia, tak terhingga!
Jalan menuju Rasulullah (saw), jalan yang kalian tempuh semuanya tertuju ke pusat, kepadanya, dan dari beliau semua jalan itu keluar. Beliau adalah Titik Asal dari seluruh makhluk. Pada akhirnya ruh kalian akan masuk ke dalam Samudra Ruhnya. Insya Allah, Allah (swt) akan memasukkan kita ke dalam orang-orang yang beruntung ini, yaitu bersama dengan Rasulullah (saw) dan diterima di hadiratnya.
Jadi Grandsyekh mengatakan bahwa ada banyak jalan untuk mencapai maqam kalian di alam malakuut, yakni pada level-level surgawi, dan jalan yang kita ambil adalah Jalannya Syah Naqsyband (q), yang dikenal sebagai Tarekat Naqsybandiyya. Jalan yang kita ambil ini akan membawa kita ke Titik Asal tersebut yakni Rasulullah (saw)! InsyaaAllah, Allah (swt) akan membuat kita semua termasuk orang-orang yang beruntung yang bersama dengan Rasuulullah (saw), dan dterima di hadiratnya (saw).
Bagaimana kalian menuju ke titik yang berada di Langit itu, di alam rohaniah? Kalian menuju titik itu dengan memperbaiki hati kalian, islahu ‘l- qalb, membenahi hati. Dari apa? Dari karakteristik hewan ternak, binatang, hewan buas, dan syaithan yang telah menguasai hati. Keempat kelompok karakteristik ini telah menguasai hati manusia. Itulah sebabnya hati manusia cenderung menuju ketidakpatuhan, itulah sebabnya hati manusia cenderung ke arah dosa, karena ketika hati dikuasai oleh ego, ia menuruti hawa nafsunya, dan itu adalah thaghuut, melanggar kepatuhan dan melebih batasnya.
Jadi ketika kegelapan ego telah menguasai hati, yakni sisi rohaniah, maka sisi rohaniah itu cenderung mengikuti hawa nafsunya dan jatuh ke dalam kesenangan dunia ini. Mereka menuju kegelapan. Ketika diri kalian mulai membersihkan diri dari kegelapan ego dan cahaya mulai bersinar di dalamnya, ia mulai bergerak menuju `ubuudiyyati ‘l-Haqq, menuju penghambaan kepada Allah (swt).
Jadi ketika kalian melihat seseorang bergerak ke arah penghambaan kepada Allah (swt), ketahuilah bahwa Nuur itu mengambil alih kegelapan di dalam hatinya. Dan Nuur itu adalah Nuur rohaniah, sang matahari yang Allah telah berikan kepada kalian. Ketika Nuur itu mengambil alih, orang itu mulai menjadi hamba Allah (swt), ia menerima undangan dari Anbiyaullah, percaya kepada Rasulullah (saw) dan menerima Syariah, menerima perintah dan aturan Allah (swt).
Ketika hal itu terjadi, Allah (swt) menjadi Wali baginya, ia menjadi Waliyullah. Allah (swt) membawanya dari kegelapan menuju matahari terbit. Sayyidina Zulkarnain mencapai matahari terbenam, kemudian apa yang terjadi? Beliau mencapai matahari terbit. Orang yang berada dalam kegelapan, apa yang dilakukannya? Ia mengikuti hawa nafsunya sehingga ia jatuh ke dalam kesenangan dunia. Jadi bagaimana kalian menggerakkan hati kalian menuju cahaya dan menjauhi kegelapan?
Sebagaimana yang dikatakan oleh Mawlana Syekh Nazim (q), kalian melakukannya dengan membenahi hati kalian, melalui islaahu ‘l-qalb, dan arah pembenahan hati ini terjadi melalui dzikrullah, sebagaimana firman Allah,
أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
Alaa bi dzikrillaahi tathma’innu ‘l-quluub.
Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. (Ar-Ra`d, 13:28)
Tanpa dzikir qalbi, hati ini tidak akan pernah berubah menjadi cahaya!
Jika kalian ingin mengubah hati kalian menjadi bulan, di mana Allah (swt) telah menanamkannya dalam diri kalian, kalian harus memulainya dengan dzikrullah. Ketika kalian memulainya dengan dzikrullah, Allah (swt) mulai membawa kalian keluar dari kegelapan ini; mengeluarkan kalian dari pribadi yang suka menggigit dan menendang orang lain, dari pribadi yang suka makan, minum, merumput dan berkembang biak, yang suka mencabik-cabik manusia karena kesenangannya membunuh dan Dia (swt) akan menjauhkan kalian dari karakteristik setani, termasuk hasad, marah, kikir dan keras kepala dan lain-lain, dengan melakukan apa? Dengan melakukan dzikrullah!
Itulah sebabnya mereka menentang dzikrullah. Itulah sebabnya Setan ingin melarang dzikrullah, dengan mengatakan, “Itu adalah bid’ah!” Allah (swt) berfirman bahwa, “Dengan dzikrullah hati kalian akan mencapai tuma’ninah, mencapai kepuasan.” Itu artinya, hati kalian akan mencapai matahari tersebut dan ketika ia telah mencapai matahari, hati akan menjadi tenteram. Dan matahari tersebut adalah Nuur Rasulullah (saw) yang ada di dalam diri kalian.
وإعلموا أن فيكم رسول الله
Ketahuilah, bahwa di dalam dirimu ada Rasulullah (saw). (Al-Hujuraat, 49:7)
Dalam bahasa Arab, “fii” artinya”di dalam”, tetapi ia juga bisa berarti “di antara” atau “di sekeliling”, jadi wa a`lamu ana fiikum, ketahuilah bahwa bersamamu, atau di dalam dirimu, atau di antaramu, apa pun yang ingin kalian jelaskan–ada Rasulullah (saw)! Jadi dengan melakukan dzikrullah, kalian menjauhkan diri kalian dari kafir hawa, ketidakpatuhan hawa nafsu menuju Nuur Muhammad (saw)!
Syekh kalian akan memberi lebih banyak dan lebih banyak dzikrullah sehingga kalian akan mencapai Nuur tersebut. Hal itu bukan hanya dengan satu kelompok dzikrullah, tidak! Seiring dengan peningkatan kalian, kalian semakin dekat dengan Nuur tersebut, Syekh kalian akan memberikan lebih banyak awraad yang berbeda sehingga kalian akan semakin dekat dengan Nuur Rasuluullah (saw).
Itulah sebabnya kita melakukan dzikrullah, karena ia merupakan titik balik diri kalian dari Kegelapan Ciptaan menuju Cahaya Ciptaan. Malam adalah kegelapan, Kegelapan dari Ciptaan. Matahari adalah Cahaya dari Ciptaan. Semoga Allah (swt) membuat kita dapat mencapai Cahaya tersebut, Nuuru ‘l-Muhammadi, untuk melihatnya, mendengarnya dan berkumpul bersama Rasulullah (saw), yaa Rabbii. Jadi itulah yang kita lakukan. Itulah tarekat.
Tarekat adalah dzikir, sebagaimana yang dikatakan oleh Mawlana. Tarekat Naqsybandiyya adalah Dzikir Khafi (dalam hati), tidak ada yang tahu bahwa kalian sedang melakukan dzikir, kalian sedang bersama Kekasih kalian, bukan dengan iphone, bukan dengan rekening bank, kalian berada dalam diri kalian melakukan dzikir khafi. Tarekat Naqsybandiyyah adalah dzikrun khafiyyun, dzikir yang tersembunyi sampai insan mencapai suatu derajat di mana Allah menggambarkannya bahwa ini adalah orang-orang di mana tidak ada yang dapat mengganggunya dari dzikir kepada-Ku.
Jadi Syekh kalian akan memberi, memberi dan memberi kalian hingga kalian akan mencapai maqam di mana Allah memuji kalian sebagai Rijaal, yakni orang yang memegang kata-katanya. Mereka memegang kata-katanya (menepati janjinya) dengan Allah dan tidak ada yang dapat mengalihkan dari dzikirnya, tidak ada yang mengalihkan dari melihat Keindahan-Nya, tidak ada yang mengalihkannya dari Allah (swt). Itulah Tarekat Naqsybandiyyah, itu adalah dzikir khafi.
Syekh kalian akan datang kepada kalian dan mengatakan, “Wahai anakku, bagaimana kita akan melakukannya?” Itu adalah dengan cahaya Syekh. Beliau mengatakan, “Bila kalian masuk ke dalam tambang, kalian membutuhkan cahaya, bila kalian masuk sendiri kalian akan mati.” Seperti halnya para penambang di Chile, mereka terperangkap di sana. Siapa yang bersama mereka? Syekh kita menunjukkan sebuah karamah, itu adalah sebuah contoh, sebuah analogi bahwa jika kalian pergi sendiri kalian akan terperangkap, kalian akan mati; tetapi Mawlana Syekh Nazim bersama mereka, itu adalah apa yang dikatakan mereka sendiri. Mereka mengatakan bahwa ketika mereka berada di sana seorang Syekh muncul ke hadapan mereka, dan beliau membantu mereka keluar dari situ. Jadi ketika hal itu terjadi, mereka menunjukkan foto Mawlana dan kemudian mereka menempuh perjalanan dari Chile ke Siprus. Mereka katakan, “Ini adalah orang yang bersama kami di dalam tambang.”
Allah (swt) menunjukkan kepada kalian nilai dari Syekh kalian, wahai orang yang lalai–terutama diri saya, dan kemudian kita semua. Kita lalai. Syekh adalah orang yang akan bersama kalian dalam tambang kalian. Dengan cahayanya, beliau menunjukkan jalan pada kalian, jadi seperti itulah Syekh. Bukannya Syekh yang hanya berbicara saja, juga makan dan menyanyi, tidak! Syekh mempunyai sesuatu yang berbeda untuk dilakukan.
Grandsyekh mengatakan bahwa Nabi (saw) dan Awliyaullah, mereka bersama khalq, Ciptaan, tetapi mereka tidak pernah melepaskan dari Yang Haqq! Secara zhahir, mereka terlihat bersama orang-orang, tetapi siang dan malam mereka selalu bersama Allah (swt). Hadzaa kamaalul insan, ini adalah manusia yang sempurna, insyaAllah kita dapat mencapainya. Semoga Allah (swt) mengampuni kita. Ini sudah cukup. Jadi bagaimana kalian dapat keluar dari kegelapan ego kalian? Dengan dzikrullah! Dengan dzikrullah kita dapat mencapai Nuur yang telah Allah tanamkan dalam diri kita, dan dengan Nuur itu kita dapat mencapai Rasulullah (saw).
Jangan lupa, selalu dalam keadaan dzikrullah, tidak peduli kalian mengikuti tarekat apa, Qadiri, Chisti, Suhrawardi, Rifai, Naqsybandi, apa pun tarekatnya yang melalukan dzikir, datangilah dan jadilah bagian dari mereka. Lakukan dzikrullah, berdiri, duduk, berbaring, lakukan dzikrullah. Hadrah atau tanpa hadrah, lakukan dzikrullah, jangan biarkan Setan memalingkan kalian dari dzikrullah. Karena bila kalian berpaling dari dzikrullah, kalian akan berakhir pada kegelapan dari karakteristik binatang, seperti yang terjadi sekarang ini. Lihatlah, berapa banyak Muslim sekarang ini yang berada dalam kegelapan dengan menjadi binatang, menjadi binatang buas, menjadi Setan? Mereka menendang dan menggigit, mengejek, berteriak, membenci, berkhianat, berlaku curang, berbohong, bagaimana diri kalian wahai Muslim? Apakah itu yang dilakukan oleh Rasulullah (saw)?
Jadi, mari kita lakukan dzikrullah. Dzikrullah apa pun yang ada di daerah kalian, pergilah ke sana. Jangan mengatakan, “Ini bukan orang-orangku.” Kita semua adalah ummatul Habiib (saw)! Selama orang itu mengatakan, “Laa ilaaha illallaah Muhammadur Rasulullah (saw),” maka itu adalah orang-orang kalian juga.
Wa min Allah at-tawfiq, wa bi sirri Suuratil Fatihah