Tarekat kita adalah mengenai adab. Setiap orang harus mempelajari adab agar ia menjadi orang yang baik. Manusia bisa mempunyai kepribadian yang baik atau kepribadian yang buruk. Pada awalnya, setiap orang yang tidak dilatih mempunyai akhlak yang buruk. Pada awalnya ego sangat kuat. Untuk mempunyai akhlak yang baik, kalian harus mengambil alih kendali dari ego kalian. Jika kalian menyerahkan diri kepadanya, kalian akan mempunyai kepribadian yang buruk.
Itulah sebabnya pada saat Allah menciptakan manusia pertama, Dia juga mengangkatnya sebagai Nabi. Manusia pertama adalah nabi pertama, jadi ia dapat mengajari anak cucunya dengan adab dan karakter yang baik.
Manusia memerlukan pelatihan; oleh sebab itu Allah memberi mereka orang tua yang dapat mengajarinya sejak bayi dan semasa kanak-kanak. Tetapi pelatihan yang diberikan oleh para Nabi adalah yang terpenting. Sementara yang lain mengajarkan kalian untuk menuruti keinginan ego, para Nabi mengajarkan kita agar selamat dari keinginan ego, karena keinginannya tidak terbatas. Ia selalu meminta dan meminta lagi, tak terbatas. Kita akan merasa lelah bila menuruti keinginannya sampai kita akan mati kelelahan. Para Nabi mengajarkan kita untuk berhenti dalam batas-batas tertentu, menjaga seseorang dari pekerjaan yang melelahkan dan tak ada habis-habisnya. Mereka mengajarkan kita tentang tujuan hidup, dan menunjukkan tujuan akhir kita. Siapa pun yang mengikuti jalan ini, ia akan mempunyai kepribadian yang baik, karena ajaran para Nabi bertujuan untuk melatih adab yang baik kepada semua orang.
Sekarang para Nabi telah tiada, namun para penerus mereka dapat ditemukan jika orang mencarinya. Mereka mengajarkan manusia untuk menyelamatkan diri dari serangan ego mereka.
Sekarang, salah satu adab yang baik adalah untuk mendengar dan melakukan perbuatan yang sesuai dengannya. Inilah pengobatan yang perlu diambil.
Seseorang yang sakit tidak akan meninggalkan obatnya di meja dan mengabaikannya. Adab adalah melakukan sesuatu. Mendengarkan setiap orang yang berbicara kepada kalian adalah salah satu adab yang baik. Sebaliknya, berdebat adalah adab yang buruk. Jika kalian berada pada pihak yang benar 100%, tetap saja jangan berdebat. Ini adalah hal yang terlarang. Jika kalian melihat bahwa seseorang bertanya untuk mengetahui mana yang lebih baik, maka kalian dapat menjawabnya; di situ ada celah untuk masuk. Tetapi jika kalian melihat bahwa ia hanya ingin berdebat, kalian harus meninggalkannya, karena ia telah menutup dirinya. Katakan saja padanya, “Oh begitu?” Berdebat sama sekali tidak bermanfaat, ia hanya akan menimbulkan permusuhan di antara manusia. Inilah makna dari ayat, “lakum diinukum waliyadiin, untukmu agamamu dan untukkulah agamaku.”
Perdebatan memadamkan cahaya iman di dalam hati kita. Barangkali ada kata-kata yang terucap di mana kalian tidak pernah memikirkannya sebelumnya dan menyebabkan Iman kalian menurun. Adab terbaik adalah tidak berdebat dan tidak mengucapkan, “Tidak, itu adalah suatu kebodohan.”
Tidak ada persahabatan setelah perdebatan. Hati menjadi dingin. Grandsyekh kita berkata bahwa Grandsyekhnya tidak pernah menyangkal kata-kata seseorang, bahkan di hadapan orang-orang yang tidak berbicara dengan baik. Tetapi bila beliau bicara di dalam suatu majelis, beliau akan menyinggung topik tadi dan orang-orang itu dapat merasakan, “Ah, ini untukku,” sehingga di lain waktu, mereka akan mempertimbangkan kembali ucapannya. Setiap orang ingin dihormati. Itu artinya, “Jangan menunjukkan gigi kalian seperti anjing. Manusia tersenyum!”
Mawlana Shaykh Nazim
(Mercy Oceans – from the Teachings of the Saints of the Golden Chain).