Adab Mawlana Syekh Nazim al-Haqqani (q)

Shuhbah Dr. Nour Kabbani

As-Siddiq Institute and Mosque Burton, Michigan USA,

20 Februari 2021

Shuhbah pada peringatan Urs Mawlana Syekh Nazim al-Haqqani (q)

Bismillaahi ‘r-rahmaani ‘r-rahiim

Insya Allah kita akan berbicara sedikit mengenai adab Mawlana Syekh Nazim (q). Apa yang pertama kali kalian lihat ketika memasuki dergah? (tulisan) Adab Yaa Huu! Adab telah hilang, dari yang besar hingga yang kecil, adab telah hilang.

Insya Allah ini berasal dari shuhbah Mawlana Syekh Nazim (q) yang diberikan di Beirut 1984. Tahun 1984 adalah tahun yang penting. Mawlana Syekh Nazim meninggalkan Damaskus antara 1979-1980an, karena pertama kali kami mengunjungi beliau pada tahun 1980 di Siprus ketika beliau pindah dan rumahnya masih direnovasi saat itu. Rumah yang selalu kita lihat dalam foto adalah sebuah reruntuhan. Mawlana Syekh Nazim (q) merenovasinya secara perlahan-lahan dengan tangannya sendiri dan tangan murid-muridnya. Jadi tahun 1980 beliau pindah ke sana sampai beliau melakukan banyak perjalanan antara negeri-negeri Arab, Eropa, Turki dan sekitarnya.

Dalam suatu perjalanannya di Madinah al-Munawwarah, `alaa saakiniihaa afdhalu ‘sh-shalaatu wa salaam, semoga Allah mencurahkan salam dan doa terbaiknya kepada seseorang yang berada di Madinah, yakni Rasulullah (saw), para Sahabatnya dan ahlul bait dan orang-orang yang berada di sekitarnya; “Orang itu melihatku di sebuah pintu.” Saya pernah menyampaikan shuhbah ini di Houston dan sekali di tempat lainnya, dan ini adalah shuhbah yang penting. Mawlana Syekh Nazim (q) tidak pernah mengklaim sebagai penerus Syekh Abdullah ad-Daghestani (q). Mawlana Syekh Abdullah ad-Daghestani (q) juga tidak pernah mengklaim sebagai penerus Syekh Syarafuddin (q). Hal itu sudah umum diketahui, tetapi mereka tidak pernah mengatakannya di hadapan orang-orang. Mereka tidak pernah mengatakan, “Aku adalah penerusnya.”

Sayyidina Syekh Nazim (q) mengatakan bahwa ada seseorang yang bertemu dengannya selama perjalannya di Madinah. Orang itu mengatakan, “Engkau seperti seorang Naqsybandi, apakah engkau seorang Naqsybandi?” Ini adalah tahun 1984, 11 tahun setelah wafatnya Syekh Abdullah ad-Daghestani (q). Apa yang dikatakan oleh Grandsyekh Mawlana Syekh Nazim (q)? Beliau mengatakan, “InsyaAllah nashilu ilaa haqiiqatin naqsy.” Beliau tidak mengatakan, “Ya, aku adalah seorang Naqsybandi!” Beliau tidak memberikan gelar apa pun kepada egonya. Beliau mengatakan, “InsyaAllah nashilu, insya Allah kita akan mencapai haqiqat, kebenaran, realitas dari naqsy, ukiran.”

Naqsy artinya menulis, menulis sesuatu. Apa yang dikatakan dalam al-Qur’an suci bahwa ukiran itu harus diletakkan dalam hati kalian?

Allah (swt) berfirman dalam al-Qur’an suci,

لَا تَجِدُ قَوْمًا يُّؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ يُوَاۤدُّوْنَ مَنْ حَاۤدَّ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَلَوْ كَانُوْٓا اٰبَاۤءَهُمْ اَوْ اَبْنَاۤءَهُمْ اَوْ اِخْوَانَهُمْ اَوْ عَشِيْرَتَهُمْۗ اُولٰۤىِٕكَ كَتَبَ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الْاِيْمَانَ وَاَيَّدَهُمْ بِرُوْحٍ مِّنْهُ ۗوَيُدْخِلُهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَاۗ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُۗ اُولٰۤىِٕكَ حِزْبُ اللّٰهِ ۗ اَلَآ اِنَّ حِزْبَ اللّٰهِ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ ࣖ – ٢٢

Engkau (Muhammad) tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapaknya, anaknya, saudaranya atau keluarganya. Mereka itulah orang-orang yang dalam hatinya telah ditanamkan Allah keimanan dan Allah telah menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari Dia. (QS al-Mujadalah, 58:22)

Ulaa’ika, itulah orang-orang, kataba fii quluubihimu ‘l-iimaan, Allah (swt) telah menuliskan iman dalam hatinya. Kataba artinya menulis, yakni naqsy. Ulaa’ika kataba fii quluubihimu ‘l-iiman, Allah (swt) telah menuliskan, mengukir, menanamkan jejak iman di dalam hatinya. Wa ayadahum bi ruuhin minh, dan menguatkan mereka dengan ruh dari-Nya. Ruh itu adalah rohani Syekh kalian.

Mawlana Syekh Nazim memperoleh kekuatan dari siapa? Dari rohaniah Syekh Abdullah ad-Daghestani (q). Allah (swt) berfirman, “Aku telah mengukir iman dalam hati mereka dan Aku menguatkan mereka dengan ruh, Ruuhul Quddus; sebagaimana Sayyidina Isa (as) mendapat kekuatan dari Ruuhul Quddus; Sayyidina Muhammad (saw) memperoleh dukungan dari Sayyidina Jibril (as), Ruuhul Aamiin. Ada ruh yang akan menguatkan orang-orang yang telah Allah tanamkan iman di dalam hatinya.

Jadi Grandsyekh Mawlana Syekh Nazim (q) karena ketawadukannya mengatakan, “Aku berharap bahwa kita mencapai haqiqat dari Naqsy bi barakati Sayyidina ‘l-kiraam, dengan berkah dari Syekhku–yakni ruh tersebut, yang menguatkan aku, yang telah membawaku ke jalan ini, insyaAllah aku dapat mencapai haqiqat dari naqsy, ukiran iman dari Allah (swt) di dalam hatiku.”

Jadi orang ini mengira bahwa Mawlana Syekh Nazim (q) adalah seorang murid. Ia mengatakan, “Baiklah, jika engkau berharap dapat mencapai haqiqat dari Naqsy, lalu siapa yang menjadi Syekhnya?” Lihatlah bagaimana Mawlana Syekh Nazim (q) memberikan kesan kepada orang itu bahwa, “Aku bukanlah Syekh.” Sekarang ini setiap orang malah mengaku, “Aku adalah Syekhnya!” Orang itu mendapat kesan bahwa Mawlana Syekh Nazim (q) bukanlah Syekhnya. Lihatlah adab beliau, tawaduk. “Baiklah, lalu siapa Syekhmu?”

Mawlana Syekh Nazim (q) mengatakan, “Syekh kami adalah penutup (khatimah) dari seluruh Imam Naqsybandi.” Sekarang orang-orang mengatakan, “Tidak, tidak, orang itu adalah penerusnya.” Lihatlah adab dari Mawlana Syekh Nazim (q), di mana beliau mengatakan bahwa Syekhnya adalah Syekh terakhir dari seluruh Imam Naqsybandi baginya. “Wa khitaamuhuu misk,” dan laknya (segelnya) adalah kasturi. Beliau memberi isyarat bahwa segel Grandsyekh adalah kasturi. Allah (swt) berfirman dalam Surat al-Mutaffifin (QS 83: 26-28),

خِتٰمُهٗ مِسْكٌ – ٢٦

Laknya adalah kasturi.

وَمِزَاجُهٗ مِنْ تَسْنِيْمٍۙ – ٢٧

Dan campurannya dari tasnim

عَيْنًا يَّشْرَبُ بِهَا الْمُقَرَّبُوْنَۗ – ٢٨

(yaitu) mata air (di Surga) yang diminum oleh mereka yang dekat (kepada Allah).

Mawlana Syekh Nazim (q) mengatakan, “Aku mencapai Surga bersama Syekhku, dan aku telah meminum dari mata air di Surga itu yang segelnya adalah kasturi.” Itu artinya jika kalian mengikuti Syekh, kalian akan mencapai Surga dan kalian akan meminum dari mata air tersebut.

Mawlana Syekh Nazim (q) tidak mengatakan bahwa dirinya adalah penerus dari Syekh Abdullah (q). Mawlana Syekh Hisyam telah menunjukkan tulisan tangan Mawlana Syekh Nazim (q) kepada kami di mana beliau menuliskan nama-nama Syuyukh Naqsybandiyya dan beliau berhenti pada Syekh Abdullah ad-Daghestani (q). Beliau tidak melanjutkannya. Adab! Sulthaanu ‘l-Awliya’ Asy-Syekh Abdullah ad-Daghestani (q) `alallaahu ta`aala darajatuhu daa’imaa, itu adalah Syekh kami, penutup dari para Imam Naqsybandiyya dan segel beliau adalah kasturi.

Jadi orang itu bertanya, baiklah engkau telah menggambarkan Syekhmu dengan cara yang sangat indah, tetapi apakah beliau masih hidup dan mendapat rezeki?

Mawlana Syekh Nazim (q) mengatakan, “Bila ia sudah menjadi mayyit, kami tidak akan mengikutinya.” Grandsyekh Mawlana Syekh Nazim (q) mengajarkan kepada kita di mana beliau mengatakan kepada orang itu, “Jika Syekhku sudah mati, maka aku tidak akan mengikutinya.” Syekh hidup dengan kehidupan yang kekal. Mawlana Syekh Nazim (q) hidup dengan kehidupan yang kekal. Allah (swt) telah memberi mereka kekekalan, hum fiihaa khaaliduun, mereka kekal di dalamnya. Grandsyekh mengajarkan kepada kita bahwa tidak peduli apa pun diri kalian dalam kehidupan ini, Syekh kalian selalu hidup bersama kalian.

Sekarang ini orang-orang mengatakan, “Syekh sudah berakhir!” Tidak! Belajarlah adab dari Grandsyekh Mawlana Syekh Nazim (q) dalam haulnya ini, ketahuilah bahwa beliau hidup, huwa hayyun yurzaq.

Orang itu bertanya, “Baiklah bila ia adalah Imam terakhir dalam Tarekat Naqsybandiyya, di mana ia sekarang?” “Qultu lahu `inda Rabbii, aku katakan padanya bahwa beliau ada di Hadirat Tuhanku.” Lihatlah, Mawlana Syekh Nazim (q) menjelaskan kepada kalian di mana para Awliyaullah berada.

Mereka mempunyai satu wajah bersama makhluk, bersama orang-orang dan satu wajah lainnya bersama Haqq. Itu adalah haqiqat sejati dari qalb, hati. Hati mempunyai dua wajah, pertama disebut al-fuad yang bersama Haqq, yaitu fuad yang dilihat oleh Rasulullah (saw); dan wajah hati yang menghadap makhluk, yaitu shadr.

اَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَۙ

Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)? agar engkau dapat bersama umatmu.

Jadi qalb mempunyai dua wajah sebagaimana bulan yang mempunyai wajah gelap dan terang. Wajah yang terang dari qalb adalah fuad, ia menghadap Haqq, menerima cahaya. Wajah sebaliknya dari bulan menghadap kita, yakni orang-orang yang gelap. Ia melihat ke arah kita di malam hari. Kalian gelap dan tidak terlihat di malam hari, tetapi bulan di malam hari bercahaya.

Jadi Syekh melihat pada kalian dengan cahayanya, wahai orang-orang yang gelap. Dan ia melihat pada Allah (swt) untuk menerima cahaya. Itulah hakikat dari hati. Jadi Mawlana Syekh Nazim (q) mengatakan, “Syekhku bersama Tuhanku.” Satu wajah menghadap Haqq, wajah lainnya menghadap makhluk.

Wajah yang bercahaya menghadap Allah (swt) adalah fuad dari hati dan sisi gelapnya adalah shadr, alam nasyrah laka shadrak, Kami telah lapangkan dadamu untuk bersama orang-orang ini. Orang-orang ini perlu banyak menangis, itulah sebabnya Syekh mempunyai tongkat. Tetapi beliau tidak pernah menggunakannya pada kita karena hilm beliau, toleran, haliim.

اِنَّ اِبْرٰهِيْمَ لَاَوَّاهٌ حَلِيْمٌ

Ibrahim awwah, artinya beliau banyak menangis ah… ah… ah… kepada Tuhannya, haliim kepada umatnya. Beliau banyak menangis kepada Tuhannya dan bersikap lemah lembut kepada umatnya. Itu adalah karakteristik dari Anbiyaullah dan Awliyaullah.

Mawlana Syekh Nazim (q) mengatakan, “Syekhku bersama Tuhanku.” “Baiklah ia bersama Tuhanmu, tetapi di mana Tuhanmu?” Mawlana Syekh Nazim (q) mengatakan, “Dia yang telah menciptakan “di mana”, maka “di mana” tidak dapat menentukan lokasi-Nya.” Allah (swt) menciptakan tempat, maka tempat tidak dapat mengandung Allah (swt). Itu artinya tidak ada tempat yang dapat mencakup keberadaan Syekh yang berada di Hadirat Tuhannya, karena beliau bersama Tuhannya. Allah meliputi segala sesuatu, haqiqat Awliyaullah pun meliputi segala sesuatu. Itu adalah haqiqat Mawlana Syekh Nazim (q). Mawlana Syekh Nazim (q) berada di Hadirat Tuhan kita. Di manakah Tuhan kita? Dia meliputi segala sesuatu.

اَلَآ اِنَّهٗ بِكُلِّ شَيْءٍ مُّحِيْطٌ

Ingatlah sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu (QS Fussilat, 41:54)

Jika ia berada di Hadirat Ilahi, itu artinya Grandsyekh Mawlana Syekh Nazim (q) meliputi segala sesuatu. Beliau hidup!

Itulah sebabnya kita gembira menjadi pengikutnya. Kita tidak perlu mengatakan bahwa Syekh kita telah wafat dan kita perlu menemukan yang lain. Tidak! Syekh kita selalu hidup! Syekh kita hidup kekal. Syekh-syekh lainnya pun adalah orang-orang yang suci, namun hati kita telah terhubung dengan Mawlana Syekh Nazim (q). Kita menghormati Syekh-Syekh lainnya, kita mencintai mereka, kita mengikuti mereka, tidak ada masalah. Tetapi cinta itu tertuju pada seorang saja.

Mengapa “Ba” mempunyai satu titik?

Bismillaahi ‘r-Rahmaani ‘r-Rahiim

Dengan Nama Allah

Huruf “Ba” mempunyai satu titik, karena ia menegaskan tentang cinta yang satu. Kalian ingin menemukan Allah (swt), kalian harus memulainya dengan Bismillaahi ‘r-Rahmaani ‘r-Rahiim untuk memasuki Samudra Qur’an, dan huruf pertama yang harus kalian ucapkan adalah “Ba”!

“Ba” mempunyai satu titik dan itu adalah cinta yang satu. Kalian tidak bisa mempunyai dua cinta, kalian tidak bisa mempunyai tiga cinta, hanya satu! Itu adalah cinta kita kepada Grandsyekh, dan cinta beliau adalah kepada Syekhnya dan seterusnya hingga kepada Silsilah Rasulullah (saw) dan dari beliau (saw) kepada Allah (swt). Itulah “Ba”

Kalian memerlukan sesuatu, kalian memerlukan suatu ikatan, kalian perlu mengikatkan diri kalian kepada sesuatu. Semoga Allah (swt) membuat kita mengingat Mawlana Syekh Nazim (q) setiap saat, menjaga adab terhadap Mawlana Syekh Nazim (q). Beliau adalah Imam terakhir dari Naqsybandiyyah bagi kita. Kita hanya melihat beliau, kita hanya mencintai beliau dengan cinta yang tulus, sepenuhnya. Syekh lainnya ada di atas kepala kita, mereka juga mencintai Mawlana Syekh Nazim (q) dan kita mencintai siapa pun yang mencintai guru kita. Dan guru kita hidup kekal! Jangan putuskan ikatan tersebut.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Mawlana Syekh Nazim (q) bahwa, “law kaana mayyitan lama taba`naa, jika Grandsyekh `Abdullah Fa’iz ad-Daghestani (q) mati, aku tidak akan mengikutinya.” Mengikuti orang yang sudah mati tidak akan membawa kalian ke mana-mana.

Orang itu mengatakan, “Baiklah, gurumu bersama Tuhanmu, lalu bagaimana engkau mencapainya?” Bagaimana kalian mencapai Syekh Nazim (q)? Ini adalah adab untuk orang-orang yang besar, bukan untuk saya (tertawa). Orang itu bertanya kepada Syekh Nazim (q) bagaimana cara mencapai Grandsyekh Abdullah (q). Bila ada seseorang yang bertanya kepada kalian, “Bagaimana kita bisa mencapai Syekh Nazim (q)?” Apa yang akan kalian katakan?

Perhatikanlah, dengarkan dan pelajari hal ini. Beliau mengatakan, “Jika mereka tidak menginginkan engkau, mereka tidak akan mengirimkan engkau kepada kami melalui pintu yang akan engkau masuki. Engkau akan berdiri di ambang pintu.” Apa yang kalian letakkan di ambang pintu? Keset! Kalian akan menginjak keset itu lalu masuk. “Jika mereka tidak menginginkan engkau, mereka tidak akan mengirimkan engkau kepadaku. Jadi engkau akan berpijak dulu pada keset kemudian masuk.” Lalu siapa yang menjadi keset itu? Lihatlah pada ketawadukan Mawlana Syekh Nazim (q). Beliau mengatakan, “Engkau berpijak padaku lalu masuk melalui pintu.” Mengapa engkau harus menginjak keset dulu? Karena kakimu kotor. Engkau mempunyai kotoran.

Sebelum masuk ke daerah yang suci, الوادي المقدس al-waadi al-muqaddas, lembah yang suci, apa yang didengar oleh Sayyidina Musa (as)? Lepaskan terompahmu! Terompahmu kotor, tidak bisa masuk ke dalam daerah yang suci. Jadi Grandsyekh mengatakan, “Engkau tidak bisa masuk ke dalam pintu; engkau tidak bisa masuk ke hadirat Grandsyekh, sebelum engkau membersihkan diri dulu, di mana? Di keset! “Aku adalah orang yang akan menghilangkan kotoranmu.” Apakah Syuyukh di zaman sekarang ini mengatakan hal itu? “Berpijaklah di atas diriku!”

Perhatikanlah pesan yang halus ini. Syekh mengatakan kepadanya, “Aku akan menghilangkan kotoranmu.” Apa yang diajarkan oleh Mawlana Syekh Hisyam? Sayyidina Abayazid al-Bisthami (q) mengatakan, “Kalian harus menjadi mazbalah مزبلة , tempat sampah.” Berapa kali kita mendengar Mawlana Syekh Hisyam mengatakan hal itu. Syekh adalah tempat sampah dan tempat sampah itu tidak pernah mengatakan, “Jangan buang sampah lagi kepadaku.” Tidak! Kalian terus membuang semua sampah, termasuk popok yang bau juga. Apa yang dikatakan oleh tempat sampah itu? Tidak ada.

Jadi Mawlana Syekh Nazim (q) mengatakan kepadanya, “Engkau tidak bisa masuk ke dalam hadirat Grandsyekh tanpa membersihkan kakimu terlebih dahulu, sebagaimana yang dikatakan kepada Sayyidina Musa (as), “Lepaskanlah terompahmu, engkau berada di lembah yang suci, Thuwa.” Itu artinya Mawlana Syekh Nazim (q) akan membuat kalian mencapai keadaan seperti Musa (as).

Dan suara siapakah itu? Mawlana Syekh Nazim (q) mengatakan bahwa suara yang mengatakan untuk melepaskan terompah itu adalah suara Rasulullah (saw). Di dalam kitab suci al-Qur’an dikatakan bahwa,

اِنِّيْٓ اَنَا۠ رَبُّكَ فَاخْلَعْ نَعْلَيْكَۚ اِنَّكَ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى ۗ – ١٢

Sungguh, Aku adalah Tuhanmu, maka lepaskan kedua terompahmu. Karena sesungguhnya engkau berada di lembah yang suci, Thuwa. (QS Thaha, 20:12)

Mawlana Syekh Nazim (q) mengatakan bahwa Allah (swt) tidak akan mengatakan kepada kalian untuk melepaskan sandal kalian. Dia adalah `Aliyyu ‘l-`Azhiim, tetapi orang yang menunggu kalian di sanalah yang mengatakannya. Rasulullah (saw) adalah yang menunggu Musa (as) di sana, asy-syajrah Mubarak, pohon yang suci. Siapakah yang dikatakan sebagai pohon yang suci tersebut? Jadi Syekh mengatakan kepada kalian, “Aku akan menyingkirkan kotoran kalian dan aku akan mempersiapkan kalian untuk masuk ke pintu, menuju hadirat Grandsyekh dan Rasulullah (saw).”

Orang itu sepertinya tidak menyukai jawabannya. Baiklah, engkau mengatakan kepadaku tentang masuk melalui pintu, menginjak keset terlebih dahulu, tetapi siapa khalifah Syekhmu? Saya mengatakan kepadanya, “Di depanmu adalah khadim (pelayan) Syekh.” Jika engkau memerlukan sesuatu dari Syekh, engkau bisa menanyakannya kepada khadimnya. Beliau tidak mengatakan, “Aku adalah ini, aku adalah itu.” Tanyalah padaku, aku adalah pelayan dari Syekhku, aku akan menyampaikan kepadanya apa yang engkau perlukan.

Jagalah adab! Lihatlah ketawadukan Mawlana Syekh Nazim (q), ketawadukan tingkat tinggi, tetapi pada saat yang sama beliau menunjukkan maqamnya pada kalian. Beliau adalah orang yang akan mengantarkan kalian pada hadirat suci Grandsyekh dan Rasulullah (saw), dengan menyingkirkan segala kotoran kita. Semoga Allah (swt) mengampuni kita. Semoga Allah (swt) membuat kita senantiasa bersamanya.

Beliau hayyun yurzaq, jangan lupakan hal itu. Beliau hidup dan memperoleh rezeki, itu artinya beliau memperoleh rezeki rohaniah dan rezeki fisik dan Allah (swt) Maha Mengetahui. Semoga Allah (swt) mengampuni kita semua dan membuat kita dapat menjaga adab terhadap Mawlana dan selalu mengerti bahwa beliau hidup. Semoga Allah (swt) mengampuni kita.

https://sufilive.com/Urs-of-Sultan-al-Awliya-Mawlana-Shaykh-Nazim-Adil-Haqqani-7432.html

© Copyright 2021 Sufilive. All rights reserved. This transcript is protected. by international copyright law. Please attribute Sufilive when sharing it. JazakAllahu khayr

Leave a comment