Mas Kawin Fatima az-Zahra (ra)

Shuhbah Shaykh Hisham Kabbani
dari buku Secrets of the Heart



Bulan Rajab ini tidak akan berakhir sampai setiap orang di dunia ini dibersihkan dari dosa-dosanya dan cahaya ditempatkan dalam hatinya.  Kekuatan yang diberikan Allah (swt) kepada Rasulullah (saw) untuk membersihkan hati umat manusia juga diberikan kepada para Awliya.  Wali-wali tersebut adalah pembantu bagi Rasulullah (saw) di bulan ini.  Itulah sebabnya mereka sibuk di bulan Rajab.  Mereka tidak berbicara kepada orang-orang.  Mereka menutup pintu mereka dan duduk di ruangannya, tidak keluar, terus-menerus hanya memohon ampun kepada Allah (swt) atas segala kesalahan manusia.

Putri Rasulullah (saw), Fatima az-Zahra (ra) ketika ia melihat ayahnya terus-menerus menyebut ‘umatku’, ia juga ingin melakukan sesuatu untuk kepentingan umat.  Lihat dan perhatikanlah bagaimana para wali berusaha untuk menyelamatkan manusia dan mencegah mereka agar tidak jatuh ke dalam dosa dan kesalahan. 

Ketika Allah (swt) memerintahkan Rasulullah (saw) untuk menikahkan putrinya, beliau memanggil para Sahabatnya dan berkata, “Pada malam ini Allah (swt) telah memerintahkan aku untuk mengatakan bahwa barang siapa yang membaca al-Qur’an dari awal sampai akhir pada malam ini akan dinikahkan dengan putriku Fatima (ra).”

Malam itu seluruh Sahabat berkumpul di masjid dan berusaha membaca al-Qur’an dari awal hingga akhir, kecuali Sayyidina Ali (ra) yang pulang ke rumah dan tidur.  Ketika Bilal (ra) mengumandangkan adzan untuk Shalat Subuh, seluruh Sahabat datang, dan Rasulullah (saw) pun hadir di sana.  Setelah selesai shalat beliau bertanya, “Siapa yang telah mengkhatamkan Qur’an tadi malam sehingga aku dapat menikahkannya dengan putriku Fatima (ra)?”  Tidak ada yang menjawab pertanyaan beliau, sebab sangat sulit untuk menyelesaikan 30 juz hanya dalam waktu 7 atau 8 jam.  Kemudian Sayyidina Ali (ra) berkata, “Wahai Rasulullah (saw), aku telah mengkhatamkannya.”  Mereka melihatnya dengan perasaan iri dan berkata, “Bagaimana engkau dapat menyelesaikannya?  Engkau tidur semalaman.”  Ia berkata, “Tidak, aku mengkhatamkan al-Qur’an dari awal hingga akhir.”  Rasulullah (saw) berkata kepada Sayyidina Ali (ra), “Siapa saksimu?”  Sayyidina Ali (ra) menjawab, “Allah (swt) adalah saksiku, dan engkau wahai Rasulullah (saw) adalah saksiku bahwa aku telah mengkhatamkannya.”

Sekarang dengarkan baik-baik karena Mawlana Syekh Nazim sangat menekankan hal ini.  Rasulullah (saw) sebagaimana yang kalian ketahui tidak pernah memperlihatkan bahwa beliau mengetahui sesuatu terjadi di luar batas normal, sebelum Jibril (as) memberitahukannya.  Oleh sebab itu beliau menunggu datangnya wahyu dari Malaikat Jibril (as).  Akhirnya Malaikat Jibril (as) datang dan berkata, “Allah (swt) berfirman bahwa Ali (ra) telah berkata benar bahwa ia telah mengkhatamkan al-Qur’an dari awal hingga akhir, jadi tanyalah apa yang telah dilakukannya.” 

Rasulullah (saw) berkata kepada para Sahabat, “Sekarang Malaikat Jibril (as) telah datang kepadaku dan berkata bahwa Ali (ra) telah mengkhatamkan al-Qur’an dan Allah (swt) adalah saksinya.  Dengan demikian aku juga menjadi saksinya, dan aku bertanya kepada Ali (ra) apa yang telah dibacanya pada malam itu?”  Sayyidina Ali (ra) menjawab, “Wahai Rasulullah (saw), aku membaca Asy-hadu an laa ilaaha illallaah wa asy-hadu anna Muhammadun Rasulullah 3 kali, lalu Qul huwallahu Ahad 3 kali, lalu Qul a`udzu bi rabbi ‘l-falaq 1 kali dan Qul a`udzu bi rabbi ‘n-naas 1 kali, dan Laa ilaaha illallaah 10 kali serta Allahumma shalli `alaa Muhammadin wa `alaa aali Muhammadin wa sallim 10 kali.”

Rasulullah (saw) bersabda, “Sebagaimana Allah (swt) telah menjadi saksi bahwa Ali (ra) telah mengkhatamkan al-Qur’an, aku pun menjadi saksi untuk hal ini, bahwa jika kalian membaca apa yang telah kita dengar dari Ali (ra) berarti kalian telah mengkhatamkan al-Qur’an.”  Pada saat itu juga keluar hadits yang menyatakan bila seseorang membaca Surat al-Ikhlash 3 kali, seolah-olah ia telah mengkhatamkan seluruh al-Qur’an.
 
Membaca surat ini setiap hari paling lama hanya menghabiskan waktu 2 menit, tetapi seolah-olah kalian telah membaca seluruh al-Qur’an.  Orang yang tidak tahu duduk, mencoba membaca dan menyelesaikan al-Qur’an dengan bangga, tetapi mereka tidak dapat menyelesaikannya.  Kalian dapat melakukan hal yang ringan ini dan menyelesaikannya, seolah-olah kalian telah menyelesaikan seluruh al-Qur’an.  Apa lagi yang kalian inginkan?  Demikialah, akhirnya Fatima (ra) menikah dengan Ali (ra).

Lihatlah pernikahan Fatima (ra) itu, dan jangan katakan bahwa tidak ada kebebasan bagi wanita dalam Islam.  Kalian akan salah.  Allah (swt) telah memberikan kebebasan dan persamaan kepada pria maupun wanita.  Mereka dapat memberikan pendapat mereka dan memberikan kesimpulannya sendiri.  Bahkan Rasulullah (saw) menanyakan dulu kepada putrinya, dan berkata kepada para Sahabat, “Aku harus menanyakan putriku apakah ia menerima pernikahan ini atau tidak, itu adalah keputusannya.  Orang-orang yang tidak mengerti sekarang menuduh bahwa Islam tidak memberikan hak kepada wanita.  Inilah yang mereka katakan dan kita tidak harus mempercayainya.  Kita percaya terhadap apa yang kita baca dan kita dengar dari Rasulullah (saw).  Beliau memberikan kesetaraan, begitu pula dengan Allah (swt).  Wanita mempunyai hak yang sama dengan pria.  Inilah yang kita yakini, dan khususnya orang Amerika harus waspada dengan pemikiran bahwa Islam tidak memberikan hak kepada wanita. 

Rasulullah (saw) bertanya kepada Fatima (ra), “Wahai Fatima (ra), apakah engkau menerima Ali (ra) sebagai suamimu?”  Ia menjawab, “Tidak!”  Seluruh Sahabat menoleh pada Sayyidina Ali (ra), lalu Fatima (ra), dan Rasulullah (saw).  Rasulullah (saw) merasakan mukanya memerah, mengapa Fatima (ra) berkata tidak?  Apakah ia mencintai orang lain?  Rasulullah (saw) tidak mengetahui apa yang harus dikatakan, dan Malaikat Jibril (as) datang dan berkata kepadanya, “Jangan terburu-buru mengambil keputusan tentang hal ini.  Allah (swt) berpesan untuk menanyakan kepada Fatima (ra) mengapa ia tidak menerima pernikahannya.” 

Rasulullah (saw) berbalik kepada Fatima (ra) dan bertanya, “Wahai Fatima (ra), engkau berkata tidak, tidak apa-apa, ini adalah keputusanmu; tetapi bolehkah aku mengtahui alasannya?”  Ia berkata, “Aku tidak menerima kecuali dengan satu persyaratan.  Ini bukan soal Ali (ra), melainkan terkait diriku.  Jika engkau mengabulkan persyaratan itu, aku akan menerimanya, tetapi jika tidak aku tidak akan menikah dengan Ali (ra).” 

Sekali lagi, Malaikat Jibril (as) datang kepada Rasulullah (saw), dan berkata, “Allah (swt) memerintahkanmu untuk menanyakan apa persyaratan itu.”  Sekarang perhatikan apa yang telah ditanamkan Allah (swt) dalam hati Fatima (ra), dan pertimbangkan kebaikan dan posisi wanita dalam Islam.

Rasulullah (saw) berkata, “Wahai Fatima (ra) apa yang menjadi syaratmu itu?”  Ia berkata, “Ini sangat mudah, dan jika engkau dan juga Allah (swt) menerimanya, maka aku akan menerimanya ; tetapi jika Allah (swt) tidak menerimanya, maka aku pun menolak untuk menikah dengan Ali (ra).  Ketika engkau datang ke dunia ini, engkau senantiasa menyebut, ‘umatku, umatku!’  dan selama hidupmu, siang dan malam, Aku mendengarmu di dalam rumah selalu memohon, ‘Umatku, ya Allah!  Izinkan aku untuk membawa umatku kepada-Mu ya Allah!  Maafkanlah mereka!  Murnikanlah mereka!  Hapuskanlah dosa-dosa mereka, beban mereka dan kesulitan mereka!’  Aku mendengarmu, dan aku tahu betapa menderitanya engkau demi umatmu.  Dan aku tahu dari apa yang telah engkau ucapkan bahwa ketika engkau wafat, engkau akan tetap mengucapkankan ‘umatku!’ kepada Allah, juga di dalam kuburmu, dan di Hari Perhitungan nanti.”

“Umatku” berarti seluruh umat manusia. Rasulullah (saw) datang untuk seluruh umat manusia—tidak hanya untuk Muslim.  Salah besar untuk menafsirkan kata umatku dengan cara seperti itu.  Rasulullah (saw) datang untuk seluruh umat manusia.  Pada saat itu tidak ada Muslim dan beliau datang untuk seluruh umat manusia, Kristen, Yahudi dan penyembah berhala dari masa Jahiliah.  Orang-orang yang mempercayai beliau disebut Muslim, mereka juga dikenal dengan “Ummatul Ijabah,” artinya umat yang menerima Rasulullah (saw).  Mereka yang tidak mempercayainya disebut “Ummatud da’wah,” artinya umat (yang telah diberi) pesan, namun mereka berada di sisi luar, tetapi tetap saja Rasulullah (saw) datang kepada mereka, dengan demikian mereka juga adalah umatnya.

Fatima (ra) melanjutkan, “Sejak aku melihatmu–wahai Ayahku– sangat menderita untuk umatmu, dan karena cinta kepada umatmu juga tumbuh dalam hatiku, aku menginginkan umatmu sebagai maharku, sebagai mas kawinku.  Jika engkau menerimanya, maka aku akan menikahi Ali (ra).” 

Ia meminta seluruh umat Rasulullah (saw)—Yahudi, Kristen, Muslim, Buddha, Hindu, semua orang tanpa diskriminasi.  “Aku menginginkan mereka sebagai mas kawinku agar aku dapat menerimanya saat aku berada di Hari Perhitungan nanti, dan aku akan menerima mas kawin itu dari Allah (swt), sehingga aku dapat memasukkan mereka ke dalam surgaku.  Jika engkau tidak menerimanya, aku tidak akan menikah dengan Ali (ra).”

Apa yang akan dikatakan oleh Rasulullah (saw)?  Beliau tidak bisa memberikan mas kawin semacam itu, karena itu tidak berada di tangannya.  Beliau menunggu kedatangan Jibril (as), tetapi Malaikat Jibril (as) tidak datang dengan segera.  Ia membiarkan Rasulullah (saw) menunggu beberapa saat, lalu datang dan mengatakan, “Allah (swt) menyampaikan Salam-Nya kepadamu, dan Dia menerima permintaan Fatima (ra), dan memberikan seluruh umat manusia sebagai mas kawin untuk menikah dengan Ali (ra).”  Rasulullah (saw) segera bangkit dan melakukan Shalat Syukur 2 rakaat untuk berterima kasih kepada Allah (swt).

Fatima (ra) tidak berkata, “Aku menginginkan uang atau perhiasan,” sebagaimana wanita sekarang, pria berusaha untuk menikahi gadis yang kaya dan sebaliknya.  Ia hanya melihat umat Rasulullah (saw).  Tidak ada satu pun yang akan berada di luar mas kawinnya, karena jika Allah (swt) mengeluarkan satu orang saja, itu artinya ia telah ‘berzina’ dengan Ali (ra).  Oleh sebab itu, ia akan mengambil seluruh umat manusia di bawah sayapnya dan mereka akan masuk ke Surga bersamanya.

Ini berasal dari kekuatan satu orang wanita Muslim.  Ia akan membawa seluruh manusia untuk masuk Surga bersamanya.  Apakah kalian berpikir seseorang akan tertinggal di luar?  Berkatnya tak seorang pun akan tertinggal di luar.  Bagaimana dengan sebagian besar wanita dalam Islam?  Apa yang akan menjadi kekuatan mereka?  Bagaimana dengan para Wali?  Bagaimana dengan Rasul-Rasul?  Itulah sebabnya Allah (swt) menciptakan umat manusia bersih, dan Dia menjaga tetap bersih dengan kekuatan seperti itu, dan sebagaimana Sayyidatina Fatima (ra), Sayyidina Ali (ra), Sayyidina Umar (ra), Rasulullah (saw), Grandsyekh, Mawlana Syekh Nazim, dan para Wali dari Tarekat Naqsybandi—menjaga setiap orang agar tetap bersih dan murni.

Oleh sebab itu berbahagialah, dan merasa puaslah dengan apa yang Allah berikan kepada kalian.  Jika kalian bahagia dan puas, kalian akan menemukan kebahagiaan dan kepuasan sepanjang hidup kalian.

wa min Allah at-tafwiq

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s