
Mawlana Shaykh Hisham Kabbani (q)
Zawiyah Fenton, Michigan
30 Desember 1998
Pada malam ke-16 Ramadhan dalam Shalat al-Witir kita akan membaca Doa Qunut, di mana pada malam itu Allah yatajalla `alaa nabiyyihi – Allah akan mengirimkan tajali keberkahan dan inayah-Nya kepada Sayyidina Muhammad (saw) yang kemudian Nabi (saw) mengirimkan tajali tersebut kepada Mahdi (as). Di antara para Awliya malam itu dikenal sebagai Laylat al-Mahdi, malamnya Mahdi (as), di mana dengan dukungan Surgawi pada malam itu, Allah bukakan tajali dan inayah khusus, inayatihi al-khassah. Dia bukakan untuk Mahdi (as) beserta khalifah dan deputinya. Pada malam itu Mahdi (as) akan memimpin tarawih bersama 40 khalifah dan 59 deputinya serta 12.000 keturunan Sayyidina `Ali (ra).
Mereka semua berada di balik Jabal Qaf. Allah berfirman, “Qaf wa ‘l-qur’aanu ‘l-majiid” Qaf adalah sebuah hadd, batas antara kehidupan fisik yang dapat dilihat dengan kehidupan rohaniah yang tidak dapat dilihat, kecuali oleh para Awliya. Mahdi (as) bersama khalifah dan deputinya, serta 12.000 keturunan Sayyidina `Ali (ra) yang fisiknya sama semua dengan Sayyidina Ali (ra), sehingga seolah-olah mereka adalah beliau. Mereka semua akan shalat tarawih pada malam itu yang dipimpin oleh Sayyidina al-Mahdi (as) yang akan memimpin pembacaan doa qunut.
Doa qunut dalam Witir dapat dibaca ketika ada masalah, bencana atau perang. Nabi (saw) menganjurkan untuk membaca doa qunut dalam Shalat al-Witir. Jadi Mahdi (as) akan membaca doa tersebut untuk mengangkat kegelapan dari bumi ini dan dengan Rahmat Allah, beliau membawa berkah dan inayah Allah kepada setiap individu manusia.
Pada malam itu Allah akan memberi tahu Mahdi (as) siapa-siapa yang akan dilindungi pada tahun itu oleh tujuh kelompok yang berbeda, yakni Budala Nujaba, Nuqaba, Awtad, Akhyar, jin dan malaikat. Lima kelompok manusia yang berbeda; Budala adalah 40 Abdal Syam; Nujaba adalah sekelompok Awliya khusus; Nuqaba adalah Awliya senior; Awtad bagaikan pilar yang menjaga agar Bumi dan manusia tidak berguncang; sedangkan Akhyar artinya orang-orang tertinggi yang telah Allah pilih. Kelima kelompok Awliya ini, Allah memberi mereka otoritas siapa-siapa yang harus dilindungi hingga kedatangan Mahdi (as), siapa pun yang akan hidup, ia harus dilindungi. Malaikat dan jin juga diberikan nama-nama tersebut. Jadi umat akan dibagi-bagi di antara ketujuh kelompok ini yang akan menjaga mereka.
Malam itu Mahdi (as) akan memimpin Shalat at-Tarawih dan membaca doa bersama semua kelompok ini dan itulah sebabnya beliau membaca doa qunut karena pada malam itu akan turun tajali yang sangat berat ke bumi dari langit. Kita menirunya, dan mengikuti jejak Mahdi (as) dan kita memohon kepada Allah (swt) untuk menjadikan tarawih kita di belakang Mahdi (as), para khalifah dan deputinya. Dan kita memohon kepada Allah untuk mengubah shalat kita dari tarawih imitasi menjadi tarawih hakiki di belakang para Awliya insyaAllah dengan berkah syekh kita, Mawlana Shaykh Muhammad Nazim al-Haqqani (q) dan grandsyekh kita, Shaykh Abdullah l-Faiz ad-Daghestani (q) insyaAllah itu akan diterima. Grandsyekh sering melakukan shalat sendiri dan hanya pada malam itu beliau akan memanggil kami untuk tarawih dan membaca doa tersebut.
Apa yang Allah bukakan pada malam itu bahkan membuat Awliya dalam kondisi sakhra, pingsan akibat tajali dan berkah yang Allah bukakan.
Semoga Allah (swt) senantiasa menjaga keberkahan para syuyukh kita pada kita. Para Awliya adalah pewaris Nabi (saw) dan apa yang ada di dalam hati para Awliya begitu besar sehingga umat manusia tidak dapat mengemban ilmu tersebut dan apa yang orang-orang bicarakan bagaikan setetes air di dalam samudra Nabi (saw).
Para Awliya tidak mempunyai izin untuk membukakan rahasia dari ilmu tersembunyi lagi, itulah sebabnya kalian tidak lagi melihat para Awliya berbicara melebihi pemahaman manusia. Pembicaraan mereka selalu normal dan standard karena Mahdi (as) yang memegang semua kendali, dan para Awliya tidak mempunyai izin untuk membukakan rahasia dari ilmu tersembunyi ini.
Allah telah menyisakan satu keran terbuka dan satu keran tersebut Allah berikan kepada grandsyekh kita Mawlana Shaykh Abdullah al-Fa’iz ad-Daghestani (q) dengan berkah Nabi (saw). Keran itu tidak pernah dimatikan.