Tiga Waktu yang Suci dalam Sehari

Dr.Nour Kabbani
Shuhbah Ramadhan 1441, hari ke-14
7 Mei 2020


Bismillaahi ‘r-rahmaani ‘r-rahiim
Assalamu’alaykum warahmatullaahi ta`aala wabarakatuh,

Selamat datang! Selamat datang semua, semoga Allah (swt) senantiasa membuat kita bahagia. Mawlana Shaykh Nazim mengatakan bahwa ketika Allah (swt) menciptakan Adam, sebelum Allah meniupkan ruh ke dalam tubuhnya, Allah (swt) menghujani tubuhnya selama 39 tahun, dan itu adalah matharul huzun, hujan penderitaan, hujan kesedihan. Kemudian pada tahun terakhir diturunkan matharul farah, hujan kebahagiaan, kegembiraan.

Grandsyekh mengatakan bahwa itu adalah sebuah pertanda bahwa kehidupan Bani Adam adalah humum, penuh kekhawatiran, penderitaan, kesedihan, kesulitan, tetapi itu akan berakhir dengan kegembiraan, kebahagiaan. Hujan terakhir, yakni hujuan keempat puluh adalah hujan kebahagiaan. Jadi, sebagian besar hidup kita akan diliputi dengan kesulitan. Allah (swt) akan memberikan ujian dan cobaan, dan Dia akan melihat.

Ada seorang `abd, seorang Waliyullah yang meninggal dunia, dan ia mengatakan, “Aku tidak menyesal, aku tidak sedih bahwa aku meninggalkan Daarul ahzan, daar artinya rumah, tempat atau tanah sedangkan ahzan adalah bentuk jamak dari huzun, kesengsaraan atau kesedihan. Aku tidak menyesal bahwa aku meninggalkan rumah ini, tanah ini, tempat yang penuh penderitaan ini; yang aku sesali adalah bahwa suatu malam aku pernah tertidur, bahwa suatu hari aku pernah makan di dalamnya dan aku menyesali waktu yang kulewati tanpa dzikrullah.

Awliyaullah, ketika mereka datang ke dunia, mereka mengharapkan balaa dan kesulitan sehingga mereka menyebut dunia sebagai daarul ahzan, jadi yang perlu kita lakukan di sini, di dunia ini adalah sebisa mungkin kita melakukan shalat, sebisa mungkin kita melakukan puasa sunnah, sebisa mungkin kita habiskan waktu dengan berdzikir, mengingat Allah (swt) dan Nabi kita tercinta (saw). Dan inilah yang sekarang kita lakukan, mengingat Allah dan Rasulullah (saw) melalui hikmah Grandsyekh kita, Syekh Nazim al-Haqqani.

Allah (swt) telah mengutus Awliyaullah dan Anbiyaullah untuk membantu ciptaan-Nya. Grandsyekh mengatakan bahwa ada empat puluh hari di mana para Anbiya dan Awliyaullah memanfaatkannya untuk menyelamatkan hamba-hamba Allah dari samudra hawa nafsu dan syahwat, baik yang halal maupun yang haram. Para Awliyaullah memanfaatkan waktu empat puluh hari tersebut untuk menyelamatkan murid-muridnya dari hawa nafsu dan syahwat yang mereka miliki di dalam hatinya, baik yang halal maupun yang haram. Mengapa? Agar mereka hanya tertuju pada Allah (swt).

Dan waktu empat puluh hari tersebut adalah khalwat arbain. Ada dua kali khalwat dalam setahun, di mana para Sadaati ‘n-Naqsybandiyyin, para Awliyaullah dan para Anbiyaullah di masa lalu semuanya mengambil hikmah dari para Anbiyaullah. Sayyidina Rasulullah (saw) telah memerintahkan atau menganjurkan untuk melakukan i`tikaf selama 10 (di bulan Ramadhan); Sayyidina Musa (as) meninggalkan kaumnya selama 40 hari dan ini disebutkan dalam kitab suci al-Qur’an.

Jadi khalwat selama empat puluh hari dianjurkan oleh para Awliyaullah untuk menyelamatkan diri kita dari samudra hawa nafsu dan syahwat baik yang halal maupun yang haram. Biasanya khalwat ini dilakukan mulai tanggal 1 Rajab hingga 10 Sya`ban, selama 40 hari dan khalwat ini khususnya untuk mengendalikan syahwat.

Grandsyekh mengatakan–ini adalah pintu rahmat bagi kita, bagi orang yang mengikuti Awliyaullah dan bagi orang yang ingin mengikuti Awliyaullah, bagi kita semua; bahwa hanya dengan berniat melakukan khalwat, ketika memasuki hari pertama Rajab dan seseorang mengatakan, “Yaa Rabbi, aku berniat untuk melakukan khalwat selama empat puluh hari sebagaimana khalwat yang diniatkan oleh para Awliyaullah dan Anbiyaullah, aku berniat meniru dan mengikuti mereka.”

Dengan niat ini, bahkan jika kita hanya duduk selama setengah jam, mengarahkan hati kita kepada Allah (swt). Grandsyekh mengatakan, “Hanya setengah jam, kalian mengarahkan hati kalian kepada Allah (swt), kalian akan digolongkan termasuk orang-orang yang melakukan khalwat. Karena setiap tahun–Grandsyekh mengatakan ada seseorang yang bertanggung jawab untuk melakukan khalwat sejak hari pertama Rajab hingga tanggal 10 Sya`ban dengan tanggung jawab penuh, dengan ibadah penuh selama empat puluh hari tersebut, dan Waliyullah tersebut akan memikul tanggung jawab untuk Ummah.

Jadi setiap tahun–dan ini adalah rahasia dari Tarekat Naqsybandiyya, setiap tahun ada seorang Waliyullah yang melakukan khalwat atas nama seluruh Ummah sejak hari pertama Rajab hingga 10 Sya`ban, empat puluh hari. Dan ia memikul seluruh masalah, dosa, perilaku buruk mereka, ia akan memikulnya untuk Ummah.

Grandsyekh mengatakan barang siapa yang melakukan khalwat selama setengah jam setiap hari dengan mengatakan, “Yaa Rabbi, aku berniat mengikuti niat Waliyullah tersebut untuk duduk salama setengah jam, dengan mengarahkan hatiku sepenuhnya pada-Mu.” Bahkan dengan 10 menit atau 20 menit setiap hari kalian melakukannya dengan niat tersebut, kalian akan digolongkan sebagai orang yang benar-benar melakukan khalwat arba`iin bersama Waliyullah tersebut. Dan Waliyullah tersebut akan memandang kalian, dan ia bertanggung jawab untuk melengkapi kalian menuju kesempurnaan kalian.

Kalian meletakkan bagian dari khalwat itu sebagai benih–setengah jam khalwat yang kalian lakukan, dan benih itu akan berkembang. Jadi, kalian masukkan benih itu dan Waliyullah akan mengembangkannya menjadi pohon yang besar, dan apa yang ada dalam pohon itu? Buah. Buah itu merupakan kesempurnaan dari pohon tersebut. Pohon itu merupakan asal, tetapi apa fungsi dari pohon itu? Untuk menghasilkan buah. Tanpa buah, pohon itu hampir tidak berguna.

Jadi ketika kalian masukkan benih itu, kalian melakukan setengah jam khalwat dan berniat, “Yaa Rabbii, aku berniat melakukan 40 hari khalwat dan mengarahkan hatiku kepada-Mu.” Waliyullah tersebut akan membawa benih itu dan pohon akan tumbuh darinya dan akan memberikan buah. Kalian akan menempuh perjalanan dengan Waliyullah tersebut melalui bagian-bagian dari pohon tersebut, melalui cabang-cabang dari pohon itu hingga kalian mencapai kesempurnaan kalian. Ia akan menyempurnakan kalian. Yang perlu kita lakukan adalah mengatakan, “Yaa Rabbi, untuk syahwat ini dan hawa nafsu yang kumiliki ini, aku berniat untuk melakukan khalwat sebagaimana Grandsyekhku telah menganjurkannya.
Jadi jika kalian membuat niat tersebut selama setengah jam, Allah (swt) akan mengganggap seolah-olah kalian telah melakukan khalwat, dan Waliyullah itu akan menyempurnakan kalian menjadi manusia yang sempurna, yang tidak goyah atau terpengaruh dengan nafsu dan syahwat apa pun yang datang bagaikan gelombang ke dalam hati kalian. Kalian akan terlindungi. Benih yang kalian tanam itu akan tumbuh menjadi pohon, dan kalian akan mencapai kesempurnaan kalian pada cabang-cabang pohon tersebut.

Seperti itulah Sayyidina Adam (as). Ada orang-orang di mana mereka adalah Adam waqtih, Adam-Adam pada masa mereka. Ada manusia yang menjadi Ibrahim waqtih, Ibrahim pada masa mereka. Ada orang-orang yang menjadi Iisa waqtih, Iisa pada masa mereka. Ada sekelompok manusia di antara Ummah Muhammad (saw)–yaitu para Awliyaullah yang melambangkan kesempurnaan tertentu di masa mereka. Dan apakah yang menjadi kesempurnaan dari Sayyidina Adam (as)? Kesempurnaan beliau adalah Ilmu tentang Asma, tentang nama-nama. Nama siapa? Nama seluruh makhluk.

Allah (swt) telah mengajarkannya nama, asma’a kullaha, kullaha artinya semuanya. Dia telah mengajarkan Adam nama-nama dari seluruh anak cucunya, satu per satu. Dia telah mengajarkan kepadanya nama-nama dari seluruh malaikat, satu per satu. Dia telah mengajarkan Adam nama-nama dari seluruh benda, satu demi satu. Dia telah mengajarkannya nama-nama dari seluruh pohon, satu demi satu, seluruh bunga, seluruh sungai, semua unsur, semua atom, seluruh ciptaan Allah, Allah telah mengajarkan seluruh nama-nama mereka kepada Adam satu per satu lengkap dengan maknanya. Kalian mempunyai lafaz wal ma’ani, nama dan maknanya. Allah (swt) telah mengajarkannya nama-nama segala sesuatu, bukan hanya ciptaan, Dia juga mengajarkannya Asmaul Haqq, Dia telah mengajarkan tentang Asma Allah (swt).

Kesempurnaan Adam (as) berada pada ilmu tentang nama-nama. Kita adalah anak cucunya, dan Allah (swt) juga telah memberikan kita kemampuan tersebut, untuk mengetahui nama-nama, kullaha, semuanya. Dikatakan bahwa ruh dari Sayyidina Adam (as) adalah benih bagi pohon seluruh alam semesta ini. Dan kepribadiannya, jasmaninya adalah buah dari pohon alam semesta. Beliau melakukan perjalanan mulai dari ruhnya, melewati pohon alam semesta itu hingga mencapai kepribadian jasmaninya. Sebagaimana yang kami katakan kemarin, diri kalian terdiri dari makhluk jasmani dan rohani dan kalian harus melakukan perjalanan dari sisi jasmani kalian menuju sisi rohaniah kalian agar bisa memandang sisi jasmani kalian.

Jadi Sayyidina Adam (as) dalam perjalanannya dari rohaniahnya menuju jasmaninya beliau harus melewati pohon alam semesta, dan dalam perjalanannya itu beliau mempelajari nama-nama. Mana yang berbahaya, mana yang bermanfaat, mana yang baik, mana yang buruk, beliau mengetahui seluruh mawjudaat, seluruh makhluk sampai beliau mencapai jasmaninya. Dan kita diperintahkan untuk melakukan perjalanan kembali. Itulah sebabnya kita melakukannya, mulai dari qiyam hingga sujud. Kita diperintahkan untuk menempuh perjalanan kembali melewati pohon itu untuk mempelajari nama-nama, untuk kembali ke asal kita, ke asal rohaniah kita. Jadi Adam (as) telah melakukannya dan Waliyullah itu akan membantu kalian menuju pohon kesempurnaan kalian. Jika kalian hanya melakukannya setengah jam sehari, dengan berniat, “Yaa Rabbi, aku berniat untuk melakukan khalwat mulai dari 1 Rajab hingga 10 Sya`ban,” dan Waliyullah itu akan menyempurnakan kalian.

Khalwat kedua berlangsung mulai tanggal 1 Dzul Qaidah hingga 10 Dzul Hijjah, selama 40 hari. Jadi ada 2 khalwat dalam setahun selama 40 hari. Berusahalah untuk mendapatkan yang ini, karena kita telah melewatkan khalwat di bulan Rajab. Saya juga telah melewatkannya, karena saya juga baru mempelajarinya sekarang bersama kalian. Tetapi ketika Dzul Qaidah tiba, ketika syahrul haram itu tiba, katakanlah, “Yaa Rabbi, selama setengah jam aku berniat, nawaytul arba`iin,” dan selama setengah jam duduk, melakukan dzikrullah, hati kalian akan masuk ke dalam alam Malakut, ke dalam Keindahan Asmaullah wal Shifat melalui perjalanannya Sayyidina Adam (as) melewati Nama-Nama Allah (swt).

Jadi kapan waktunya kita duduk untuk setengah jam tersebut? Grandsyekh mengatakan ada tiga waktu dimana Syekh, Grandsyekh memandang murid-muridnya setiap hari dan pada waktu-waktu ini juga Rasulullah (saw) memandang pada umatnya, dan pada ketiga waktu ini juga Allah memandang seluruh makhluk-Nya.

Ketika waktu ini adalah antara Ashar dan Maghrib, Waliyullah, Grandsyekh memandang kalian, Allah dan Rasulullah (saw) memandang kalian. Kemudian antara Maghrib dan Isya dan setengah jam sebelum Subuh hingga 10-15 menit setelah Isyraq. Berusahalah untuk berada di ketiga waktu ini dengan mengarahkan hati kalian kepada Allah (swt), memohon dukungan dari Waliyullah tersebut, dari Quthbul Mutasharrif.

Ada yang disebut Qutub zaman ini, Qutub Abdul Ahad, dan ada pula Qutub yang dinamakan Abdu ‘sh-Shamad, lalu ada empat Awtad, empat Aqtab, Sayyidina Muhyiddin Ibn Arabi (q) telah mengatakannya, bahwa ada Qutub Utara, Qutub Selatan, Qutub Timur dan Kutub Barat, ada empat Awtad, yang merupakan pilar dari dunia ini. Dan ada banyak lagi, dalam tradisi Turki, kami katakan birlar, üçlar, yedilar, kirklar, ada kelompok-kelompok satu, tiga, tujuh, empat puluh. Juga dikatakan ada kelompok tujuh puluh, juga kelompok tujuh ratus, tiga ratus tiga belas, hamba-hamba Allah yang indah tidak pernah berakhir. Berusahalah untuk bersama salah satu di antara mereka sehingga kalian bisa bersama mereka semua.

Jadi berusahalah untuk mengarahkan hati kalian kepada Allah (swt) pada ketiga waktu ini, bahkan selama setengah jam, dan Waliyullah tersebut akan menyempurnakan kalian dari ilmu kalian, dan amal kalian. Ruh adalah ilmu. Ilmu tauhid sudah berada dalam ruh kalian, tetapi ia harus mencapai amal. Itu adalah buahnya. Al-`ilm adalah pohonnya, asalnya, dan amal adalah buahnya. Di mana manfaatnya? Manfaatnya terletak pada buah dari pohon tersebut. Manfaatnya tidak terletak pada pohonnya, melainkan pada buah dari pohon tersebut. Jadi ilmu tanpa amal tidak ada manfaatnya, kalian harus menemukan manfaat dari ilmu tersebut dengan melakukan amaliahnya.

Jadi lakukanlah niat untuk melakukan setengah jam khalwat tersebut, dan Allah akan mengizinkan Waliyullah itu untuk menyempurnakan diri kita.

Apa yang terjadi bila kita telah disempurnakan? Grandsyekh mengatakan, “Dan hadzaa amal, amal ini akan menjadi pintu masuk cahaya iman hakiki ke dalam hati kita.” Dengan cahaya tersebut, nuurul iimaan haqiqi akan menjadi alasan untuk futuhat, untuk pembukaan hati kita. Allah (swt) berfirman, watul-buyụta min abwābihā “Masuklah ke dalam rumah-rumah kalian melalui pintunya.” (QS Al-Baqarah, 2: 189), jadi ketika nuurul iimaan itu masuk dari pintunya, yaitu Awliyaullah, ke dalam buyuut kita, ke dalam rumah kita, ke dalam hati kita, itu akan menjadi pembukaan, futuhat bagi hati kita. Dan pembukaan ini akan menghilangkan semua kekhawatiran dan semua kesedihan. Tiga puluh sembilan tahun hujan kesedihan akan berakhir dan satu tahun hujan kebahagiaan akan dimulai. Dan itu akan menjadi sebab bagi datangnya makrifat dengan cahaya haqiqi tersebut.

Dengan melakukan khalwat setengah jam pada waktu-waktu yang dianjurkan ini Allah (swt) akan membukakan hati kita nuurul iimaan haqiqi, dan cahaya iman haqiqi itu akan membersihkan seluruh kotoran, semua kekhawatiran, semua keprihatinan, semua kesedihan itu semuanya akan dibersihkan.

Apakah kalian pernah mendengar ayat karimah,

wadz-dzāriyāti dzarwā
Demi (angin) yang menerbangkan debu dengan kuat. (QS adz-Dzariyat, 51:1)

Ia akan datang dan membersihkan segalanya. Makrifat, ilmu tentang Allah (swt) akan masuk ke dalam hati, dan yaqiin akan masuk ke dalam hati. Itu akan menjadi sebab bagi kesehatan jasmani dan kebahagiaan jiwa, itu dari setengah jam tersebut. Insya Allah, Allah (swt) akan membuat kita melakukan kedua khalwat ini, bahkan jika itu adalah selama setengah jam sehari, kalian katakan, “Yaa Rabbi, dengan niat dari Waliyullah yang melakukan khalwat, aku berniat untuk menyamakan niatnya,” Allah (swt) akan menugaskan Waliyullah tersebut untuk menyempurnakan diri kalian.

Dengan cara itu, kita dijauhkan dari samudra hawa nafsu dan syahwat dari dunia ini. Tidak ada cara lain, Awliyaullah akan mengangkat kita dari situ. Itu adalah dari khalwat pertama di bulan Rajab dan Sya`ban, sedangkan khalwat kedua adalah untuk menghilangkan ghadab, kemarahan. Jadi syahwat dan ghadab, ini adalah dua musuh utama bagi manusia, dan kedua khalwat ini akan membersihkan diri kita. Insya Allah kita berniat untuk melaksanakannya.

Jagalah kebersamaan dengan Awliyaullah, mereka akan menyempurnakan diri kalian. Mereka akan membawa kalian ke Hadirat Ilahi dengan busana yang penuh cahaya, penuh keindahan dan kemegahan dari Asmaul Husna wal Shifat. Allah (swt) mengajari Adam (as) nama-nama untuk kita pelajari. Insya Allah kita bisa mempelajari nama-nama Asmaul Haqq wa Asmaul Khalq; Asma dari Khaliq, Nama-Nama Sang Pencipta dan Nama-Nama Ciptaan, dan dengan begitu kalian akan menjadi Khalifah Allah (swt) di antara makhluk-Nya. InsyaAllah yaa Rabbii, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang beruntung ini untuk mengikuti jejaknya Awliyaullah, untuk diangkat dan diselamatkan dari kekhawatiran terhadap dunia ini, dari keburukan dunia ini dan masuk ke dalam Samudra-Mu yaa Rabbii, Samudra Iman, Islam dan Ihsan yaa Rabbii, aamiin, aamiin, aamiin…

bi hurmatil habiib wa bi sirri suuratil Fatihah.

Advertisement