Syekh Muhammad Hisyam Kabbani (q)
Mengapa sebagian orang disebut mukmin? Karena mereka percaya dengan yang gaib, tidak terlihat. Ketika Nabi (s) datang, beliau berkata, “Percayalah kepada Allah,” begitu pula dengan Nabi `Isa (a) dan Nabi Musa (a) ketika mereka datang. Percayalah terhadap hal-hal yang gaib. Ketika ia sudah terlihat, maka itu bukan lagi percaya, karena sudah terbukti. Saat itu kalian menerimanya sebab kalian melihat sesuatu, dan ini tidak diterima.
Apa yang dikatakan oleh Syekh, jangan mengatakan, “muhaqqaq” atau “benar!” dengan lidah kalian. Kalbu kalian yang harus menerimanya. Jalan kita adalah berusaha menerima apa yang ia katakan kepada kalian tanpa menggunakan akal kalian. Berbaiksangkalah terhadap apa yang dikatakannya kepada kalian.
Jika kalbu kalian tidak menerimanya, kalian tidak akan mendapat manfaat apa-apa. Kita harus memperlihatkan kepada Syekh, yang tahu bagaimana kita tidur dan bahkan saat kita tidur, bahwa kita benar-benar mempercayainya. Apakah kalian pikir bahwa Syekh itu seperti kita? Hasya! (amit-amit). Suatu ketika Grandsyekh berkata, “Jika seekor semut yang berada di Barat sedang bergerak di atas permukaan batu yang lembut sedangkan aku berada di Timur, maka aku dapat mendengar langkah-langkahnya bagaikan mendengar suara guntur.” Dan beliau berkata, “Kami, para awliya Naqsybandi—dapat mendengar dan merasakan gerakan semua murid-murid kami, apapun yang mereka kerjakan, itu akan terdengar sekeras guntur! Jagalah kehormatan kalian ketika kalian tidur dengan istri kalian, sebab kami mendengar dan melihat segalanya.”
Kita semua berada di bawah Syekh yang sama, dan Syekh itu memegang seluruh kekuatan tarekat ini sebelum Hari Kiamat. Jika kalian tidak mengetahui hal ini, kami mengetahuinya. Seluruh kekuatan yang diberikan oleh Nabi (s) kepada para awliya Naqsybandi telah ditarik dari tangan mereka dan diserahkan kepada Mawlana Syekh Nazim (q). Wali-wali yang lain tidak bisa menggunakannya kecuali melalui keramat, namun Nabi (s) tidak lagi berkenan untuk menunjukkan suatu keramat di zaman sekarang ini. Sebagaimana yang telah beliau disebutkan di dalam hadis, bahwa korupsi dan kezaliman akhirnya menguasai dunia ini. Jika kalian menggunakan kekuatan keramat, kalian akan menghilangkan korupsi itu, tetapi korupsi itu telah mencapai puncaknya. Itulah sebabnya Mawlana Syekh Nazim (q) selalu bersabar dan lebih bersabar. Bila kalian melihat beliau yang sesungguhnya, pada saat itu kita semua akan lumer, seperti garam yang terlarut dalam air. Oleh sebab itu jagalah kehormatan terhadap Syekh dalam kalbu kalian.
Kalian berada dalam pengawasan Syekh selama 24 jam. Kalian tidak bisa keluar dari pengawasannya. Beliau melihat kalian. Beliau melihat kalian ketika kalian pergi ke sana ke mari. Tetapi ini masih belum apa-apa, beliau dapat mendengar rahasia yang masuk ke dalam kalbu kalian, dan rahasia yang kalian simpan di dalam kalbu kalian seperti halnya mendengar suara guntur. Tinggalkan ini juga: di dalam setiap kalbu manusia terdapat 5 level kalbu. Level pertama adalah Maqamul Qalb, atau Maqam Kalbu. Setan dapat masuk melalui level ini dan ia mengerti apa yang kalian lakukan, inilah sebabnya kadang-kadang kalian mempunyai pikiran yang buruk. Kalian terganggu ketika sedang salat, kalian menipu dalam bekerja atau merasa curiga…
Ada level yang lebih tinggi, yaitu Maqam Rahasia (Maqam as-Sirr). Sekarang orang-orang membedakan antara kesadaran dan alam bawah sadar. Yang kedua adalah tempat di dalam pikiran batin kalian di mana kalian menguburkan segala hal. Ia adalah ekspresi ilmiah untuk maqam kedua dari kalbu, ia dapat mengenali informasi, dan Allah (swt) telah memberi suatu rahasia kepada setiap umat manusia. Kita telah diciptakan dan dimuliakan oleh Allah (swt); Dia menciptakan kita dari Cahaya-Nya, cahaya Nabi (s) dan cahaya Adam (a).
Manusia adalah makhluk yang dimuliakan. Mereka diciptakan dengan kesempurnaan. Allah (swt) berfirman, “Wa laqad karramna bani Adam,” “Sesungguhnya Aku telah memuliakan anak-anak Adam,” [al-Isra, 17: 70]. Dengan kemuliaan seperti apa? Kesempurnaan dalam penciptaan. Dalam banyak hadis, Nabi (s) berbicara mengenai Tuhannya dengan istilah-istilah yang biasa digunakan pada manusia, “Aku melihat Tuhanku datang kepadaku dengan tersenyum.” Itu bukan berarti bahwa Dia adalah manusia, dan bukan pula dalam suatu hal Dia serupa dengan manusia–tetapi itu merupakan indikasi kesempurnaan di mana manusia diciptakan untuk mencapainya.
Tidak ada yang tahu dengan rahasia apa Dia telah menganugerahkan cahaya yang Dia tanamkan di dalam kalbu kalian. Itulah yang ingin dikemukakan dalam ajaran-ajaran Tarekat Naqsybandi. Syariah mengajarkan kalian dasar-dasar memerangi Setan dan mengeluarkannya dari dalam kalbu kalian. Tarekat menjaga Syariah dan menuju ke tingkat yang lebih tinggi—untuk mengekstrak rahasia yang telah diberikan oleh Allah ke dalam kalbu kalian. Ekstraksi ini adalah tugas dari Syekh. Ini tidak bisa diberikan kepada kalian kecuali melalui khalwat, dan Syekh dapat mendengar dan mengetahui apa yang terjadi pada level kedua ini.
Maqam ketiga adalah Rahasia dari Rahasia (Maqam Sirr as-Sirr), kemudian muncul maqam keempat yaitu, Yang Tersembunyi (Maqam Khafa) dan maqam kelima Yang Paling Tersembunyi (Maqam Akhfa). Tak seorang pun dapat memasuki maqam ketiga kecuali para guru Tarekat Naqsybandi. Guru-guru dari 40 tarekat lainnya hanya dapat memasuki tingkat kedua saja. Tak seorang pun kecuali Nabi (s) yang dapat memasuki maqam keempat dan maqam kelima hanya diketahui oleh Allah (swt) sendiri, yang mengetahui bagaimana Dia telah memuliakan manusia.
Lihatlah, bagaimana manusia adalah makhluk yang dimuliakan. Tidak ada diskriminasi dalam pandangan Allah (swt) pada level tersebut, tidak ada Muslim, tidak ada Kristen, tidak ada Yahudi, tidak ada Buddha, tidak ada Hindu. Yang ada hanyalah:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
Wa maa arsalnaaka illa rahmatan lil-`Aalamiin
“Kami telah mengutusmu sebagai rahmat bagi umat manusia,” [al-Anbiya, 21: 107]
Tidak ada perbedaan pada level itu. Diskriminasi berasal dari kita. Kitalah yang berkata, “Mereka Yahudi, mereka Kristen,” orang Kristen berkata, “Mereka Muslim, mereka Yahudi,” tetapi tidak ada istilah itu dalam pandangan Allah (swt). Yang ada hanya umat manusia—titik.
إِن كُلُّ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إِلَّا آتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا
In kullu man fi ‘s-samaawaati wa ‘l-ardhi illa atii ar-rahmani `abda
Tidak ada seorang pun di langit dan bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah kecuali selaku seorang hamba. (Maryam, 19:93 )
Kalian tidak diperkenankan untuk berbicara tentang keburukan saudara-saudari kalian, kita semua adalah anak cucu Adam dan Hawa. Kalian akan mencampuri penilaian Allah (swt). Padahal kalian bukanlah seorang hakim, Allah (swt) adalah al-Hakim. Oleh karena itu jangan mencampuri urusan Allah (swt) dengan memberi penilaian kalian. Allah (swt) tidak akan menanyakan pendapat kalian di Hari Kiamat nanti.
Jika Allah (swt) berkata, “Aku ingin memasukan semua orang ke Surga,” siapa yang dapat berkata kepada-Nya, “Apa yang Kau lakukan?” Dan jika Dia berkata, “Aku ingin menghukum semua orang,” siapa yang dapat berkata kepada-Nya, “Apa yang Engkau lakukan?” Tidak ada yang bisa. Dan apakah kalian pikir bahwa Allah (swt) telah menciptakan kita untuk dihukum? Apakah Dia termasuk pendendam, Dzat yang menyukai balas dendam atau memberi hukuman? Dzat yang menciptakan hamba-Nya untuk disiksa? Apakah kalian menerima pandangan ini? Ini mustahil. Allah (swt) Maha Penyayang, Dia menjaga kasih sayang-Nya terhadap semua hamba-Nya. Nabi (s) bersabda, “Saat yang paling indah dalam hidupku adalah ketika Allah (swt) memanggilku dengan sebutan ‘hamba’ atau ‘budak’—`abd—dan Dia berkata, ‘Datanglah wahai hamba-Ku.’
Mawlana Syekh Nazim (q) mengajarkan kita untuk menjadi hamba yang baik. Mengapa kita tidak menerima dan mematuhinya? Kita datang ke sini dan duduk selama berjam-jam, siang dan malam, untuk mendapat sesuatu. Segala sesuatu yang ingin kita dapat tergantung pada penghambaan kita. Beliau mengajarkan kita untuk menjadi seorang hamba, bukan untuk menjadi—seperti yang beliau bilang kemarin—seorang yang perkasa! Sebutan Perkasa adalah milik Allah (swt). Kita semua adalah hamba. Lebih jauh lagi, kita adalah hamba yang lemah dan tidak berdaya. Kita tidak bisa melakukan apa-apa. Inilah sebabnya Allah (swt) memberi Nabi (s) syafaat,
dan Nabi (s) bersabda,
شفاعتي لأهل الكبائر من أمتي
“Syafa`ati li ahli ‘l-kaba’iri min ummati,”
“Syafaatku adalah untuk para pendosa besar di antara umatku,” (Ahmad, at-Tirmīdzī, Abū Dāwud, at-Tabarānī, Khatīb, al-Bayhaqī, Hākim, as-Suyūtī).
Kita adalah makhluk yang lemah dan tidak sempurna, tetapi kita harus mengajarkan diri kita untuk menerima apa yang dikatakan oleh Syekh dan untuk memoles kalbu kita.
Syekh tidak bergantung kepada kita. Mereka bergantung pada kekuatan yang telah diberikan Allah (swt) kepada Nabi (s), dan yang telah diberikan oleh Nabi (s) kepada mereka. Inilah sebabnya Allah (swt) mengatakan, “Datanglah kepada-Ku satu langkah, Aku akan datang kepadamu 99 langkah.” Datanglah kepada Syekh satu langkah, dan beliau akan berlari mendatangimu 99 langkah. Bila kalian tidak berusaha untuk mendekatinya walaupun hanya satu langkah, bagaimana beliau akan datang kepada kalian? Beliau tidak akan datang. Kalian harus menunjukkan kemajuan di sisi kalian.
Grandsyekh memerintahkan setiap orang untuk berkhalwat, namun dalam konteks ini kita harus mengerti. Setiap orang harus mengajari dirinya sendiri untuk memoles kalbunya. Kita tidak dapat memasuki khalwat sekarang. Kita semua adalah pendosa dan tidak seorang pun yang benar-benar mempunyai niat di dalam kalbunya untuk berkhalwat. Oleh karena itu, terdapat cara yang lain. Mawlana Syekh Nazim (q) menunjukkan jalan bagi kita untuk menarik kita mendekatinya dengan cepat. Sebagian orang menaiki keledai, yang lain dengan kuda, beberapa orang dengan mobil, pesawat, dan ada juga dengan roket. Semakin cepat kalian pergi, semakin cepat kalian bisa mendekatinya.
Grandsyekh berkata, “Aku akan mengajari kalian suatu cara untuk mendekatiku dengan sangat cepat. Kapan pun kalian datang dan duduk dalam suatu asosiasi, atau ketika kalian salat di malam hari, atau siang hari, atau ketika berzikir, atau membaca al-Qur’an atau Hadis, atau melakukan hal yang lain, ketika kalian duduk, bacalah:
Nawaytu‘l-Arba`īn |
aku berniat selama 40 (hari) |
Nawaytu‘l-‘Itikāf |
aku berniat untuk itikaf |
Nawaytu‘l-Khalwah |
aku berniat untuk berkhalwat |
Nawaytu‘l-‘Uzlah |
aku berniat untuk uzlah |
Nawaytur-Riyādhah |
aku berniat untuk riadat |
Nawaytus-Sulūk |
aku berniat untuk suluk |
Nawaytus-Siyām |
aku berniat untuk puasa |
Fi hadza‘l-Masjid |
di masjid ini, |
li-llāhi Ta’āla |
karena Allah (swt). |
Nabi (s) biasa membaca niat yang serupa ketika beliau mengasingkan diri di gua Hira sebelum wahyu datang kepadanya. Ketika para Sahabat Nabi (s) dan seluruh guru memasuki khalwat, mereka juga membuat niat ini. Ketika kalian membuat niat ini untuk pertemuan kita yang berlangsung selama 1 jam ini, maka waktu ini akan dipotong dari khalwat selama 40 hari yang merupakan kewajiban bagi kita. Buatlah niat itu sebelum duduk di dalam suatu pertemuan, ia akan membawa kalian kepada Syekh kalian seperti roket.
Berapa tahun kalian telah bersama Mawlana Syekh Nazim (q)? Jika kalian menjumlahkannya semua, dan masing-masing mempunyai niat seperti itu, maka kalian tidak akan meninggalkan ruangan, kecuali dicatat bahwa kalian telah menghabiskan waktu 2, 3 atau 5 jam dalam berkhalwat. Waktu tersebut akan dipotong dari waktu 40 hari khalwat. Jika kalian telah menyelesaikan masa 40 hari itu, kalian akan merasakan bahwa cahaya yang telah diberikan Allah (swt) kepada kalian menjadi terbuka dan cahaya itulah yang akan membuka mata kalbu kalian. Tanpa hal ini kalian tidak akan menemukan kebahagiaan yang sekarang masih tersembunyi di dalam kalbu kalian. Kalian harus mengeluarkannya. Ini adalah satu cara untuk “mengkatrolnya.” Gunakan niat ini selalu saat kalian bersama Syekh.
Wa mina-llāhit-tawfīq bi hurmatì‘l-Fātihah.
http://www.naqshbandi.org/teachings/suhbats/the-role-of-the-shaykh/