Pentingnya Awraad Harian dalam Tarekat Naqsybandi

Mawlana Shaykh Hisham Kabbani
Jakarta, 31 Mei 2005

Setelah murid mengambil tangan syekh untuk berbay`at, ia harus menyerahkan dirinya sepenuhnya seperti pasrahnya daun-daun sebuah pohon, bukan seperti pasrahnya orang yang telah meninggal dunia, karena Allah tidak mencabut ruhnya secara keseluruhan, Allah masih menyisakan satu bagian di sana sehingga ia dapat merasakan air dingin atau air hangat ketika orang memandikannya; ia masih bisa mengatakan, “Jangan dorong aku terlalu keras,” “Balikkan badanku pelan-pelan.” Berbeda dengan daun-daun yang sudah kering, mereka akan pergi ke mana pun angin membawanya tanpa mengeluh.

Jadi murid tidak boleh mengeluh, ia harus berserah diri kepada Allah (swt), kepada Nabi, Sayyidina Muhammad (saw) dan berserah diri kepada Syekh. Ketika kalian berserah diri pada kehendak Allah, “Yaa Rabbii, aku berserah diri kepada-Mu, Engkau lebih tahu mengenai diriku. Yaa Sayyidi yaa Rasulallah (saw), yaa Rahmatan lil `aalamiin, engkau adalah Utusan Allah, engkau lebih mengetahui apa yang terbaik bagiku dan aku berserah diri kepadamu.” Ketika kalian berserah diri kepada Allah dan Nabi (saw), Allah (swt) akan membuat Syekh kalian membimbing kalian dalam tarekat istiqamah. Ketika kalian berserah diri, segera setelah itu, beliau membimbing kalian ke jalan yang lurus, tarekat istiqamah, jalan yang selalu mencari ridha Allah.

Jadi ketika kalian mencari ridha Allah dan kalian mengikuti jalan yang mengantarkan kalian menuju Hadirat Ilahi, artinya kalian akan menjadi seorang muttaqin. Kalian harus membangun ketakwaan dalam diri kalian, itu artinya kalian akan menjadi hamba yang saleh dan ikhlas. Bila kalian berserah diri, kalian mengatakan bahwa Allah lebih mengetahui yang terbaik daripada kalian, karena Dia yang menciptakan kalian, Allah tahu apa yang terbaik bagi kalian. Kalian tidak lagi mengeluh, kalian tidak mempunyai kehendak di atas Kehendak Allah sehingga kalian menjadi orang yang saleh dan ikhlas. Kalian mengatakan, “Allah lebih mengetahui daripada aku, maka aku harus mengikuti Kehendak-Nya.”

Bila seorang murid tidak berserah diri, artinya ia tidak menjalani level pertama dalam tarekat, ia masih belum menjadi murid. Seperti halnya gunung, ia belum mencapai puncak, ia masih berputar-putar di bagian dasar dan tidak melangkah ke puncak. Orang yang tidak berserah diri, mereka selalu mengeluh, mereka selalu mengkritik, mereka selalu sibuk dalam urusan dunia mereka. Dunia membuat mereka menjadi budak bagi dunia dan tidak menjadi hamba bagi Allah.

Di pagi hari, pada waktu isyraq, Nabi (saw) berkata kepada para Sahabatnya (ra), “Ayo kita pergi ke gunung Uhud,” pada saat itu matahari bersinar dan beliau berkata, “Berikan punggungmu ke arah matahari, dan lihatlah ke arah gunung!” Jadi ketika matahari ada di belakang, bayangan mereka ada di depan mereka, dan beliau (saw) berkata kepada mereka, “Kejarlah bayanganmu, jika kalian dapat mengejarnya, aku akan memberikan jubahku.” Para sahabat lalu berlari mengejar bayangan mereka, matahari ada di belakang mereka, jadi bayangan mereka selalu berada di depan mereka, dan mereka tidak pernah bisa menangkap bayangan mereka.

Kemudian Nabi (saw) berkata lagi, “Sekarang lihatlah padaku,” mereka lalu memandang ke arah beliau. Sekarang mereka menghadap ke arah matahari dan bayangan mereka ada di belakang mereka. Beliau (saw) berkata, “Sekarang berlarilah ke arahku.” Mereka berlari ke arah Nabi (saw) dan bayangan mereka mengejar mereka sampai mereka tiba di hadapan Nabi (saw). Kemudian Nabi (saw) berkata, “Wahai Sahabatku, barang siapa yang datang kepadaku, barang siapa yang datang untuk Akhirat, yang datang untuk Allah, Allah akan menjadikan dunia seperti bayangannya, dan ia akan berlari mengejarmu. Allah akan menjadikan seluruh dunia sebagai pelayan bagimu; tetapi barang siapa yang lari dariku, Allah akan membuat mereka mengejar dunia dan mereka akan menjadi budak dunia seperti ketika bayanganmu lari darimu.”

Jadi berserah diri kepada hikmah dari Syekh, beliau membimbing kalian, dan ketika beliau membimbing kalian, kalian akan dibimbing ke jalan yang lurus dan ketika kalian mulai mengikuti jalan yang lurus, kalian akan menjadi muttaqin, orang yang bertaqwa.

Jadi pertama adalah bay’at, ketika kalian mengambil bay’at kalian mencapai maqam tasliimiyyah, kalian harus berserah diri. Ketika kalian telah mencapai maqam tasliimiyyah, beliau membawa kalian ke shirathal mustaqim; dan ketika kalian sudah berada di shirathal mustaqim, beliau membawa kalian ke maqamu ‘t-taqwa, maqamnya para muttaqiin. Ketika kalian sudah berada di maqam at-Taqwa, Allah akan memberi kalian tawfiq, Allah akan memberi dukungan kepada kalian. Jadi pertama adalah bay’at, lalu taslimiyah–berserah diri, kemudian istiqamah–ke jalan yang lurus, lalu yang keempat ke maqamu ‘t-taqwa dan selanjutnya ke maqam at-tawfiq, kalian akan memperoleh dukungan oleh Allah. Kelima maqam yang berbeda ini adalah langkah pertama dalam adab dalam Tarekat Naqsybandi.

Ketika kalian berada di maqam at-tawfiq, kalian tidak mengambil sesuatu yang haram, segala sesuatu yang kalian makan adalah yang halal, artinya segala sesuatu yang ada di dunia kalian menjadi halal, karna kalian tahu mana yang halal dan mana yang haram.

Berikutnya kalian harus membangun langkah kedua, yakni menjalani pengobatan tertentu yang dinasihatkan oleh Syekh kepada kalian. Syekh memberi kalian obat-obatan tertentu untuk membunuh nafs atau ego kalian. Kita semua sakit, dan kita memerlukan seorang dokter, kita memerlukan hakim, apa istilah kalian di sini? (Tabib) Kalian memerlukan habib, tetapi habib sejati, bukannya habib yang mata duitan, tetapi habib sejati, habib yang saleh, habibullah. Nabi (saw) adalah Habibullah, dan habib sejati adalah muhibbin Nabi (saw) atau ahbaabun Nabi (saw).

Saya mendengar bahwa di Mesir, ada seorang habib yang sekarang sedang dibawa ke pengadilan. Beliau adalah seorang pengusaha, tetapi beliau juga adalah seorang habib. Selama 17 tahun, ia menikah dengan 17 wanita. Jadi, berhati-hatilah! Habib, Allah memberi mereka izin. Ketika Allah memberi izin, tak seorang pun dapat menghentikannya. Allah memberi izin bagi orang untuk menikah empat kali, tetapi ada adabnya, ada hukumnya untuk itu, bukannya ya Allah, menikah lalu cerai, menikah lalu cerai dan seterusnya. Ada persyaratan untuk itu dan tidak semua orang dapat memikul persyaratan ini. Itu adalah Sunnah Nabi (saw), tetapi ada persyaratan untuk itu; tidak seperti sekarang kalian melihat orang-orang di seluruh dunia, mereka menjadi syekh, lalu ya Allah, menikah lalu cerai.

Syekh memeriksa hati kita seperti halnya dokter mengecek kalian, ia membawa stetoskop dan memeriksa jantung kalian, berapa detak jantungnya, jika tidak baik maka ia akan memberi obat kepada kalian. Jadi dengan stetoskop, dokter dapat mengecek dengan cepat apa penyakitnya, jika penyakitnya parah dan tidak bisa diperiksa dengan stetoskop, mereka menggunakan mesin yang lebih besar. Mereka menggunakan mesin APG (alat pengukur detak jantung) dan mereka membaca hasilnya pada sehelai kertas bagaimana grafiknya, dan apa masalahnya.

Banyak orang yang hatinya sakit, bukan secara fisik, tetapi secara rohaniah. Syekh tahu bahwa setiap orang sakit, dan beliau memberi mereka pengobatan yang baik untuk kalian. Ada suatu penyakit yang dimiliki setiap orang, jadi Syekh segera mengatakan kepada kalian, “Ok, obat ini bagus, ambillah obat ini.” Kadang-kadang kalian pergi ke dokter, lalu dokter memeriksa dengan stetoskop, tetapi tidak menemukan apa-apa. “Tetapi aku merasakannya!” Jadi dokter menggunakan alat lainnya untuk memeriksanya. Ketika ia masih belum menemukan penyakitnya, dokter menggunakan mesin lainnya sampai ia menemukan penyakitnya di dalam jantung tersebut. Dokter lalu memberi kalian obat, “Ambil ini, minum setiap pagi dan sore, atau diminum sebelum kalian makan, atau diminum setelah kalian makan,” jadi ada jenis-jenis pengobatan yang berbeda-beda.

Demikian pula dengan Syekh, beliau tahu seberapa dalam penyakit tersebut. Jadi, pertama beliau memberikan pengobatan yang umum kepada setiap orang. Beliau mengatakan, “Baiklah, kalian semua membaca al-Fatihah.” Kemudian beliau menemukan penyakit lagi dalam hati kalian, “Baiklah, selain membaca al-Fatihah, kalian harus membaca Qul Huwallaahu Ahad, misalnya.’ “Kalian baca Qul a`uudzubi rabbil falaq,” “Kalian baca Qul a`uudzu bi rabbi ‘n-naas.” Jadi beliau mulai memberikan setiap orang obat yang berbeda-beda, dan beliau mengatakan, “Kalian baca ini di pagi hari,” “Kalian baca ini di sore hari,” “Kalian baca ini di siang hari,” jadi ada waktu-waktu tertentu di mana efek dari bacaan itu akan membersihkan orang yang bersangkutan.

Jadi, setelah mereka menyelesaikan langkah pertamanya, dan menuju ke langkah kedua, Syekh lalu mempersembahkan para pengikutnya ke hadirat Sayyidina Muhammad (saw) melalui hikmah dan hubungan beliau kepadanya. Kemudian mereka akan diberikan awraad tertentu yang harus dilakukan pada waktu-waktu tertentu setiap harinya. Murid harus menjaga awraadnya pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Jika ia tidak mengerjakan awraadnya pada waktu-waktu tersebut ia akan dikeluarkan dari hati Syekhnya; ia akan dikeluarkan dari hadirat Sayyidina Muhammad (saw); ia akan dikeluarkan dari Hadirat Allah (swt) karena ia telah mengikari bay’atnya dengan Syekh dengan tidak mendengarkan perintahnya. Ia tidak lagi menjadi murid yang sah dan ia harus memperbarui bay’atnya dan datang untuk memohon maaf karena telah meninggalkan awraadnya ini.

Ada tiga waktu terbaik sebagaimana yang dipelajari oleh para Awliyaullah dari Nabi (saw). Ketiga waktu tersebut adalah satu jam sebelum Subuh sampai Isyraq, kemudian dari Ashar sampai Maghrib dan dari Maghrib sampai Isya. Awraad harus dikerjakan pada salah satu di antara ketiga waktu ini. Jika Syekh memerintahkan untuk membaca ini, ini, ini, maka kalian harus melakukannya pada salah satu di antara ketiga waktu ini. Kalian mungkin dapat melakukannya selama satu jam, itu saja.

Jika beliau memberi awraad pada kalian, misalnya dimulai dengan syahadat, istighfar dan seterusnya seperti biasa, kemudian 1500 Allah, Allah, 100 kali shalawat misalnya, itu memerlukan waktu antara 10-15 menit. Kalian harus duduk antara imsak, yakni 1 jam sebelum Subuh hingga isyraq, sampai selesai, atau antara Maghrib dan Isya atau antara Ashar dan Maghrib. Di antara kita mungkin ada yang memerlukan waktu 10 menit untuk menyelesaikan awraadnya lalu pergi bekerja, yang lain memerlukan waktu 1 atau 2 jam, atau bahkan 3 jam; jadi itu tergantung pada orangnya dan levelnya masing-masing.

لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا
Laa yukallifu ‘l-Laaha nafsan illa wus`ahaa,
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (QS al-Baqarah, 2:286).

Jadi tarekat adalah sesuai dengan kesanggupan kalian. Syekh tahu berapa banyak awraad yang dapat beliau berikan kepada kalian setiap hari. Allah (swt) mewajibkan kita lima perkara. Ini adalah kewajiban, fardhu bagi setiap manusia, dan kalian pun sudah mengetahuinya, yakni: Syahadah, shalat, shiyam, zakat, haji, itu adalah lima rukun Islam. Di luar itu Nabi (saw) juga mempunyai jenis ibadah yang berbeda, dan itulah sebabnya para alim, ulama dan Awliya mengikuti apa yang dilakukan oleh Nabi (saw) di samping kelima kewajiban tersebut dan mereka menggolongkannya sebagai Sunnah mu’akkadah wajiba. Ibadah itu menjadi wajib bagi mereka, mereka tidak meninggalkannya karena Nabi (saw) tidak meninggalkannya.

Awliyaullah mengetahui pengobatan seperti apa yang diperlukan oleh setiap orang, karena mereka membawa para pengikutnya ke hadirat Nabi (saw) dan mereka mengambil pengobatan itu dari Nabi (saw). Mereka tahu apa yang harus diberikan kepada para pengikutnya. Oleh sebab itu murid harus melakukan awraad ini disamping ibadah sunnah mu’akkadah dan ibadah wajibnya. Ia harus menjaganya dan mengerjakannya setiap hari seolah-olah ini adalah kewajiban bagi mereka, karena mereka telah memberikan bay’at kepada Syekh dan untuk menghormati perintah Syekh, ia harus melakukan awraad ini.

Jika murid tidak melakukannya dan meninggalkannya, ia menjadi mathruud (مطرود) dikeluarkan dari halaqah (حلقة) tarekat ini. Halaqah tarekat ini berada dalam halaqah para Awliya dan para Awliya berada dalam halaqah Nabi (saw), di hadirat Nabi (saw) dan mereka semua dibawa oleh Nabi (saw) ke Hadirat Allah. Jadi murid itu akan dikeluarkan dari hadirat-Nya dan ia tidak berada di sini.

Nabi (saw) menyampaikan sebuah Hadits Qudsi, di mana Allah (swt) berfirman,
“Bumi dan Langit tidak dapat memuat-Ku, tetapi hati orang yang beriman dapat memuat-Ku.”⁣⁣ (Hadits Qudsi, Al-Ihya oleh Imam al-Ghazali)⁣

Itu artinya Cahaya Allah berada dalam hati orang yang beriman. Hati seorang Wali adalah tempat bagi Cahaya Allah. Allah mengirimkan Cahaya itu ke sana. Jadi ketika murid tidak melakukan awraadnya ia akan dikeluarkan dari Cahaya tersebut; ia akan dikeluarkan dari hati Syekhnya yang merupakan sumber dari Cahaya tersebut berasal.

Segala manhiyyat, hal-hal terlarang, segala kesulitan dan dosa akan mengejar murid itu karena ia akan terkontaminasi akibat tidak menjalankan pengobatannya. Seperti halnya orang yang sakit secara fisik, jika ia tidak meminum antibiotik atau obat lainnya, semua virus akan menyerangnya, sehingga kondisi badannya menurun dan ia menjadi sakit. Serupa dengan hal itu, bila kalian tidak mengerjakan awraad kalian, semua Syaithan akan mengejar kalian, merusak iman kalian, mengeluarkan kalian dari Hadirat Allah, dari hadirat Nabi (saw), dan dari perkumpulan bersama Syekh.

Kita mempunyai lima level hati, yakni: hati, sirr (rahasia), sirr as-sirr (rahasia dari rahasia), akhfa (yang tersembunyi), khafa (yang paling tersembunyi). Level hati yang pertama adalah tempat di mana Syaithan bisa keluar masuk. Level kedua tidak bisa dimasuki Syaithan, itu hanya untuk Awliya, Syaithan tidak bisa ke sana. Kita akan membahasnya nanti. Bila kalian mengerjakan awraad kalian, kalian telah mengunci pintu hati kalian sehingga Syaithan tidak bisa masuk ke sana. Bila kalian tidak mengerjakan awraad kalian, seolah-olah kalian mempunyai rumah tetapi tidak ada pintunya sehingga pencuri bisa masuk dan mengambil segala sesuatu di dalamnya.

Di beberapa daerah orang-orang memasang teralis di pintu dan jendela, juga di kamar mereka di mana mereka menyimpan uangnya. Mereka juga memasang pintu besi di sana supaya lebih aman dan di atasnya mereka meletakkan kotak pengaman untuk menyimpan perhiasan, khususnya bagi para wanita. Sekarang mereka juga memasang sistem alarm dan mereka bisa menelepon pos satpam secara langsung, artinya mereka selalu waspada selama 24 jam. Mereka mengatakan kepada satpam itu, “Lihatlah, rumah kami ini sangat berharga, jika ada sesuatu yang hilang, kau harus bertanggung jawab.” Jika pencuri itu datang, secara otomatis alarm akan berbunyi dan satpam itu akan datang. Jadi masalah kita, dengan meninggalkan awraad itu berarti kita membiarkan pintu terbuka sehingga Syaithan bisa masuk, mengambil iman kita kemudian melarikan diri.

Jadi apa manfaatnya kalian berbay’at dengan seorang Syekh? Itulah sebabnya pada saat itu Syekh mengatakan, “Baiklah, kalian jalan sendiri saja, jika kalian tidak mau melakukan awraad kalian, itu adalah masalah kalian.” Tetapi tetap saja Syekh itu sangat baik, jangan khawatir, jika kalian tidak melakukan awraad kalian, beliau akan melakukan awraad kalian–bukan saya, tetapi Mawlana Syekh. Ini adalah ajaran Naqsybandi. Ini adalah apa yang harus kita ikuti, tetapi jangan kalian pikir bahwa Awliyaullah tidak mempunyai kasih sayang dalam hati mereka, tentu saja mereka tahu murid-muridnya, mereka tahu bahwa kita ini lemah dan tentu saja mereka akan melakukannya untuk kita dan mempersembahkan kita ke hadirat Nabi (saw).

wa min Allah at-tawfiq bi hurmatil Fatihah.

Advertisement